Pensiun dari Guru, Wanita Ini Jual Tas dari Bungkus Kopi Modal Rp 100.000

Saatnya Jadi Bos

Pensiun dari Guru, Wanita Ini Jual Tas dari Bungkus Kopi Modal Rp 100.000

Aulia Damayanti - detikFinance
Kamis, 11 Mei 2023 15:34 WIB
PensiunΒ dariΒ Guru, Wanita Ini Jual Tas dari Bungkus Kopi Modal Rp 100.000
Pensiun dari Guru, Wanita Ini Jual Tas dari Bungkus Kopi Modal Rp 100.000/Foto: Dok. Istimewa
Jakarta -

Mendaur ulang bahan plastik seperti bungkus kopi juga bisa disulap jadi tas yang cantik, seperti bisnis yang baru dimulai oleh Fransisca Srikaton Nurbuati. Ia mendaur ulang sampah bungkus kopi menjadi sebuah tas cantik.

Bahkan modal dari membuat tas daur ulang hanya Rp 100.000 saja. Modal itu digunakan untuk membeli pembersih sampah daur ulang, hingga pengait di tas dan gantungan kunci.

"Pada 2018 saya menggeluti bisnis ini, setelah pensiun dari guru karena pada saat itu baru sempat melakukannya," ketika berbincang dengan detikcom, ditulis Kamis (11/5/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wanita asal Ngingas, Jawa Timur itu bercerita, awalnya pada 2014 silam saat masih mengajar di salah satu sekolah menengah atas (SMA) negeri di Surabaya, dia diminta untuk membuat baju daur ulang untuk lomba. Saat itu Fransisca menggunakan bekas kemasan deterjen yang banyak.

Selain bekas bungkus detergen, bungkus kopi juga digunakan. Saat itu dia juga meminta bungkus kopi tersebut dari saudaranya yang memiliki kafe. Kemudian saat Fransisca pensiun menjadi guru, dia tetap mengumpulkan bungkus kopi cukup banyak. Pada saat itu dia berpikir untuk bisa mengelola sampah itu menjadi barang yang berguna.

ADVERTISEMENT

"Itu tetap saya kumpulkan, dari situ itu idenya timbul. Ini saya pikir kalau dibuang sayang. Mulai bisa menggeluti bisnis ini itu setelah pensiun dari guru waktu tahun 2018," lanjutnya.

Pensiun dari Guru, Wanita Ini Jual Tas dari Bungkus Kopi Modal Rp 100.000Pensiun dari Guru, Wanita Ini Jual Tas dari Bungkus Kopi Modal Rp 100.000 Foto: Dok. Istimewa

Ia pun meminta bantuan ibu-ibu yang pengelola bank sampah dekat rumahnya untuk mengajari dirinya membuat tas daur ulang. Dalam waktu singkat Fransisca belajar, kemudian akhirnya bisa membuat tas dari bahan daur ulang sendiri.

"Saya diajari waktu itu ya tahun 2019, jadi mulai itu menggeluti usaha ini 2019 saya mulai membuat tas sedikit-sedikit. Tetapi waktu itu belum saya jual, saya berikan ke teman, supaya mereka mengenal barangkali ada yang tertarik," tuturnya.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Namun, tak mudah bagi Fransisca memasarkan bisnis tas daur ulangnya itu. Ia mengatakan orang lain masih banyak yang memandang sebelah mata, bahkan malu menggunakannya.

"Belum ada yang tertarik waktu itu, bahkan malu. Di perkumpulan ibu-ibu mereka tanya 'untuk apa? nggak dipakai malu' katanya. 'Loh dipakai untuk tas belanja, bu'. Nah ada teman-teman yang saya kasih itu mau dia tas itu untuk belanja," ujarnya.

Meski bisnis ini digeluti dengan modal yang minim, untuk membuat tas dari bahan daur ulang perlu memiliki keterampilan yang tinggi. Fransisca mengatakan satu tas fesyen atau tas belanja bisa menghabiskan waktu seharian atau paling lama tiga hari.

Tetapi, Fransisca tak patah semangat dalam memasarkan produknya itu. Kini Fransisca dibantu oleh dua karyawan, meski hanya membantu sekedar sambilan.

Adapun produk yang dibuat Fransisca di antaranya tas fesyen yang harganya sekitar Rp 180.000 sampai Rp 200.000, tas belanja Rp 70.000 sampai Rp 100.000, kemudian kotak tisu Rp 15.000, dan gantungan kunci Rp 5.000.

"Untuk tas belanja sendiri ini kuat ya bisa menampung sampai 10 kilogram (kg). Kelemahannya ya satu, kalau hujan kebasahan belanjanya karena ini bolong-bolong," tuturnya.

Saat ini produk daur ulang milik Fransisca hanya dijual melalui online saja, di Instagram pribadi, dan e-commerce ternama. Fransisca sendiri merupakan peserta dari pelatihan yang diadakan oleh perusahaan logistik PT Tri Adi Bersama (AnterAja). Ia mengatakan dalam pelatihan tersebut ia mendapatkan berbagai pengalaman dan pembelajaran untuk membangun bisnisnya.

"Ada perencanaan usaha ya bisnis, kemudian literasi digital, kemitraan, permodalan usaha, kemudian harga untuk produk, kemudian memimpin sebuah tim, kolaborasi dan koordinasi, pengiriman dan pembayaran. Ada perencanaan produksi, terakhir tetap stabil sebagai pengusaha. Yang paling menarik bagi saya, pelatihan memimpin sebuah tim ya itu saya rasa tidak mudah," tutupnya.


Hide Ads