Mantan Tukang Las Sukses Bisnis Parfum Rp 70 Juta/Bulan

Mantan Tukang Las Sukses Bisnis Parfum Rp 70 Juta/Bulan

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Minggu, 29 Des 2019 14:00 WIB
Foto: Parfum Batik (Herdi Alif Al Hikam/detikFinance)
Jakarta - Angga Pratama, merupakan salah satu dari sekian pengusaha yang sukses di Indonesia. Usaha Angga bergerak dalam industri wewangian, alias parfum. Uniknya, Angga menyatukan bahan-bahan tradisional dalam ramuan parfumnya, dia menamai produknya dengan sebutan Parfum Batik.

Jiwa usaha Angga memang tidak perlu lagi dipertanyakan, selama 12 tahun Angga sudah bejibaku menjadi seorang penjaja parfum. Bahkan, semua dilakukannya dari nol, dari yang cuma jadi reseller produk parfum impor sampai akhirnya punya toko sendiri.

"Saya pernah kerja menjadi buruh pabrik las, sales alat penghisap debu, sopir, dan penjaga toko kaset. Hingga sampai lah pada tahun 2007, saya memberanikan usaha kecil-kecilan menjadi reseller parfum impor dan alhamdulillah terus berkembang pesat hingga mempunya toko sendiri," kisah Angga kepada detikcom.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mantan Tukang Las Sukses Bisnis Parfum Rp 70 Juta/BulanFoto: Parfum Batik (Herdi Alif Al Hikam/detikFinance)

Mencium berbagai harum parfum selama 12 tahun membuat Angga tersadar bahwa sebetulnya Indonesia juga punya wewangian khas dan identik. Dari situ lah Angga mulai sadar untuk mencari wewangian otentik dari bahan-bahan tradisional.

Bermodal ilmu penyulingan yang didapatkan Angga dari para pengusaha parfum yang berkerja sama dengannya, dia mulai mencoba membangun Parfum Batik dengan wewangian kearifan lokal. Kalau menurutnya, Parfum Batik bisa muncul karena kegelisahannya melihat gempuran parfum impor, padahal Indonesia banyak menghasilkan bahan-bahan untuk wewangian.

"Parfum Batik berdiri 28 November 2017, pendirinya saya sendiri. Sejarah berdirinya Parfum Batik ini berawal karena kekhawatiran kami atas gempuran produk parfum luar. Padahal Indonesia adalah salah satu negara penghasil gaharu dan nilam terbaik di dunia, gaharu dan nilam ini merupakan bahan untuk membuat parfum," ungkap Angga.


Angga bercerita parfum yang dijualnya adalah hasil produksi sendiri, dia mengatakan punya pabrik penyulingan parfum di Malang. Bahan bakunya, menurut Angga didapatkan dari petani-petani lokal.

"Kita produksi sendiri di Batu, Malang dari bahan-bahan masih mentah ke proses penyulingan hingga di-matching menjadi parfum. Kami membeli bahan baku dari para petani bunga, nilam, dan gaharu. Jadi dengan membeli Parfum Batik kami juga turut membantu para petani" ungkap Angga.

Hingga kini Angga sudah berhasil menciptakan empat varian parfum. Mulai dari Parang Barong khas Yogya, Sogan khas Solo, Mega Mendung khas Cirebon, dan Singa Barong khas Bali.

Harga parfumnya berkisar antara Rp 60-90 ribu per botol ukuran 35 ml. Parfumnya terbagi dua tipe, tipe premium yang bisa tahan wangi hingga 24 jam, dan tipe deluxe yang maksimal tahan wangi sampai 8 jam.


Saat memulai usahanya Angga bercerita menyiapkan Rp 100 juta untuk modal. Uang itu ia putar untuk membiayai alat suling, bangunan pabrik suling, dan bahan baku. Kini dia menyatakan bisa menjual hingga seribu botol parfum dengan omzet rata-rata berkisar Rp 60-70 juta per bulan.

Angga mengatakan sejauh ini dia menjual parfumnya dengan menitipkannya di banyak toko oleh-oleh di sekitar daerah Cirebon, Yogyakarta-Jakarta, Bali, Solo, dan Malang. Di samping itu dia juga membuka aktif ikut pameran-pameran UMKM. Angga juga mempromosikan parfumnya lewat sosial media Instagram @parfumbatik.


(dna/dna)

Hide Ads