Saatnya Jadi Bos

Bisnis Ramah Lingkungan Ini Bisa Panen Omzet Puluhan Juta Rupiah!

Almadinah Putri Brilian - detikFinance
Minggu, 26 Mar 2023 17:30 WIB
Foto: Almadinah Putri Brilian/detikcom
Jakarta -

Belakangan ini, tengah marak bisnis-bisnis yang ramah lingkungan. Salah satunya membuat kerajinan dengan teknik ecoprint.

Sebagai informasi, ecoprint merupakan teknik mencetak pada kain dengan menggunakan pewarna alami dan membuat motif dari daun secara manual, yaitu dengan cara ditempel sampai timbul motif pada kain.

Salah satu pengrajin yang menggunakan teknik ecoprint adalah Siska, pemilik dari Kirana Ecoprint Borobudur. Awalnya Siska suka main atau blusukan ke sawah dan hutan sembari mengumpulkan daun-daun yang unik. Ia juga suka mengoleksi tumbuhan, khususnya daun, yang dikeringkan atau herbarium. Lalu, ia tak sengaja melihat di media sosial terkait teknik cetak tumbuhan, khususnya daun, yang ada di kain. Ia pun mulai mempelajari teknik tersebut secara otodidak.

Siska mulai melakukan bisnis ini sejak tahun 2021 dan mulai memasarkan produknya pada 2022 kemarin. Sebelumnya, ia hanya menggunakan produknya untuk diri sendiri sebelum akhirnya dipasarkan.

Produk yang dibuatnya pun beragam. Mulai dari ecoprint di kain sutra, kain berbahan rayon, sepatu, tumbler, mug, tas, dompet, hingga topi. Untuk pewarnaannya, Siska menggunakan bahan-bahan alami, seperti warna hijau yang terbuat dari ketapang, warna merah yang terbuat dari kayu secang, lalu warna hitam yang berasal dari manjakani.

Dalam mendapatkan bahan-bahannya, ia biasa mendapatkannya dari gunung-gunung yang berada di sekitar rumahnya. Ia juga mengambil beberapa daun, seperti daun eucalyptus, dari teman-temannya yang berada di dataran tinggi Purbalingga, Jawa Tengah.

"(Ini) dari alam semua. Insyaallah kita konsepnya kita benar-benar tidak merusak alam. Kita juga mengurangi plastik," ujarnya kepada detikcom di Plataran Heritage Borobudur Hotel, Magelang, Jawa Tengah, ditulis Minggu (26/3/2023).

Kirana Ecoprint Borobudur Foto: Almadinah Putri Brilian/detikcom

Harga yang ditawarkan juga cukup beragam. Untuk harga sepatu kanvas dibanderol Rp 500.000, lalu sepatu yang berbahan kulit dibanderol di atas Rp 1.000.000.

Sementara itu, harga dompet kulit sekitar Rp 400.000, lalu untuk yang berbahan kanvas dibanderol Rp 150.000-200.000, tergantung ukuran dan desain. Kalau untuk tumbler dibanderol Rp 200.000-300.000, tergantung ukurannya.

"Kalau kain itu yang paling bawah, itu biasanya katun primis itu Rp 250.000-300.000 sampai yang (bahan) sutra itu Rp 3.000.000-4.000.000," ungkapnya.

Siska biasanya menjual produknya melalui pameran-pameran yang ada. Meski demikian, ia mengaku juga memiliki galery di rumahnya di sekitar Magelang, Jawa Tengah. Dalam memproduksi barang-barang tersebut, ia dibantu oleh 2 karyawannya.

"Saya punya 2 karyawan hanya untuk yang eco (ecoprint), tapi kalau untuk yang jahit-jahit ini biasanya saya merangkul UKM kanan-kiri di desa. Jadi kalau ada penjahit 'mbak saya bikinkan ini,' atau kalau ada tukang sepatu, tukang sol dia itu dulu 'mas, kalau kamu beli sol, saya dibikinkan bisa, ndak?' 'Asal ada gambare, ya boleh' gitu," paparnya.

Lebih lanjut, Siska menuturkan untuk omzet yang didapat setidaknya Rp 10.000.000 per bulannya. Sementara untuk modal awal membuka bisnisnya sekitar Rp 5.000.000. Ia juga mulai memasarkan produknya di luar negeri. Salah satunya di Busan, Korea Selatan.

"Saya kebetulan ada kawan, relasi, dia punya usaha batik di Busan, tapi itu toko dia sendiri. Jadi misal 'aku ada dikirim deh (produknya) berapa' gitu. Tapi permintaan aja, jadi saya nggak buka, jadi cuma dia minta aja," ungkapnya.

Dengan mengikuti pameran-pameran ini, Siska berharap produknya dapat lebih dikenal dengan masyarakat luas, termasuk pembeli dari mancanegara.




(das/das)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork