Ikut Tren
Ya, tiba-tiba Yoga melihat saat itu banyak toko kopi yang membuat produk dalam bentuk botol kemasan untuk dijadikan hampers. Tren itu dia ikuti, dan benar saja pendapatannya langsung melonjak. Modalnya dia yang Rp 100 juta itu balik modal di bulan ke 8 meski masih dalam kondisi pandemi.
Tak puas dengan bisnisnya itu, akhirnya dia membuka coffee shop dengan konsep kafe yang diberi nama Payu di wilayah Kebayoran. Nama itu berdasarkan usulan dari ibunya yang menolak nama yang awalnya dia berikan yakni Teluk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gue udah mau bikin, mamah gue bilang 'mamah nggak suka namanya'. Akhirnya nyokap yang bikin namanya 'kayanya Payu bagus'. Kebetulan kita orang Jawa, Payu kan artinya laku. Akhirnya ya kita jalani. Ya alhamdulillah ada impact-nya lah," terangnya.
![]() |
Untuk kedua kalinya, Yoga juga dihadapi tantangan yang sama. Sebab beberapa hari setelah dia membuka Payu, pemerintah menerapkan PSBB. Bahkan pernah dalam satu hari dia hanya menjual satu makanan dan satu minuman dengan total Rp 58 ribu.
Cobaan itu tetap dia hadapi dengan keyakinan yang sama yakni: 'Tuhan tidak pernah tidur, dan rezeki sudah diatur'.
Kini bisnis kopinya, baik di warung kopi kecilnya di Cipete maupun Payu sudah berjalan normal. Omzetnya per bulan sudah mencapai Rp 200 jutaan, meskipun dia tidak memberikan angka pastinya.
Yoga mengaku saat ini memilih fokus untuk menjalani bisnisnya itu. Dia sejenak rehat dari aktivitas balap mobilnya karena dinilai kejuaraan yang ada juga belum maksimal.
Dia berambisi bisa membesarkan bisnis kopinya dengan banyak membuka cabang di berbagai lokasi di Indonesia.
![]() |
(das/ara)