Jakarta -
Setiap orang tua pasti merasa bangga jika anaknya bekerja di sebuah perusahaan yang besar. Termasuk orang tua Mardiyah saat ia bekerja di salah satu bank swasta nasional
Kepada detikcom dia menceritakan, ada yang spesial dengan cara pikir ayahnya. "Bapak selalu menanamkan, sambil bekerja coba dipikirkan bagaimana cara mencari tambahan penghasilan yang nantinya dapat membuka lapangan pekerjaan," kata Diyah akhir pekan lalu seperti ditulis Selasa (9/2/2021).
Dia mengungkapkan sang ayah juga selalu mengajarkan agar ketika bekerja uang lah yang mendatangi dirinya. Saat itu Diyah belum memahami maksud ayahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dirinya tetap fokus untuk bekerja di salah satu bank swasta besar di Indonesia. Pemikiran ayahnya terus mengusik, dia tetap berpikir dan mencari usaha apa yang bisa dilakukan.
Menurutnya, kedua orang tuanya adalah orang yang visioner selalu memandang jauh ke depan peluang-peluang yang bisa ditangkap. "Saya punya 10 anak, masak nggak bisa berkongsi bikin suatu perusahaan. Kalau bisa diwujudkan ini bisa jadi ladang usaha keluarga besar dan membuka lapangan kerja bagi orang lain. Bisa dicontoh keluarga seperti Grup Aburizal Bakrie," kenang dia.
Dari situlah, akhirnya Diyah bersama sang kakak Marfuah yang juga bekerja di salah satu bank swasta menjalani usaha mukena lukis. Diyah memegang pemasaran, sedangkan sang kakak bertanggung jawab terhadap produksi.
Foto: Dok. Istimewa |
Mukena dipilih karena jumlah umat muslim di Indonesia terbilang besar. Tentunya kebutuhan alat ibadah seperti mukena akan terus meningkat. Memang peluang ini tak berarti Omah Colet tak menemui tantangan.
"Di luar sana banyak yang produksi mukena. Nah di sinilah poin utamanya harus ada bedanya dengan mukena yang sudah beredar di luaran. Kalau hanya mengikuti yang sudah ada kita tak punya ciri khas dan bisa tenggelam oleh model yang sudah ada," jelas dia.
Karena itu untuk membedakan, Omah Colet melukis kain dengan bahan yang simpel dan aman. Bahan yang digunakan adalah katun rayon atau katun shantung yang cukup tebal, halus, dan adem saat digunakan.
Pewarna yang digunakan pun adalah pewarna tekstil yang aman digunakan. Alat lukis menggunakan bambu yang ujungnya ditumbuk sehingga berserabut layaknya kuas. Proses melukis inilah yang dinamakan colet yang artinya lukis.
Mukena yang dihasilkan oleh Omah Colet ini benar-benar buatan tangan dan dibuat satu per satu, sehingga satu mukena dengan yang lain tak ada yang sama persis. "Dimungkinkan lukisannya ada yang mirip tapi tidak sama persis 100% karena bukan printing, cap, apalagi sablon," jelas dia.
Saat membangun Omah Colet, mereka berdua juga menemui kendala. Pada 2007 mukena lukis yang mereka produksi belum tenar dan masih kalah dengan mukena bordir.
Namun kegigihan mereka menginformasikan dari mulut ke mulut, melalui jaringan pertemanan, arisan, saudara, komunitas pengajian hingga sosial media seperti Facebook, Twitter, Instagram hingga status di WhatsApp ini juga menjadi cara Omah Colet untuk berkembang.
Berlanjut ke halaman berikutnya.
Saksikan juga video 'Karyawan Tapi Pengusaha':
[Gambas:Video 20detik]
Akhirnya Diyah memutuskan untuk resign dari bank swasta dan fokus untuk menjalankan bisnis Omah Colet ini pada 26 September 2016.
Menurut dia promosi dan penjualan ini memang tak bisa dipisahkan. Kedua poin ini harus dilakukan sesering mungkin walaupun hanya berupa testimoni dari pengguna. Hal ini terbukti ampuh, sampai sekarang Omah Colet tidak memasang iklan, endorse selebgram atau model iklan karena biayanya terbilang tinggi.
Nah inilah yang membuat harga mukena di Omah Colet terjangkau yakni di kisaran Rp 90.000 sampai Rp 250.000. Walaupun terjangkau, namun kualitas jahitan rapi, kuat, ukurannya besar, lukisan unik, dan bervariasi dengan warna yang menarik.
Omah Colet selalu berupaya untuk mengeluarkan produk baru agar pelanggan tidak bosan dengan model yang itu-itu saja. Sekarang mukena juga harus memiliki nilai fesyen walaupun model sama tapi motif harus lebih menarik.
Misalnya saat ini Omah Colet sudah memiliki 30 model colet antara lain mukena colet biasa dengan aneka jenis lukisan seperti lukisan bunga tulip, bunga sakura, bunga mawar, bunga sepatu, motif daun kemangi, lukis abstrak, sampai corak minimalis.
Ada juga model mukena colet kombinasi bawahannya dengan bahan batik printing, mukena colet dengan dasar gradasi warna, mukena colet dengan gradasi pinggiran taburan pasir, gribigan, colet biting (lidi) dan lukisan bunga serta garis warna-warni.
Foto: Dok. Istimewa |
Pandemi COVID-19 juga turut mempengaruhi produksi mukena Omah Colet. Menurut Diyah hal ini karena adanya penurunan pada permintaan mukena. "Kondisi pandemi ini memang berat bagi pelaku usaha, namun kami tetap optimis mukena lukis Omah Colet memiliki penggemar tersendiri, hingga kini usaha tetap berjalan namun permintaan mukena tidak sebanyak sebelum ada pandemi," jelas dia.
Jalur pemasaran Omah Colet dilakukan secara offline dan online. Ada dua tempat yang bisa dikunjungi untuk melihat koleksi mukena yang terletak di Galeri Omah Colet yang berlokasi di Perumahan Kota Legenda, Dukuh Zamrud Bekasi. Kemudian ada juga Toko Omah Colet di area persimpangan tiga Pertokoan Legenda Park.
Omah Colet juga melayani pembelian jumlah besar. Selain itu ada juga peluang untuk menjadi reseller dengan syarat dan ketentuan yang sudah ditetapkan. Kemudian untuk yang ingin belanja online bisa membuka laman Facebook @omahcolet. Diyah mengaku beruntung, sejak awal didirikan Omah Colet memang memaksimalkan penjualan secara online sehingga kondisi pandemi ini tak menyulitkan dirinya.
Diyah menceritakan ada perbedaan besar saat menjalani bisnis sendiri dan saat bekerja di bank.
"Saya membutuhkan waktu hampir tiga tahun untuk mengambil keputusan, akan tetap jadi karyawan bank atau punya usaha sendiri dengan segala risikonya. Saya lakukan paralel ketika itu, kerja kantoran sambil merintis usaha, berdoa saja tidak cukup, harus selalu berikhtiar saya yakin pasti akan ada jalan dan peluang," imbuh dia.
Menurutnya ketekunan, gigih dan ulet juga menjadi modal yang wajib dimiliki jika ingin terjun sebagai entrepreneur. "Bahasa klisenya ya kita punya mental yang kuat, apa aja harus bisa dikerjakan tidak harus menunggu ada karyawan," imbuhnya.