Apa Itu Metode FIFO? Cara Hitung dan Bedanya Dengan LIFO

Apa Itu Metode FIFO? Cara Hitung dan Bedanya Dengan LIFO

ilham fikriansyah - detikFinance
Senin, 03 Okt 2022 15:33 WIB
Beda metode FIFO dengan LIFO.
Foto: Microsoft 365/Unsplash
Jakarta -

Dalam menjalankan sebuah bisnis, pihak perusahaan perlu mengelola dan memantau barang-barang yang akan dijual nantinya. Agar proses keluar masuk barang di dalam gudang berjalan lancar, perusahaan sering menggunakan metode FIFO dan LIFO.

Bagi detikers yang belum tahu, FIFO merupakan singkatan dari First In First Out. Sementara LIFO adalah singkatan dari Last In First Out. Metode ini dijalankan oleh perusahaan agar stok barang berada dalam jumlah yang cukup, sehingga tidak kekurangan atau mengalami penumpukan.

Lantas, apa sih yang dimaksud dengan FIFO? Lalu apa yang membedakan antara FIFO dengan LIFO? Biar nggak penasaran, simak penjelasannya secara lengkap dalam artikel berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Metode Persediaan First In First Out (FIFO)

Dijelaskan dalam e-Jurnal milik Eka Nurindah Sari dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro, metode persediaan FIFO adalah metode yang menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan awal (pertama) yang masuk akan dijual terlebih dahulu, sehingga persediaan yang terakhir masuk dinilai dengan perolehan persediaan yang terakhir dijual.

Secara mudahnya, persediaan barang yang masuk pertama kali ke dalam toko akan langsung dijual paling awal. Metode ini terus berlanjut sampai masuk stok barang terakhir, di mana barang tersebut nantinya yang akan dijual paling akhir.

ADVERTISEMENT

Karena barang yang masuk lebih awal akan dijual paling pertama, dengan begitu harga perolehan barang yang paling awal dijual dianggap menjadi harga pokok penjualan. Selain itu, dalam metode FIFO persediaan akhir akan ditentukan dengan mengambil harga perolehan per unit dari pembelian paling akhir dan terus bergerak mundur sampai semua stok persediaan sudah mendapat harga perolehan.

Cara Menghitung Persediaan dengan Metode FIFO

Untuk menghitung persediaan dengan metode FIFO tak bisa dilakukan secara sembarangan detikers. Dilansir situs Freshbooks, berikut ini adalah contoh menghitung persediaan dengan cara metode FIFO, sebagai pengingat kamu bisa menyesuaikan contoh di bawah ini dengan kebutuhan perusahaan.

Sebagai contoh, detikers memiliki usaha yang fokus di bidang kaos. Di akhir tahun kamu melakukan pencatatan keuangan, agar tidak bingung kamu bisa menghitung persediaan dengan metode FIFO yang dibuat menjadi tiga gelombang selama satu tahun. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

  • Gelombang 1: 2.000 kaos dengan biaya Rp 25.000.000
  • Gelombang 2: 1.500 kaos dengan biaya Rp 23.000.000
  • Gelombang 3: 2.200 kaos dengan biaya Rp 29.500.000

Secara menyeluruh total baju yang diproduksi mencapai 5.700 kaos dengan biaya sebesar Rp 77.500.000. Dengan begitu, biaya rata-rata untuk memproduksi satu kaos sekitar Rp 13.596.

Setelah itu, detikers perlu menghitung unit biaya untuk setiap gelombanya. Caranya adalah dengan membagi jumlah kaos dengan biaya yang digunakan. Perhitungannya sebagai berikut:

- Gelombang 1: Rp 25.000.000/2.000 kaos = Rp 12.500
- Gelombang 2: Rp 23.000.000/1.500 kaos = Rp 15.333
- Gelombang 3: Rp 29.5000.000/2.200 kaos = Rp 13.409

Langkah selanjutnya, asumsikan bahwa pada periode tersebut bisnis detikers telah menjual 4.500 kaos dari 5.700 kaos yang telah diproduksi. Dengan begitu kamu masih belum tahu produk dari gelombang mana yang terjual.

Lantas, bagaimana cara menentukan biaya produk yang terjual menggunakan metode FIFO? Kini anggap saja bahwa produk yang terjual merupakan produk yang pertama kali masuk. Jadi, perhitungan untuk 4.500 kaos yang terjual sebagai berikut:

  • 1.500 kaos dari gelombang 1 bernilai Rp 12.500 terjual lebih dahulu. Total biaya sebesar Rp 18.750.000
  • 1.300 kaos dari gelombang 2 bernilai Rp 15.333 telah terjual pada tahap selanjutnya. Total biayanya sebesar Rp 19.932.900
  • 1.700 kaos dari gelombang 3 bernilai Rp 13.409 berhasil terjual paling terakhir. Total biaya sebesar Rp 22.795.300

Bila dijumlah seluruhnya, maka biaya dari 4.500 kaos yang terjual mencapai Rp 61.477.300. Dengan begitu, total perhitungan tersebut dianggap menjadi biaya pokok produksi.

Keuntungan Menggunakan Metode FIFO

Ada sejumlah keuntungan yang didapat dengan menggunakan metode FIFO. Melansir situs Accounting for Management, berikut sejumlah keuntungan dari penerapan metode FIFO.

  1. Menghemat uang dan waktu dalam menghitung biaya pasti dari persediaan barang yang akan dijual, karena biaya tersebut akan tergantung pada arus kas paling awal dari pembelian suatu produk yang dijual terlebih dahulu.
  2. Mudah dipahami dan diterapkan dalam menjalankan suatu bisnis, sebab sistemnya cukup mudah yakni barang yang datang paling awal langsung dijual terlebih dahulu, sementara barang yang datangnya terakhir maka baru dijual setelahnya.
  3. Diterapkannya strategi FIFO dapat mengurangi terjadinya pemborosan, sehingga keuangan perusahaan tetap aman karena stok barang yang awalnya boros kini perlahan mulai berkurang dan bisa diatasi seutuhnya.
  4. Karena barang yang masuk pertama langsung dijual paling awal, hal ini dapat mencegah terjadinya kerusakan pada barang. Sebab barang yang terlalu lama disimpan kualitasnya bisa berkurang dan akhirnya malah membuat perusahaan rugi.

Kekurangan Metode Persediaan FIFO

Meski menawarkan banyak keuntungan, namun menerapkan metode FIFO juga ada kekurangannya lho detikers. Berikut ini beberapa kekurangan metode FIFO dikutip dari situs Accounting for Management.

  1. Menyebabkan jumlah pajak penghasilan (PPh) perusahaan menjadi lebih tinggi.
  2. Perhitungan dan pendapatan laba dengan menggunakan metode FIFO terbilang masih belum akurat.
  3. Ada celah yang cukup besar antara modal yang digunakan untuk produksi dengan laba yang dihasilkan dari menjual barang tersebut.

Perbedaan FIFO dan LIFO

Setelah mengetahui pengertian tentang FIFO, mungkin ada sebagian detikers yang bertanya, lantas apa sih yang membedakan antara FIFO dan LIFO? Menurut Baridwan (2008), ada beberapa perbedaan antara metode persediaan FIFO dengan LIFO.

Baridwan mengungkapkan, metode FIFO akan mengakibatkan nilai persediaan dalam neraca dicantumkan dengan harga saat ini. Berbeda dengan FIFO, dengan metode LIFO akan dicantumkan dengan harga awal yang biasanya tidak pernah mengalami perubahan.

Selain itu, penggunaan metode FIFO dalam keadaan harga naik akan menghasilkan kenaikan laba bruto, sementara dalam keadaan harga turun akan berakibat pada menurunnya laba bruto. Lalu sebaliknya, dalam keadaan harga naik metode LIFO akan menghasilkan penurunan laba dan dalam keadaan harga turun akan berakibat naiknya laba bruto.

Itu dia detikers penjelasan mengenai apa itu metode FIFO beserta dengan cara menghitung, kelebihan, kekurangan, dan perbedaannya dengan LIFO. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi detikers khususnya yang tengah mempelajari metode FIFO.




(ilf/fds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads