Jago Coffe, 'Starling' Canggih yang Siap Saingi Kedai Kopi

Jago Coffe, 'Starling' Canggih yang Siap Saingi Kedai Kopi

Danang Sugianto - detikFinance
Senin, 19 Okt 2020 18:46 WIB
Tega! Wanita Ini Taruh Obat Penenang di Kopi Rekan Kerjanya Agar Dipecat
Foto: Ilustrasi iStock/Freepik
Jakarta -

Berinovasi dari tren yang sedang berkembang adalah jurus yang dipakai Yoshua Tanu dalam mengembangan Jago Coffee. Dia melahirkan bisnis minuman kopi dengan konsep mendatangkan langsung kedai kopi ke depan pintu rumah konsumennya.

Jago Coffee mulai beroperasi sejak awal tahun ini, meskipun penggodokan usaha sudah berjalan sejak November 2019. Saat itu dia memiliki ide bagaimana caranya untuk bisa menghadirkan kopi yang fresh ke pelanggan dengan kualitas kopi di cafe.

"Bagaimana kita bisa membuatkan kopi yang fresh dengan harga terjangkau. Akhirnya kita mulai mencoba Jago Coffee. Dari pada orang susah payah cari kedai kopi, kita yang akan kirim kedai kopinya kemana pun," ucapnya dalam Festival Ide Bisnis detikcom yang disponsori PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), Senin (19/10/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada awal tahun akhirnya Yoshua menggandeng dua barista untuk berkeliling di wilayah perkantoran di pusat Jakarta. Mereka menggunakan sebuah sepeda listrik (e-bike) yang dimodifikasi menjadi sebuah gerobak roda tiga.

E-bike dipilih bukan hanya karena agar si barista tidak cepat lelah mengayuh, tapi listrik sepeda itu juga dimanfaatkan menjadi sumber energi untuk peralatan untuk menyeduh kopi. Jadi tentu jauh lebih canggih dari penjual kopi keliling yang sering disebut starling.

ADVERTISEMENT

"Awalnya kita baru dua sepeda itu untuk stress testing. Kita ingin tahu selain apakah orang suka dengan kualitasnya, juga sepeda ini kalau dipakai di jalan Jakarta bisa kuat berapa lama," terangnya.

Nah ketika pandemi COVID-19 masuk ke Indonesia pada Maret 2020, Jago Coffee mulai melihat peluang yang terbuka lebar. Perusahaan pun akhirnya meluncurkan aplikasi Jago di Mei 2020.

Sejak saat itu Yoshua mulai memperbanyak unit gerobak listriknya, Target pasarnya sejak saat itu berubah dari perkantoran ke wilayah perumahan. Maklum banyak masyarakat harus bekerja dari rumah.

Yoshua merasa Jago Coffee sudah menang beberapa langkah dari kompetitor kedai kopi lainnya. Memang kebanyakan kedai kopi mengandalkan penjualan secara online selama pandemi. Tapi Jago Coffee unggul karena tidak harus mengeluarkan biaya untuk sewa tempat.

Selain itu, setiap produk kedai kopi yang dibeli secara online tentunya akan lebih mahal dari pembelian secara offline. Sebab ada biaya antar. Nah untuk Jago Coffee tidak ada biaya pengantaran. Harganya dibanderol Rp 18 ribu per cup.

Menariknya lagi konsumennya bukan hanya bisa merasakan sensasi kedatangan kedai kopi di rumah, tapi juga bisa merasakan kopi yang baru diseduh oleh barista.

Untuk barista si pengendara gerobak e-bike itu sendiri merupakan mitra dari Jago Coffee. Yoshua menerapkan sistem bagi hasil untuk baristanya. Menurutnya jika si barista bisa menjual 80 cup sehari, dia bisa mengantongi pendapatan bersih dua kali dari UMR.

"Kalau target untuk si Jagoannya sendiri kita berikan target 80 cup per hari. Kalau bisa jual 80 cup itu mereka bisa nett profit bisa 2 kali lipat dari UMR. Kalau mungkin hanya menjual 20 cup saja itu mereka bisa dapat Rp 2-3 juta, apalagi bisa jual 80 cup," tutupnya.




(das/dna)

Hide Ads