Pandemi memaksa pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk dapat beradaptasi dalam mengelola bisnisnya jika ingin tetap bertahan. Mulai dari terus berinovasi hingga merambah ke ranah digital.
Cerita Nadjani, brand usaha fesyen muslim asal Bandung dan Klinik Kopi di Yogyakarta ini bisa jadi contoh buat UMKM yang lain. Nadya Amatullah Nizar, pemilik Nadjani, mengatakan pandemi memukul keras usahanya yang secara keseluruhan mengalami penurunan hingga 30%.
"PSBB menyebabkan toko offline kami terpaksa tutup. Melihat pergeseran kebutuhan dan perilaku konsumen, saya dan tim mulai memikirkan inovasi produk agar dapat meningkatkan penjualan," ujar Nadya dalam keterangan tertulis, Senin (14/9/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akhirnya memberanikan diri merombak koleksi Ramadhan yang sudah jadi, namun kurang laku, dan menjadikannya produk yang lebih dibutuhkan masyarakat, seperti masker kain, mukena, dan celemek," tambahnya.
Nadjani berdiri sejak tahun 2020 dan selalu menampilkan ciri khas produknya, yaitu motif abstrak beraneka desain dan warna. Motif yang sama diterapkan dalam kain, mukena, dan celemek yang baru dibuat.
Khusus untuk masker kain, lanjut Nadya, seluruh keuntungan penjualannya didonasikan. Setiap ada pembelian masker kain lewat Nadjani, Nadya membelikan masker juga untuk masyarakat yang membutuhkan.
Ia juga mengatakan seluruh masker yang dijual dalam rangka donasi ini habis dalam 2 menit lewat Tokopedia. Kata dia, sejak bergabung dengan Tokopedia, omzet Nadjani kembali stabil. Hal ini menjadi titik terang bagi usaha dan 35 orang para pegawainya.
"Saya mendorong pegiat usaha lokal lain, khususnya di industri fesyen muslim, untuk terus berjuang di tengah normal baru ini, dengan terus berinovasi dan menciptakan peluang lewat kanal daring seperti Tokopedia," tambah Nadya.
Adapun Pemilik Klinik Kopi, Firmansyah atau akrab disapa Pepeng, mengaku lebih memilih untuk memaksimalkan bisnis online lewat Tokopedia sejak pandemi untuk mempertahankan kelangsungan bisnis.
"Sejak pandemi, gerai offline menjadi sangat sepi pengunjung bahkan harus tutup. Lebih dari 90 persen penjualan kini berasal dari Tokopedia. Melalui pemanfaatan platform daring, produk Klinik Kopi juga dapat dinikmati masyarakat luas, bahkan dari Palu, Kalimantan hingga Papua," ujarnya.
![]() |
Sebagai informasi, Klinik Kopi di Yogyakarta sebenarnya tak asing buat kamu yang pernah menonton film Ada Apa dengan Cinta 2 (AADC 2) karena menjadi salah satu tempat shooting film yang dibintangi Nicholas Saputra dan Dian Sastro tersebut.
Didirikan sejak tahun 2013, Klinik Kopi selalu menyuguhkan kopi yang diolah secara manual sehingga mempertahankan cita rasa kopi asli Indonesia. Pepeng juga menjadi daya tarik bagi para pecinta kopi karena ia kerap bercerita mengenai asal-usul kopi yang sedang disajikan di gerai kopinya.
Kini meski memasarkan produk secara online, cerita Pepeng tidak berhenti. Ia selalu menyertakan informasi di setiap kemasan kopi agar masyarakat tetap bisa mengetahui cerita di balik biji kopi yang dikonsumsi, mulai dari asal daerah hingga petani kopi yang berkontribusi.
Sementara itu, menurut External Communications Senior Lead Tokopedia, Ekhel Chandra Wijaya, UMKM sebagai penyumbang lebih dari 60% pendapatan negara dipercaya dapat mendorong pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi COVID-19.
Ekhel bilang kanal digital menjadi sangat vital dimanfaatkan mengingat transaksi online bisa menekan penyebaran virus di tempat ramai. Ia mengatakan per Juli 2020, terdapat 8,9 juta lebih penjual di Tokopedia dan menjangkau 98% kecamatan di Indonesia. Jumlah penjual ini meningkat lebih dari 1,8 juta dari sebelumnya ada 7,2 juta penjual Tokopedia pada bulan Januari lalu.
"Tokopedia melalui #JagaEkonomiIndonesia berupaya mempercepat adopsi digital bagi pegiat usaha lokal, terutama UMKM, lewat berbagai kolaborasi bersama mitra strategis, salah satunya pemerintah," ujar Ekhel.
"Tujuannya adalah memberikan panggung seluas-luasnya bagi UMKM lokal untuk terus berjuang di tengah new normal lewat kanal digital," tambahnya.
(akn/hns)