Kekayaan alam Indonesia memang menjadi satu hal yang tak perlu lagi diragukan. Tak heran banyak para pelaku UMKM yang memanfaatkannya menjadi sebuah kerajinan. Sayangnya hanya sedikit yang menyadari pentingnya untuk menjaga kelestarian alam Indonesia.
Namun Faizal Azmi Ardika (27) dan Ameylia Kurniawati (29) yang merupakan pasangan pemilik usaha Gulaliku Art & Craft di Yogyakarta memiliki konsep usaha yang berbeda. Bagi keduanya, bila ingin mendapatkan sesuatu yang manis (gula), maka orang harus berani melalui jalan yang berliku (liku).
"Karena sebenarnya alam itu bukan milik kita. Tapi kita menjaganya untuk anak-cucu kita. Kita harus merawatnya," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (15/9/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun Gulaliku Art and Craft merupakan usaha yang fokus pada industri kerajinan tangan atau kriya yang memanfaatkan kekayaan alam, mulai dari anyaman, vas bunga, pas foto dan produk kreatif berbahan kayu lainnya. Untuk menjaga kelestarian alam Indonesia, Gulaliku memiliki visi 'Rotasi 4P', yang merujuk pada sebuah akronim; planet, people, profit, dan planet.
Melalui visi ini, keduanya menghadirkan sebuah kampanye #one2treegrow, yakni dengan menyumbangkan dua pohon untuk setiap produk premium yang terjual. Sementara untuk produk dengan harga yang murah, ia akan menyumbangkan 3% keuntungan untuk donasi crowdfunding terkait perlindungan hutan.
Gulaliku juga memiliki visi untuk memberdayakan perajin kecil di Yogyakarta, yang juga termasuk dalam 'Rotasi 4P' atau 'people'. Pasalnya, lewat tangan para perajin inilah produk-produk Gulaliku bisa diproduksi. Hingga saat ini, setidaknya ada tiga mitra perajin kecil yang diberdayakan untuk membuat produk Gulaliku.
"Jadi perajin itu sama dengan kita, tidak ada yang atasan mana, bawahan mana, bos mana. Jadi aku enggak punya karyawan, tapi partner," katanya.
Faizal menjelaskan bisnis ini dibangun awalnya karena kegemaran bersama, yakni menggambar. Sejak tahun 2014, keduanya akhirnya memulai untuk memgembangkan hobinya menjadi sebuah seni yang bisa dinikmati oleh orang lain.
"Jadi kami dulu tumpahin bakat kami ke art & craft. Semula karena ingin agar karya kami enggak cuma dipajang, enggak cuma kami saja yang menikmati, tapi juga dibagikan ke orang lain, jadi semua bisa nikmati," kata Faizal.
Awalnya, Faizal hanya menjual produk-produk personal untuk kado ulang tahun seperti pas foto, kolase, kartu ucapan, dan gambar ilustrasi vektor. Produk ini dijual melalui akun Instagram @Gulaliku yang memang sengaja dibuat untuk memasarkan produknya.
Faizal juga menyebut untuk modal awal ia hanya mengeluarkan Rp 200 ribu. Dari modal ini, ia mengaku bisa menjual setidaknya empat produk pas foto atau pun gambar ilustrasi vektor dengan harga Rp 200 ribu - Rp 300 ribu per buah.
"Dulu kalau misalnya aku modalnya Rp 50.000 hingga Rp 70.000, aku jualnya Rp 200.000 hingga Rp 300.000," katanya.
Meskipun terbilang menguntungkan, keduanya tak langsung berfokus pada bisnis ini karena Gulaliku awalnya memang dibuat hanya untuk mengisi kekosongan. Di tahun 2016, keduanya baru mulai mengembangkan sayap dengan membuat varian produk baru seperti hiasan dinding, piring, mangkok, nampan, sendok-garpu, gelas, kotak perhiasan, dan lainnya. Semua bahan yang digunakan bersumber dari kayu, anyaman, maupun rajutan dan dibuat dengan selera estetik yang tinggi dan ramah lingkungan.
Untuk mencakup pasar yang lebih luas, keduanya kemudian memutuskan mencari platform marketplace untuk menjual produknya. Di awal tahun 2017, Faizal memutuskan untuk menjualnya melalui Tokopedia.
"Dari segi website-nya, dari segi aplikasinya, dari segi pengirimannya. Pokoknya aku, cocoknya di Tokopedia sih. Apalagi dengan branding-nya Tokopedia pun cocok dengan harga produk yang aku pasarin," jelasnya.
Pada awalnya, Faizal mengaku merasa kesulitan untuk berjualan di Tokopedia. Pasalnya, ia harus mengeluarkan uang Rp 750.000 untuk biaya berlangganan Power Merchant untuk menjadikan tokonya dilabeli terpercaya dan terekomendasi. Namun, dari sinilah tren produknya mengalami peningkatan dan laris terbeli oleh para pengusaha restoran.
"Itu yang waktu awal aku mikir aduh uang segini kok cuma untuk daftar power merchant, tapi setelah aku daftar ini ternyata ngefek banget," ungkapnya.
Di awal 2019, usai mengikuti acara MAKERFEST Indonesia yang diinisiasi Tokopedia, Faizal juga mendapat banyak masukan dan pelatihan dari para ahli pemasaran dan bisnis yang menjadi pembicara.
"Kami di-training, dikasih bimbingan sama coach-coach yang menangani bisnis seperti ini. Di-branding, benar-benar dikasih ilmu yang baguslah di acara itu," jelasnya.
Hal ini lah yang membuat bisnis Gulaliku berkembang dengan pesat. Dalam satu hari, Faizal mengaku bisa mendapat omzet minimal Rp 1 juta - Rp 2 juta yang berarti dalam satu bulan mereka bisa meraup omzet minimal Rp 30 juta.
Namun, omzet ini berlangsung hingga Februari 2020, sebelum pandemi COVID-19 mewabah ke Indonesia. Seperti bisnis lain, Gulaliku juga merasakan dampak yang signifikan, bahkan penjualan Gulaliku turun hingga 0%.
"Pas awal Maret itu, bener-bener berasa banget, mas. Sempat nggak ada orderan beberapa hari. Kalau pastinya aku nggak hafal, mas. Cuma kalau seminggu ada. Mungkin masyarakat lagi shocked kali ya 'ngapain beli kerajinan tangan saat lagi seperti ini," katanya.
Meskipun begitu, Faizal tidak menyerah dan menganggap pandemi sebagai tantangan. Berbekal pengetahuan yang didapat saat mengikuti MAKERFEST 2018, Faizal akhirnya menerapkan strategi promosi yang masif untuk mencari tahu perubahan perilaku konsumen.
Di tengah pandemi, Faizal gencar memasang iklan di Tokopedia. Ia mengaku per harinya, ia bisa mengeluarkan uang Rp 100.000 hanya untuk mencari tahu produk apa yang sedang diminati para konsumen saat ini. Hingga akhirnya ia menemukan satu produk yang amat laris, yaitu vas bunga.
"Tapi aku juga nggak tahu (pasti alasannya). Tapi yang mungkin itu karena mereka harus kerja di rumah, kerja di depan komputer di rumah. Jadi mereka (menanam) semacam kayak media relaksasi lah," katanya.
Gulaliku akhirnya memproduksi vas bunga dengan berbagai varian, yang sebelumnya hanya 2 menjadi 15 varian. Seluruh produk vas bunga itu dijual dengan harga variatif mulai Rp 30 ribu sampai Rp 300 ribu. Lewat strategi ini, Faizal mengaku bisa menjual 30 - 40 buah, bahkan omzetnya pun ikut melesat. Jika sebelum pandemi ia hanya mendapat omzet Rp 1 juta per hari, kini omzetnya menjadi Rp 2 juta - Rp 4 juta per hari.
Menurutnya, fitur gratis ongkos kirim (ongkir) sangat berperan penting dalam penjualan produknya, khususnya di masa pandemi. Melalui fitur ini, ia mengaku tidak perlu lagi mengantar produknya ke kantor ekspedisi. Cukup berdiam diri di rumah maka kurir Tokopedia akan datang untuk mengambil barangnya.
"Jadi jangan terpaku karena pandemi kita berdiam diri. Kita memang harus berinovasi, baik dari segi produk maupun strategi seperti memanfaatkan iklan otomatis. Akhirnya ketemu produk yang laku," pungkasnya.
Sebagai informasi, saat ini Tokopedia tidak lagi menerapkan sistem power merchant berbayar. Label Power Merchant bisa didapatkan secara gratis apabila indikator toko memenuhi kriteria yang disyaratkan, seperti verifikasi data diri dan mencapai skor performa toko yang ditentukan.
(akn/hns)