Apabila detikers terjun ke dalam dunia marketing, tentu kamu harus mempelajari berbagai strategi dan model marketing. Nah, salah satu model di dalam marketing yang cukup terkenal dan banyak digunakan oleh orang-orang adalah AIDA.
Eits, AIDA di sini bukanlah nama orang ya detikers. Di dunia marketing, AIDA adalah singkatan dari attention, interest, desire, dan action atau kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi perhatian, minat, keinginan, dan tindakan.
Bagi sebagian orang yang sudah lama berkecimpung di dunia marketing tentu sudah mengenal model AIDA. Akan tetapi, lain halnya dengan sejumlah masyarakat umum yang mungkin baru pertama kali mendengar istilah yang satu ini.
Lantas, apa sih sebenarnya AIDA itu? Lalu seperti apa penerapan AIDA di dalam marketing perusahaan? Simak pembahasannya secara lengkap dalam artikel berikut ini.
AIDA Marketing Adalah
Menurut Akmal Musyadat Cholil (2020), AIDA adalah singkatan sederhana yang telah dibuat lama sebagai pengingat dari empat tahap proses penjualan. AIDA merupakan model yang cukup sederhana dan dapat digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan pemasaran, maka dari itu model AIDA cukup populer dan telah banyak diterapkan.
Dalam model AIDA, alat promosi harus menarik perhatian, mendapatkan dan mendorong minat, membangkitkan keinginan, dan menghasilkan tindakan. Sebab, dalam membangun komunikasi yang efektif salah satu aspek paling penting adalah memahami proses terjadinya respons dari konsumen.
Model AIDA menerapkan prinsip segala keputusan pembelian adalah suatu proses psikologis yang dilalui oleh konsumen atau pembeli. Jadi, prosesnya diawali dengan tahap menaruh perhatian (attention) terhadap barang atau jasa. Bila konsumen terkesan, tahap selanjutnya masuk ke dalam ketertarikan (interest) untuk mengetahui lebih jauh tentang produk tersebut.
Apabila rasa ketertarikan konsumen terhadap produk tersebut makin kuat, dengan begitu AIDA telah masuk tahap yang ketiga yakni minat (desire) karena barang atau jasa yang ditawarkan sesuai dengan keinginannya. Karena dorongan minat yang kuat, akhirnya konsumen tersebut memutuskan untuk mengambil tindakan (action) dengan membeli produk itu.
Contoh Penerapan AIDA
Setelah memahami apa itu AIDA, kini saatnya melihat contoh penerapan AIDA dalam dunia marketing. Bagi detikers yang baru mendirikan usaha, ada baiknya simak contoh penerapan AIDA di bawah ini sebagai gambaran agar strategi marketing di perusahaan detikers berjalan lancar.
Misalnya, Iwan baru saja mendirikan usaha yang fokus dalam menjual kue coklat. Namun karena bisnisnya baru saja berdiri, Iwan harus mencari cara agar kue coklatnya banyak diketahui masyarakat luas dan akhirnya laris manis dibeli konsumen.
Untuk itu Iwan menerapkan model AIDA dalam strategi marketingnya. Pertama, Iwan menerapkan konsep attention dengan membuat akun media sosial di Instagram. Dari sini, Iwan mengelola akun usahanya sebaik mungkin dengan mencantumkan harga, menu, jam operasional pemesanan kue, hingga mengunggah proses pembuatan kue coklat.
Untuk menarik perhatian lebih, Iwan sering mengunggah foto-foto kuenya yang sudah jadi ke Instagram dengan tampilan yang aesthetic, sehingga membuat sejumlah netizen tertarik melihatnya. Selain itu, ia juga mengikuti sejumlah akun-akun besar di Instagram dan turut berkomentar di beberapa foto untuk sekadar menarik minat konsumen.
Setelah melalui tahap attention, kini Iwan masuk ke langkah selanjutnya yakni mengusung interest. Pada tahap ini, Iwan tak hanya sekadar mengunggah foto kue coklat di Instagram, namun dituliskan juga caption yang menarik serta menjelaskan sedikit sejumlah bahan-bahan kue yang digunakan.
Dalam mengelola Instagram bisnisnya ini, Iwan juga mengunggah foto dan video dengan kualitas terbaik. Cara ini dilakukan agar dapat memanjakan mata serta menambah minat netizen untuk membeli kue coklatnya.
Usai melalui tahap interest, kini Iwan masuk ke dalam tahap desire. Agar mampu menarik minat masyarakat lebih banyak lagi, Iwan menawarkan sejumlah promo dan diskon menarik untuk setiap pembelian kue coklatnya.
Selain itu, Iwan juga mengusung tagline yang menarik untuk memunculkan hasrat dan keinginan masyarakat untuk membeli kue. Setelah melakukan kedua hal di atas, Iwan juga memantau kolom komentar di setiap unggahannya, bila ada netizen yang bertanya Iwan dengan cepat membalas pertanyaan tersebut.
Terakhir, kini Iwan masuk ke tahap action dalam model AIDA. Agar konsumen mengambil tindakan dengan membeli kue coklat, pada tahap ini Iwan menganalisis target pasar yang dibidik. Setelah itu, Iwan menyesuaikan dengan konten-konten yang bakal diunggah ke Instagram.
Kemudian Iwan juga membuat alur pemesanan bagi para konsumen yang ingin membeli kuenya. Mulai dari harus menghubungi ke nomor berapa, memilih menu kue coklat yang tersedia, jumlah total biaya termasuk ongkos kirim, serta pilihan opsi pembayaran yang mudah dan banyak.
Kelebihan dan Kekurangan AIDA
Meski sudah banyak pelaku usaha yang menerapkan model AIDA dalam strategi marketing karena memberikan sejumlah kelebihan, namun tetap ada sejumlah kekurangan yang didapat dari model ini. Jadi, detikers harus cermat dalam menggunakan model AIDA, apakah penerapannya mampu memberikan keuntungan bagi jalannya bisnis atau justru malah mengalami kerugian.
1. Kelebihan AIDA
Dilansir situs DM Exco, kelebihan yang didapat dari model AIDA yakni penerapannya yang sederhana dan tidak rumit. Selain itu, model AIDA juga tak lekang oleh zaman, sebab seiring berjalannya waktu model marketing yang satu ini masih cukup populer digunakan dan berhasil menarik minat konsumen untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan.
2. Kekurangan AIDA
Sayangnya, penerapan model AIDA yang terbilang sederhana dan mudah ternyata masih ada sejumlah kekurangan. Dikutip situs Parsadi, berikut sejumlah kekurangan model AIDA:
- Tidak semua konsumen merasa tertarik dan langsung membeli produk tersebut, pada akhirnya ada sebagian konsumen yang tetap membeli produk dari merek lain.
- Model AIDA hanya cocok diterapkan bagi konsumen baru, karena pada umumnya masyarakat tertarik untuk mencoba suatu produk yang baru dirilis.
- Banyak perusahaan yang terlalu fokus pada satu tahap model AIDA saja, misalnya perusahaan ABD terlalu fokus pada tahap attention dan menghiraukan tahap lain. Lantas, bila model AIDA tidak diterapkan sebaik mungkin hal ini akan membuat perusahaan mengalami kerugian.
Nah itu dia detikers penjelasan secara lengkap mengenai AIDA marketing, contoh penerapan, serta kelebihan dan kekurangannya. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi detikers terutama yang tengah mempelajari model AIDA untuk strategi marketing perusahaannya.
Simak Video "HYBE Jual Semua Saham SM ke Kakao"
[Gambas:Video 20detik]
(ilf/fds)