Olah Daun-daunan Jadi Produk Fesyen, UMKM Ini Cuan Puluhan Juta

Olah Daun-daunan Jadi Produk Fesyen, UMKM Ini Cuan Puluhan Juta

Angga Laraspati - detikFinance
Selasa, 13 Des 2022 21:54 WIB
Letes Craft
Foto: dok. Angga Laraspati/detikcom
Pasuruan -

Orang awam mungkin melihat daun-daun hanya sebagai sampah yang mengotori jalanan dan harus dibuang. Tapi tidak di mata Ani Nurdiana (55). Emak-emak asal Pasuruan ini pemilik UMKM bernama Letes Craft yang memproduksi berbagai macam kerajinan ecoprint dari daun-daunan dan bunga untuk menghasilkan berbagai karya fesyen.

"Orang-orang itu sampai bingung dan bertanya 'Bu buat apa Bu daun-daun itu?' Saya jawab saja 'Pak ini uang Pak'. Ini kalau kita olah jadinya uang dan harganya mahal," ujar Ani dalam acara Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC), Selasa (13/12/2022).

Ani menjelaskan daun-daun yang ia ambil bisa dijadikan pewarna dan juga motif. Daun yang dikumpulkan tidak begitu saja bisa langsung ditempel. Namun, harus melalui proses agar bisa menempel pada sebuah kain. Ani juga harus mengetahui daun mana yang mengandung zat tanin paling tinggi. Pasalnya daun yang punya kandungan tanin tinggi dapat menghasilkan warna lebih baik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita harus cooling dulu, keringkan dulu, baru bisa siap ditempel. Nah, setelah ditempel, sudah direbus, sudah jadi pun masih harus diangin-anginkan lagi, sekitar paling minim 3 hari, kalau lebih lama lebih bagus. Jadi satu minggu itu tadi, baru bisa difiksasi dan bisa dipakai," ungkap Ani.

Adapun produk yang dihasilkan dari kerajinan ecoprint Letes Craft antara lain dompet, tas, sepatu dan juga beberapa kain. Karya Ani dijual dari rentang Rp 300 ribu hingga Rp 2 juta.

ADVERTISEMENT

Sekadar diketahui Letes Craft adalah salah satu mitra binaan dari Sampoerna lewat program Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC). Program pembinaan UMKM dari Sampoerna ini diresmikan pada tahun 2007.

Letes CraftProduk fashion ecoprint/Foto: dok. Angga Laraspati/detikcom

Ani bergabung dengan SETC pada tahun 2010. Dari awalnya sebagai hobi, SETC pun mengarahkan Ani untuk lebih serius menekuni kegemarannya tersebut. Denagn bergabung SETC, Ani dapat mempelajari semua hal tentang pemasaran produk.

Ani memulai usahanya pada tahun 2010 dengan modal Rp 300.000. Semenjak bergabung dengan SETC aset yang dimiliki Letes Craft kini mencapai hingga Rp 200 jutaan.

"Kalau omzet mungkin kita naik turun, jadi memang dalam satu bulan itu Rp 80 juta kadang turun sampai Rp 5 juta juga pernah. Kalau orang jualan kan memang naik turun. Jadi saya akui, saya bisa seperti ini berkat SETC," imbuh Ani.

Program SETC meliputi pelatihan kewirausahaan, baik hard skill maupun soft skill di bidang budidaya pertanian, peternakan, dan keterampilan lainnya; riset terapan; pendampingan dan jejaring pasar; konsultasi usaha; serta jejaring UMKM.

Hingga saat ini, SETC telah memberi keterampilan kewirausahaan kepada lebih dari 65.000 peserta dari seluruh Indonesia. Ada beberapa keterampilan yang diberikan kepada pelaku UMKM binaan mulai dari manajemen keuangan dan bisnis-keterampilan digital.

SETC juga memiliki beberapa fasilitas pendukung untuk pengembangan kewirausahaan antara lain Ruang pelatihan dan pertemuan, fasilitas pertanian terpadu, peternakan, perikanan, dan pengolahan limbah organik, laboratorium pengolahan pangan dan kultur jaringan, galeri produk UMKM, hingga penginapan untuk fasilitas pelatihan.




(prf/hns)

Hide Ads