Mau Sukses Bisnis Bibit Sayuran Modal Rp 500 Ribu? Begini Caranya

Mau Sukses Bisnis Bibit Sayuran Modal Rp 500 Ribu? Begini Caranya

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Sabtu, 16 Jan 2021 13:45 WIB
Satpam Banting Setir Jual Bibit Sayuran Modal Rp 500 Ribu, Mau Ikutan?
Foto: Dok. Pribadi
Jakarta -

Kisah Tulus Tri Budiantoro mungkin bisa memberikan inspirasi bagi mereka ingin terjun ke dunia bisnis. Tulus ialah warga Bantul, Yogyakarta yang memutuskan cabut dari kepala logistik di sebuah pusat pendidikan satpam atau security dan kemudian memilih untuk menjadi penyedia bibit sayuran.

Modal Tulus untuk menjalani bisnis ini pun bisa dibilang tak terlalu besar, hanya sekitar Rp 500 ribu saat ia memulai di akhir 2014 atau awal 2015 lalu.

Kepada detikcom, Kamis (14/1/2020), Tulus bercerita modal tersebut ia gunakan untuk membeli plastik untuk pelindung atau atap. Ia tak begitu mengingat berapa harganya, namun ia menyebut sekitar Rp 200 ribu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sisanya, ia gunakan untuk membeli bibit atau biji tanaman yang harganya variatif. Ada yang harganya Rp 25 ribu, Rp 35 ribu, Rp 50 ribu, hingga Rp 100 ribu per pak. Per paknya memiliki berat 10 gram atau sekitar 2.000 biji.

Untuk peralatan lain seperti tiang penyangga atap dan tempat meletakkan tanaman ia tak membelinya. Ia mengakalinya dengan mencari atau meminta dari orang sekitar.

ADVERTISEMENT

"Malah hampir nggak ada Rp 500 ribu, wong saya kayunya nggak beli, cari sendiri, bikin kotak-kotak, cagak-cagak, di kampung, kalau bambu bisa minta to? Belinya cuma atap plastik itu aja murah, Rp 200 ribu kalau nggak salah. Bibitnya dulu kan kecil-kecil 1 pak-2 pak sekitar Rp 500 ribuan (modalnya)," paparnya.

Lanjutnya, untuk menjadikan bibit yang siap jual tidak sulit. Mulanya, bibit ditanam dan ditutupi plastik. Setelah berkecambah, tanaman tersebut ia pindahkan ke tempat yang terbuka dengan perlindungan atap tadi. Selanjutnya, tanaman rutin disiram setiap hari. Rata-rata, bibit tanaman sayur yang ia jual berusia 21 hari.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Metode penanamannya pun dilakukan estafet atau setiap hari. Maksudnya, untuk penanaman per harinya sedikit demi sedikit, atau hanya beberapa jenis setiap harinya. Dengan begitu, ia bisa rutin memanen bibit.

"Untuk biji saya tanam 21 hari, itu sudah siap tanam. Bibitnya estafet, jadi tiap kita bikin terus, tanam terus, jadi nggak nunggu. Sekarang berapa kotak, jadi tiap hari. kita bikin terong jenis ini, besok jenis ini," terangnya.

Bibit-bibit itu biasanya diserap atau dibeli oleh petani atau warga kampung. Dirinya juga sudah bekerja sama dengan kios-kios pertanian, sehingga orang yang berniat membeli bibit sayur cukup membelinya di kios tersebut.

Hasilnya pun lumayan. Biasanya, ia menjual bibit tanaman seharga Rp 1.000 untuk empat tanaman atau Rp 250 per tanaman jika diecer. Untuk per kotak, harganya beragam dari Rp 70 ribu, Rp 75 ribu hingga Rp 105 ribu. Tulus mengaku belum melakukan pembukuan keuagan secara baik, tapi jika diperkirakan omzetnya bisa mencapai Rp 10 juta per bulan.

"Jadi sekitar 150 kotak kurang lebih 1 bulan lebih sedikit habis. 1 kotak isinya 400 pohon. Itu kalau dibeli kotakan Rp 70 ribu, Rp 75 ribu, Rp 80 ribu, Rp 85 ribu, ada yang Rp 105 ribu, macam-macam," katanya.

"Cabai rawit Rp 70 ribu, cabai besar Rp 80 ribu, ada Rp 85 ribu, terong Rp 75 ribu, tomat Rp 105 ribu. Paling murah Rp 70 ribu kali 150 kotak," sambungnya.

(acd/ara)

Hide Ads