Hobi bisa menjadi awal merintis bisnis. Banyak yang berhasil menjadikan hobi sebagai prospek bisnis jika ditekuni dengan benar, Tatag Bintara Yudha (32) salah satu contohnya.
Gitaris asal Sidoarjo, Jawa Timur ini sukses merintis bisnis butik gitar merek Luna Guitarworks. Ide membuat gitar berawal dari keresahannya pada 2014 yang merasa belum banyak butik gitar lokal di Indonesia, akhirnya 2016 lahirlah bisnis ini.
"Ini passion saya dan saya memang gitaris, kemudian saya mencoba. Saya tidak berharap jadi pionir tapi setidaknya kok belum ada brand lokal Indonesia yang memang concern sama butik gitar. Beberapa brand memang sudah mendahulukan, cuma which is brand tersebut kualitasnya seperti itu-itu saja," kata Tatag kepada detikcom, Senin (21/9/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini usahanya tidak hanya merambah pasar Nasional, namun juga Internasional. Tak jarang pelanggannya berasal dari Amerika Serikat (AS), London, Kanada, Turki, hingga Jepang.
Gitar racikannya telah dibeli dan dipakai oleh musisi ternama seperti gitaris BIP yang juga mantan personel Slank Parlin Burman (Pay), pemain bass jazz Franky Sadikin, musisi luar negeri Jon Bodan, sampai gitaris Beyonce. Belum lama ini juga gitarnya dibeli oleh Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko seharga Rp 32 juta.
"Pelanggan dari gitaris metal sama beberapa gitaris artis lah. Kalau gitaris lokal paling sempat yang pakai itu Mas Pay gitarisnya BIP. Kalau gitaris luar negeri paling Jon Bodan dari Kanada. Ada sih dari gitarisnya Beyonce juga. Belum lama ini juga saya diundang ke Istana, alhamdulillah dibeli Pak Moeldoko," ujarnya.
![]() |
Ya, Tatag mengakui jika gitar yang dijual berdasarkan pemesanan itu memang tidak murah. Sebab pengerjaannya membutuhkan waktu yang lama lantaran dibuat tanpa alat canggih. Untuk menyelesaikan satu gitar, dibutuhkan waktu 2 bulan hingga 1 tahun lamanya.
"Kita itu bikin gitar pembuatan 4 bulan. Paling cepat 2 bulan, paling lama sampai 8 bulan bahkan 1 tahun tergantung tingkat kerumitan. Lama karena alatnya kami tuh sederhana, benar-benar handmade. Tapi biasanya kalau kita buat 2 bulan sampai 8 bulan sih," ucapnya.
Harga yang ditawarkan bervariasi tergantung kelasnya. Untuk gitar kelas medium dijual dengan harga mulai Rp 12 juta sampai Rp 25 juta. Kemudian untuk gitar kelas premium dijual Rp 26 juta sampai Rp 55 juta. Sedangkan untuk edisi kolektor dijual di atas Rp 55 juta hingga Rp 120 juta.
"Collector edition itu mulai Rp 55 juta sampai Rp 120 jutaan pernah. Tapi nanti tidak menutup kemungkinan ada harga yang terjangkau dari Rp 8 juta sampai Rp 12 juta," tuturnya.
Dari situ, dia bisa mengantongi minimal Rp 20 juta keuntungan bersih per bulan dari 2 orderan yang didapat. Di saat pandemi seperti ini, biasanya pesanan yang diterima hanya berkisar 3 hingga 7 orang per bulan.
"Modalnya kira-kira Rp 150 jutaan, minim banget sebenarnya. (Penghasilan) nggak tentu sih kadang ada orderan 2 orang yang mungkin sebulan profitnya Rp 20 juta lah. Paling minimal pesanan 3 sih, kadang bisa 7. Nggak tentu apalagi pandemi, sebelum pandemi bisa 7-10 orang," jelasnya.
![]() |
Tatag menyebut dirinya masih memiliki keterbatasan untuk memproduksi gitar dalam jumlah banyak karena alat produksi yang sederhana. Untuk itu, dia meminta bantuan pemerintah agar bisa mendukung usahanya melalui pendanaan yang tujuannya juga untuk mengurangi tingkat pengangguran dengan cara menyerap lapangan kerja, serta untuk perwakilan Indonesia di dunia Internasional di sektor Craftsmanship Industri Kreatif.
"Saya meminta dan memohon ke pemerintah untuk dibuatkan semacam factory lah, dibantu lah untuk dibuatkan pabrik supaya besar dan segala macam sehingga nanti tujuannya menyerap lapangan pekerjaan karena kita sudah mempunyai formula. Kalau didukung pemerintah, kita punya formula katakanlah kita misalkan produksi sebulan 100 sampai 1.000 (gitar), kita bisa profit sampai Rp 1 miliar lebih. Itu tujuannya mulia selain buat nama Indonesia sendiri di mata dunia, ada perwakilan lewat Luna ini," tandasnya.
(dna/dna)