Di Tangan Lasmiati, pare yang pahit berhasil menjadi makanan yang enak, mulai dari keripik sampai sambal pare. Usaha ini dia mulai beberapa tahun lalu saat dirinya baru pulang dari Timur Tengah.
Saat itu dia menceritakan jika kondisi ekonominya sangat sulit. Namun dia masih harus menghidupi diri dan anak-anaknya.
Saat itu dia menjual makanan ringan di pasar dan kemudian dititipkan di warung-warung. Hingga akhirnya dia mencoba membuat cemilan sendiri mulai dari wortel, jamur, pepaya, hingga pare.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pare yang paling srek di hati saya. Merasa cocok dengan pare dan di Depok juga masih jarang produk ini. Tapi bahan bakunya banyak di pasar, akhirnya saya putuskan menekuni olahan pare ini. Saya cari pengolahan yang benar baik dari pelajaran di internet hingga pelatihan-pelatihan," kata Mia kepada detikcom akhir pekan lalu.
Menurut Mia, pare adalah bahan makanan yang banyak manfaat namun banyak tidak disukai orang karena pahit. Namun di tangan Mia pare tidak melulu ditumis atau menjadi siomai, juga bisa dijadikan keripik, jus hingga, sambal pare.
Modal usaha yang dirogoh Mia untuk membuka usaha keripik pare ini sebesar Rp 200 ribu untuk membeli bahan baku pare 5 kilogram (kg) dan bahan pelengkap lainnya. Dia menyebut saat produksi pertama keripik langsung habis terjual.
![]() |
Namun Mia menyebut omzet yang dikantongi kedai Nyot-Nyot saat ini sudah mencukupi biaya hidupnya sekeluarga. Ia enggan menyebutkan berapa omzet yang bisa dikantonginya tiap bulan. Makanan berbahan dasar pare ini juga sudah dijual ke luar daerah seperti Kalimantan, Batam, Jambi, NTB, Bali, Cirebon, dan Cilacap.
Untuk memastikan jika sambal pare dan keripik ini berkualitas baik, Mia selalu memilih bahan baku yang baik dan segar. Kemudian penanganan bahan dan pengolahan yang benar, memperhatikan kebersihan, hingga produksi yang benar.
Mia menyebut untuk produk olahan pare dibanderol mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 30.000. Harga tergantung varian misalnya sambal sampai keripik.
Berlanjut ke halaman berikutnya.