Keberuntungan ini, dikatakan Lilis masih terjadi di tahun 2012 atau didapatkan setelah tidak lama dirinya mengalami kebangkrutan akibat menjual cookies. Saat ini dirinya memproduksi 2.000-5.000 bungkus cireng setiap harinya dengan bahan baku yang dihabiskan sekitar 1 ton per minggu.
Lilis mengaku Cireng LS sampai saat ini memiliki 327 reseller yang tersebar di seluruh Indonesia. Bahkan, dirinya pun memiliki mitra agen. Namun, khusus untuk agen saat ini yang beroperasi hanya tiga yaitu di Jakarta dan Bandung. Sisanya berhenti karena terdampak pandemi COVID-19.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama pandemi, Lilis mengaku telah mengalihkan penjualan rujak cireng secara online, baik di e-commerce, media sosial seperti Instagram, serta membuat website resmi Cireng LS. Dari sini, para masyarakat bisa membeli atau memesan langsung serta menjadi reseller.
Kini, Lilis memiliki banyak varian rasa untuk produk rujak cirengnya, mulai dari original, keju, terasi, dan teri medan. Harga jualnya pun meningkat menjadi Rp 20.000 per bungkus belum termasuk ongkos kirim. Dirinya pun kini sedang mengembangkan produk baru berupa bakso aci yang bisa disantap dengan diseduh air panas terlebih dahulu.
![]() |
Selama 12 tahun menjalankan bisnis cireng, Lilis pun akhirnya merasakan hasilnya dari hasil kerja kerasnya. Dia kini berhasil mengantongi omzet hingga ratusan juta dalam sebulan.
"Iya itu omzet per bulan di Rp 300 juta, itu rata-rata," tegasnya.
Selain kerja keras, dia mengaku untuk mencapai titik kesuksesan saat ini diperlukan juga konsistensi dalam berbisnis dan menjaga kualitas produk, serta jangan berhenti untuk berinovasi agar produk yang dijual bisa menyesuaikan keinginan konsumen.
(hek/ara)