Resign dari Bank BUMN, Dedy Kini Jadi Petani Organik Sukses

Saatnya Jadi Bos

Resign dari Bank BUMN, Dedy Kini Jadi Petani Organik Sukses

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Sabtu, 21 Agu 2021 15:00 WIB
Resign Dari Bank BUMN, Dedy Kini Sukses Jadi Petani Organik
Foto: Dok. Pribadi
Jakarta -

Sesuai dengan nama rubrik 'Saatnya Jadi Bos', Dedy Tri Kuncoro kini benar-benar menjadi bos di lahan pertanian yang dia miliki sendiri. Padahal sebelumnya dia adalah pegawai bank yang berprestasi dan siap untuk mendapat promosi naik jabatan.

Namun Dedy merasa, kerja di bank bukanlah panggilan jiwanya. Dia merasa harus melakukan hal lain yang menyenangkan namun tetap menghasilkan.

"Bukan berarti kerja di bank atau di tempat lain tidak menyenangkan dan tidak menghasilkan, hanya saya merasa kerja di bank bukan panggilan untuk saya. Walaupun saat itu saya kerja di Bank BUMN kantor cabang Yogyakarta, take home pay tinggi dan saya berprestasi dan siap dipromosikan naik jabatan saat itu," kata dia saat berbincang dengan detikcom, Jumat (20/8/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menjadi petani sebenarnya tak pernah ada dalam pikiran Dedy, saat itu dia hanya ingin mencari pekerjaan baru tapi tetap bisa bermanfaat untuk orang lain. Sebelum resign dari bank, dia bergabung dengan komunitas dan mempelajari Ikigai, yaitu sebuah konsep yang mempelajari tujuan hidup.

Dari situ Dedy mendapat prinsip hidup yang lebih bermakna. Walaupun keluarga sempat menentang keputusan Dedy untuk keluar dari bank BUMN tersebut pada 2014.

ADVERTISEMENT

Setelah resign, rencana Dedy tidak berjalan mulus, keluarganya kembali meminta dia untuk bekerja di bank daerah dan dia kembali mulai dari posisi bawah. Namun itu hanya berjalan satu tahun dia benar-benar bertekad untuk memulai usaha.

Tiga bulan sebelum berhenti dari bank, Dedy memang sudah memulai ancang-ancang membuka usaha di bidang agribisnis. Dia mulai menjual bibit pohon buah di Jogja.

"Setelah saya full keluar dari bank, saya fokus jual bibit buah, tapi kan jual bibit buah itu ada masa tunggu, jadi saya gerakkan anak-anak muda untuk jualan sayur organik," imbuh dia.

Resign Dari Bank BUMN, Dedy Kini Sukses Jadi Petani OrganikResign Dari Bank BUMN, Dedy Kini Sukses Jadi Petani Organik Foto: Dok. Pribadi

Tren penjualan terus mengalami kenaikan, namun kondisi ini tidak ditopang oleh pasokan yang memadai karena keterbatasan lahan yang digarap Dedy. Hingga pada April 2017, dia menyewa lahan dari hasil crowd funding dengan teman-teman dekatnya. Modal awal yang digunakan untuk membeli bibit sekitar Rp 25 juta di mana Rp 17 juta untuk bibit dan sisanya untuk operasional.

Dedy sangat bangga dan bahagia bisa menjadi petani, hal yang sangat terasa perbedaanya sekarang dia memiliki gaji 5 kali lebih besar ketika dia bekerja di bank. Selain itu dia juga sekarang sudah memiliki petani-petani binaan yang penghasilan 4 kali UMR di Jogja.

"Bedanya itu terasa di pendapatan, jauh ya banyakan sekarang bisa 5 kali lipat waktu saya kerja di bank. Sebenarnya bukan hanya masalah finansial saja, tapi ada kepuasan yang saya dapat ketika menjadi petani, saya hidup di dunia ini harus ada sesuatu yang saya berikan," jelasnya.

Dedy selalu memegang prinsip jika dia tidak bisa mengeksploitasi tanah. Tanah yang digunakan harus dihidupkan dan dirawat, sehingga ada timbal balik yang baik dari tanah dan manusia.

"Saya merasa ini hobi saya yang dibayar, saya dapat uang dari situ. Banyak orang kan pola pikirnya petani itu hanya produksi saja, padahal pemasukannya banyak dari semua penjuru, seperti jadi pembicara di seminar saja saya bisa dapat penghasilan," tambah dia.

Dia tidak menyebutkan berapa omzet yang dia dapatkan per bulan. Namun dia memberikan gambaran satu kebun bisa mengantongi Rp 3 juta per bulan. Sekarang kebun yang dikelola ada 9 dan menyusul 15 kebun yang akan dibuka di lokasi baru.

Setiap kebun menghasilkan komoditi yang berbeda-beda sehingga memang omzet tak bisa disamaratakan. Saat ini Dedy juga sedang melatih anak-anak SMK untuk menjalankan pertanian, karena memang kebunnya menjadi percontohan petani muda.

Memilih Pertanian Organik

Pertanian organik dipilih Dedy karena dia tak ingin ketergantungan dengan industri pupuk atau pestisida. Dia menggunakan lahan pertanian terintegrasi di mana di dalamnya terdapat lahan tani, kolam ikan sampai hewan ternak. Sehingga untuk pupuk dan pestisida dia langsung mengambil dari tempat yang sama.

Pestisida alami yang digunakan oleh Dedy juga bukan untuk membunuh atau meracuni hama. "Kita pestisida alami, hanya mengusir saja. Karena saya sadar kita harus berbagi. Setiap hasil produksi itu kita bisa mengambil 70% lalu 30% itu pasti ada yang rusak dimakan hama, sisanya bisa kita kasih ke ikan. Jadi konsepnya zero waste," ujarnya.

Dedy mengatakan prinsip pertanian atau hasil tani organik bukan hanya dari sertifikasi saja. Tapi juga proses untuk menanam, menghasilkan sampai kembali merawat tanahnya juga harus diperhatikan. Selain itu konsep ini juga bisa menekan harga pokok produksi (HPP). Karena pola tanam yang tidak tergantung industri.

Pupuk yang digunakan Dedy dihasilkan dari olahan kotoran ternak padat, lalu pupuk cair yang didapatkan dari limbah kulit buah. Para pelanggan Dedy adalah pedagang jus, jadi dia bekerja sama dengan konsumennya untuk mengumpulkan kulit atau limbah buah untuk dijadikan pupuk.

Dedy bukanlah lulusan fakultas ekonomi atau fakultas pertanian dia merupakan lulusan biologi yang mempelajari ekologi rantai makanan. Bertani dia pelajari secara otodidak dengan memegang teguh jika pertanian dan biologi adalah hal yang tak bisa dipisahkan.

Dia juga membagikan tips, untuk anak-anak muda yang ingin memulai usaha atau yang sedang galau dalam bekerja harus memiliki model dan rencana bisnis yang matang. Selain itu harus siap berproses.

"Saya juga berproses sejak 2016, jadi petani itu harus sejahtera juga caranya harus punya konsep yang jelas dan kuat," ujar dia.

Selain itu, Dedy menyebut jangan bermain atau berbisnis di kerumunan yang memang sudah ramai. Harus mencari konsep lain agar tidak berebut dengan pasar lain.


Hide Ads