Ogah Nyerah Dihantam Corona, Ini Kisah Mahasiswa Bisnis Produk Goni

Ogah Nyerah Dihantam Corona, Ini Kisah Mahasiswa Bisnis Produk Goni

Peny Eriska - detikFinance
Rabu, 31 Mar 2021 15:14 WIB
Peluang usaha aneka produk dari karung goni
Foto: Dok. Pribadi/ Firza Fahdi
Medan -

Siapa sangka karung goni bekas ternyata bisa mendatangkan cuan. Di tangan Firza Fahdi mahasiswa semester akhir jurusan Arsitektur salah satu universitas di Medan, goni bekas 'disulap', menjadi aneka produk bernilai jual seperti tas hingga topi.

Firza mulai terjun ke bisnis ini sejak awal 2018. Dia bercerita bisnis ini terinspirasi dari temannya.

"Setelah melihat punya teman, aku tertarik untuk buat sendiri, awalnya masih dompet dari goni bekas, terus berkembang lagi buat tas dan topi. Pertamanya masih dijahit tangan, kebetulan ibu bisa jahit, jadinya kolaborasi sama ibu. Modal awal pun hanya nol rupiah karena bahan dasarnya minta sama teman yang kebetulan banyak goni bekas," jelas Firza.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika menggunakan hasil produk pertama ke kampus, ternyata teman-temannya tertarik dan mulai banyak yang memesan. Berangkat dari hal tersebut Firza sadar karung goni bekas dapat menjadi peluang usaha menggiurkan, sesuai dengan dirinya yang menyukai kreativitas mendaur ulang.

Produk racikan Firza antara lain tas ransel, tas selempang hingga topi yang dibanderol dari Rp 60 ribu hingga Rp 300 ribu dan telah terjual ribuan produk. Tidak hanya laku di Medan, produknya juga sudah sampai ke luar kota seperti Jawa, Padang hingga Sulawesi.

ADVERTISEMENT

"Kalau omzet penjualannya tidak menentu sih terkadang sebulan bisa Rp 3 juta atau Rp 1 juta, pernah juga Rp 5 juta," tuturnya.

Selain itu, produk bikinan Firza mendapat perhatian Bobby Nasution pada saat pencalonan di akhir 2019 lalu, dan kini menjadi Wali Kota Medan. Tidak hanya dibeli, usahanya sempat diulas oleh menantu Jokowi tersebut.

Meski sempat merasakan cuan, bisnis produk karung goni bekas Firza terhenti saat COVID-19 mulai menghantam ekonomi Indonesia. Pandemi telah menggerogoti kegiatan usahanya sehingga harus berhenti produksi selama 8 bulan karena tidak ada pesanan.

"Saat pandemi ini, ndak mau terlalu ambil pusing. Ketika mendapatkan masalah di Maret 2020 tidak ada penjualan karena ekonomi sulit. Setelah mempertimbangkan sepertinya kondisi pandemi ini akan lama, akhirnya usaha goni bekas kita stop dulu mulai dari bulan Apri hingga Desember 2020," katanya kepada tim detikcom, Minggu (28/3/2021) di Jl. Sejahtera, Medan Helvetia.

Selama vakum, dia sempat memproduksi masker yang bertujuan dibagikan secara gratis, namun ada beberapa komunitas dan perusahaan yang tertarik dan melakukan pemesanan. Produksi masker tersebut sempat menjadi pendapatan meski hanya sebulan karena Firza tidak ingin menjadikan masker sebagai bisnis.

"Terus aku mikir lagi, kira-kira apa sih yang bisa dijadikan pendapatan sementara selama vakum, kebetulan saat itu lagi booming-nya belanja bunga, jadi aku coba buka usaha pot bunga untuk sementara aja," ujarnya.

Ternyata, Firza balik lagi lho ke bisnis produk karung goni bekas. Ikuti kisahnya di halaman berikut.

Tonton Video: Keren! Karung Goni Disulap Jadi Tas hingga Sepatu

[Gambas:Video 20detik]



Usai dari produksi masker dan pot bunga yang hanya menjadi bisnis sementara, Firza merambah ke dunia mural dinding di akhir tahun 2020. Dia menggandeng teman-temannya untuk menjual jasa mural dinding dengan kisaran harga Rp 500 ribu ribu per meter persegi, kini sudah lima projek yang berhasil yang dikerjakan.

Tidak bisa berlama-lama vakum dari usaha yang menjadi fokus dan tujuan utamanya. Pada awal tahun 2021 Firza memutuskan kembali membuka usaha goni bekas, dia tidak ingin usaha tersebut vakum lebih lama lagi.

"Sekarang ini, aku rasa perlahan-lahan sudah mulai pulih ya walaupun masih banyak yang lebih mementingkan kebutuhan pokok dulu, sedangkan usaha goni bekas ini kan bukan yang pokok. Aku juga nggak terlalu peduli akan laku besar atau tidak, berbicara bisnis goni ini sama halnya berbicara tentang pencapaian pribadi, aku ingin segera go internasional," jelas Firza.

Langkah awal yang dia lakukan setelah cukup lama vakum adalah mere-branding nama usaha hingga memperluas jenisnya.

"Tadinya usaha ini bernama Goniku Nature, akhirnya dilakukan re-branding menjadi Maros karena aku ingin ngembangin usaha. Jadi tidak hanya memproduksi produk dari goni bekas saja tapi diperluas dengan mempertahankan jasa mural dinding yang sudah berjalan. Rencana, ke depannya aku mau menambah jenis produk goni bekas menjadi sepatu atau sandal." jelasnya.

Meski mengalami penurunan penjualan karena pandemi COVID-19, Firza merasa kondisi usaha goni bekasnya perlahan mulai pulih dan bangkit, Dia berharap pandemi segera usai agar bisa gencar memasarkan usaha goni bekasnya ke ranah Internasional, lalu dikenal banyak orang dan menjadi lapangan pekerjaan.


Hide Ads