Dalam pembuatan kandang, alas burung puyuh menjadi hal yang paling vital. Mengingat kemiringannya harus benar-benar sesuai dan diperhatikan.
"Yang harus diperhatikan pertama itu alas untuk puyuh minimal kualitas kawat harus bagus. Itu paling vital. Terus kemiringan kandang harus pas, karena telur nanti gelinding sendiri ke depan. Kemiringannya paling bagus 5 cm. Untuk lainnya nggak terlalu vital," katanya.
![]() |
Guna mengembangkan usahanya, Suwantono memanfaatkan pinjaman KUR dari BRI. Di tahun 2020, keduanya mengajukan KUR senilai Rp 50 juta untuk produksi bisnis kandang puyuh. Adapun modal tersebut mereka gunakan untuk membeli kayu, kawat, dan alat untuk membuat kandang puyuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau di BRI ambil KUR. Tahun 2020 mengajukan Rp 50 juta, dikabulkannya Rp 25 juta. Buat nambah modal usaha produksi kandang, beli kayu, beli kawat. Beli alat juga," ujar Muslikah.
Dalam merintis usahanya, Muslikah mengatakan dirinya juga melakukan pinjaman melalui program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) milik PNM. Berkat permodalan ini, Muslikah mengaku terbantu untuk mengembangkan usahanya karena bunga yang kecil dan tak perlu ada jaminan.
"Pinjaman awal saat itu Rp 2 juta untuk nambah modal warung kopi dulu. Terus berlanjut pinjaman ke 2 Rp 3 juta. Sekarang sudah 3 kali, yang ketiga Rp 4 juta. Bergabung dengan Mekaar sudah 2 tahun lebih," katanya.
"Membantu dari segi menambah modal. Terus bunganya kecil. Proses pencairan cepat dan gampang. Dan nggak perlu jaminan apa-apa," pungkasnya.
detikcom bersama BRI mengadakan program Sinergi Ultra Mikro di Bandar Lampung dan Semarang untuk memantau upaya peningkatan inklusi finansial masyarakat melalui sinergi BRI, Pegadaian, dan PNM dalam Holding Ultra Mikro. Holding Ultra Mikro berupaya mendukung pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berkelanjutan untuk peningkatan UMKM di Tanah Air. Untuk informasi lebih lengkap, ikuti beritanya di https://sinergiultramikro.detik.com/.
(prf/hns)