Dua sahabat ini sekarang memiliki usaha pembuatan tote bag, sling bag, gantungan kunci sampai scarf bermotif unik seperti gambar bungkus mie instan, susu UHT kemasan sampai gambar teh dalam botol.
Keduanya tak berlatarbelakang pedagang yang pandai menjual barang-barang unik. Fha merupakan lulusan Akuntansi STIE YKPN, Yogyakarta dan Chici adalah lulusan arsitektur di UGM.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan keterampilan dan pengalaman yang kami punya, akhirnya kami memutuskan untuk membuat usaha ini," kata Fha kepada detikcom, Sabtu (28/12/2019).
Dia mengungkapkan, nama Halokamu dipilih karena dinilai 'Indonesia Banget' dan mudah diingat oleh orang lain. Selain itu, Halokamu juga diharapkan bisa menyapa semua orang.
![]() |
Modal awal yang digunakan untuk mendirikan Halokamu sebesar Rp 150.000. Saat itu Fha dan Chici patungan untuk memotret foto-foto produk yang akan mereka unggah ke akun Instagram dan Facebook.
"Modal awalnya sangat minim, saat menjalankan bisnis kami memang menyiapkan ide, niat, dan sedikit modal. Kami memanfaatkan media sosial yang memang mudah untuk diakses," imbuh dia.
Fha menceritakan, gambar-gambar yang mereka tuangkan ke dalam produk bukan tanpa alasan. Hal ini karena keduanya menyukai cemilan-cemilan, minuman asal Indonesia.
Sehingga mereka terpikir untuk membuat produk unik dan menarik serta cocok dijadikan oleh-oleh untuk semua kalangan anak-anak hingga dewasa.
"Karena cemilan atau makanan yang gambarnya kami tuangkan di produk itu sangat digemari masyarakat. Apalagi makanan itu juga membangkitkan kenangan dan perasaan tersendiri," ujarnya.
Produk yang paling laku di Halokamu saat ini adalah totebag dan bantal bergambar jajanan ringan Indonesia. Setiap bulan, omzet yang dikantongi sekitar Rp 5 juta. Jika musim liburan, penjualan bisa lebih tinggi dibandingkan musim lainnya.
![]() |
Dalam proses penjualan, Fha dan Chici memanfaatkan media online seperti Instagram. Selain itu, mereka juga sering berjualan offline seperti pameran, menjual di toko oleh-oleh atau berkolaborasi dengan influencer.
Halokamu juga memberikan kesempatan kepada semua orang untuk menjadi perpanjangan tangan produk Halokamu atau menjadi reseller.
Untuk proses produksi, kini Halokamu memiliki 2 pegawai part time yang masih duduk di bangku kuliah. Hal ini dilakukan oleh Fha dan Chici karena mereka ingin membentuk karakter pebisnis terhadap mahasiswa-mahasiswa tersebut.
"Kita ingin mahasiswa-mahasiswa yang punya waktu senggang bisa belajar berbisnis. Tugas mereka menjahit dan bertanggung jawab di bagian produksi," imbuh dia.
Pembuatan satu produk biasanya memakan waktu 4-7 hari ini tergantung dari berapa banyak jumlah pesanan dan jenis produknya. Halokamu memproduksi tote bag, sling bag, pouch, sticker, pouch sedotan, gantungan kunci bantal, tas belanja, buku catatan, case hp dan scarf.
Dalam menjalankan usaha, ada kendala yang mereka hadapi misalnya kurangnya tenaga kerja dan bahan yang kadang sulit didapatkan. Dari sisi tenaga kerja, Fha dan Chici kesulitan mendapatkan orang yang memiliki 'aliran' gambar serupa dengan mereka.
Fha menilai, saat ini gambar yang mereka tuangkan ke dalam produk sudah konsisten dan tidak boleh berubah. "Kami tidak mau gambar dan polanya berbeda. Mulai dari palet warna sampai cara menggambar. Kami ingin tetap sama, biasanya kalau beda tangan itu akan beda pula hasil gambarnya. Kami tidak mau itu," jelas dia.
Harga produk yang dijual di Halokamu dibanderol Rp 10.000 sampai Rp 130.000. Yang berminat bisa dicek akun Instagram @halokamu.id.
(kil/eds)