Memilih Pertanian Organik
Pertanian organik dipilih Dedy karena dia tak ingin ketergantungan dengan industri pupuk atau pestisida. Dia menggunakan lahan pertanian terintegrasi di mana di dalamnya terdapat lahan tani, kolam ikan sampai hewan ternak. Sehingga untuk pupuk dan pestisida dia langsung mengambil dari tempat yang sama.
Pestisida alami yang digunakan oleh Dedy juga bukan untuk membunuh atau meracuni hama. "Kita pestisida alami, hanya mengusir saja. Karena saya sadar kita harus berbagi. Setiap hasil produksi itu kita bisa mengambil 70% lalu 30% itu pasti ada yang rusak dimakan hama, sisanya bisa kita kasih ke ikan. Jadi konsepnya zero waste," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dedy mengatakan prinsip pertanian atau hasil tani organik bukan hanya dari sertifikasi saja. Tapi juga proses untuk menanam, menghasilkan sampai kembali merawat tanahnya juga harus diperhatikan. Selain itu konsep ini juga bisa menekan harga pokok produksi (HPP). Karena pola tanam yang tidak tergantung industri.
Pupuk yang digunakan Dedy dihasilkan dari olahan kotoran ternak padat, lalu pupuk cair yang didapatkan dari limbah kulit buah. Para pelanggan Dedy adalah pedagang jus, jadi dia bekerja sama dengan konsumennya untuk mengumpulkan kulit atau limbah buah untuk dijadikan pupuk.
Dedy bukanlah lulusan fakultas ekonomi atau fakultas pertanian dia merupakan lulusan biologi yang mempelajari ekologi rantai makanan. Bertani dia pelajari secara otodidak dengan memegang teguh jika pertanian dan biologi adalah hal yang tak bisa dipisahkan.
Dia juga membagikan tips, untuk anak-anak muda yang ingin memulai usaha atau yang sedang galau dalam bekerja harus memiliki model dan rencana bisnis yang matang. Selain itu harus siap berproses.
"Saya juga berproses sejak 2016, jadi petani itu harus sejahtera juga caranya harus punya konsep yang jelas dan kuat," ujar dia.
Selain itu, Dedy menyebut jangan bermain atau berbisnis di kerumunan yang memang sudah ramai. Harus mencari konsep lain agar tidak berebut dengan pasar lain.
(kil/eds)