Bikin Kerajinan Rotan Naik Kelas, Pria Ini Kantongi Rp 30 Juta/Bulan

Bikin Kerajinan Rotan Naik Kelas, Pria Ini Kantongi Rp 30 Juta/Bulan

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Jumat, 01 Nov 2019 13:24 WIB
Foto: Dok. Belanyat Wai
Jakarta - Hasil rotan yang melimpah di tempat tinggalnya di Kalimantan membuat Abdul Haris mencari peluang untuk mendapatkan uang. Rotan yang mudah didapatkan di daerahnya disulap menjadi ragam aksesoris yang apik.

Haris yang merupakan pemilik Ethnic Belanyat Wai, mengatakan pemilihan rotan juga menjadi salah satu cara untuk mengangkat kerajinan khas Kalimantan Utara. Haris mengatakan, rata-rata per bulan omzet yang didapatkannya sekitar Rp 30 juta, itu jika sedang sepi.

"Jadi masyarakat di sana adalah petani. Kemudian sambil menunggu panen mereka menjadi perajin rotan dan dikirim ke kami," kata Haris, Jumat (1/11/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Jika sedang ramai dan banyak tamu datang ke Kalimantan Utara, bisa sampai Rp 50 juta. Karena mereka biasanya borong oleh-oleh khas daerah," kata dia.

Dia mengatakan, setiap satu jenis atau motif hanya dibuat maksimal 6 buah. Jadi produk tas atau dompet rotan ini adalah edisi terbatas. Harga tas dibanderol mulai dari Rp 500.000 sampai Rp 1,5 juta. Ini di sesuaikan dengan motif dan tingkat kesulitan tas rotan itu sendiri. Namun, jika ada pelanggan yang ingin memesan secara custom maka dia bersedia untuk membuatkannya kembali.

"Kami juga selalu memperhatikan tren yang sedang berlangsung, kami ingin mengikuti pasar maunya seperti apa supaya kami tidak terjebak di motif dan model jadul jadi bisa juga digunakan oleh anak muda," tambahnya.

Bikin Kerajinan Rotan Naik Kelas, Pria Ini Kantongi Rp 30 Juta/BulanFoto: Dok. Belanyat Wai

Menurut dia, kebanyakan anak muda di wilayahnya tidak mau menggunakan tas berbahan dasar rotan dengan alasan model yang kurang cantik dan terkesan tua.

"Anak muda biasanya tidak mau pakai tas rotan, alasannya tidak modis. Tapi saya berusaha membuat tas-tas ini se-modis mungkin supaya ABG mau pakai," tambah dia.

Haris menjelaskan, dia memulai bisnis tas rotan ini sejak 2014 dan sudah ada sekitar ribuan tas yang diproduksinya. Sebelum menekuni kerajinan ini, dia bekerja di percetakan.


Namun karena kondisi ekonomi yang tidak menentu maka perusahaannya tutup dan akhirnya dia memilih rotan menjadi usaha barunya.

Dia menceritakan kepala daerah di Kalimantan Utara sangat mendukung usaha kerajinan rotan. Haris mencontohkan di mana pegawai negeri sipil (PNS) yang menggunakan tas rotan dan batik khas Malinau.

"Jadi harus khas Malinau tidak boleh dari luar. Ini jadi salah satu bentuk dukungan untuk perajin seperti kami," ujarnya.

Jika anda berminat dengan tas rotan ini bisa mengunjungi Instagram @belanyatwai.


(fdl/ara)

Hide Ads