20 tahun lalu Umsaroh hanyalah guru honorer SDN di sebuah desa perbatasan Kabupaten Serang-Lebak. Guru kelas berjiwa seni ini lalu mengubah hidupnya dengan jadi pelopor UMKM 12 motif batik Lebak. Desainnya pernah dibawa untuk dipamerkan ke mancanegara.
Kisah suksesnya bermula saat ia menjadi guru honorer di SDN Bojongcae pada 2003. Untuk urusan pelajaran seni, ia selalu ditunjuk salah satunya bagaimana seni membatik. Ia juga sering ditunjuk mewakili sekolah pada perlombaan karya batik tingkat kabupaten.
Rupanya, keterampilan tangan dan bakatnya itu membawa berkah. Pada 2015, ia ditunjuk Bupati Lebak bersama 10 peserta lain ikut pelatihan batik di Yogyakarta selama 10 hari. Misinya untuk mendalami ihwal batik dan menggunakan pengalaman di sana sebagai modal pengembangan usaha UMKM saat pulang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya ditunjuk untuk diberangkatkan ke Jogja pelatihan di sana, kita belajar harus bisa mencetak sampai jadi batik, di situ saya tertantang, itu yang jadi catatan saya dan tidak bisa terlupakan," kata Umsaroh ke detikcom di Lebak.
Pulang pelatihan, ia kuatkan tekad membangun UMKM batik di kampung. Modal pertama Rp 25 juta dari pinjaman bank BRI ditambah bantuan dari dompet suami. Ia lalu membuat merek dan merilis produksi Batik Lebak Chanting Pradana pada 2016 di belakang rumah.
"Dari situ awalnya, modal awal Rp 25 juta, alhamdulillah produksi dengan modal Rp 25 juta," kata Umsaroh yang saat ini jadi Kepala Sekolah di SDN 3 Tambakbaya.
Untuk menguatkan usahanya, ia kolaborasi dengan 27 orang ibu-ibu kampung. Ia mengajarkan cara agar batik lebih indah dengan memberi motif warna secara manual. Satu kain, mereka mendapat bayaran Rp 8-10 ribu sesuai tingkat kesulitan. Pekerjaannya pun bisa dibawa ke rumah masing-masing.
"Kita ngadain pelatihan sambil berjalan, banyak sekali yang gagal, ini kan prosesnya ibu-ibu mewarnai manual, ," kata perempuan yang biasa dipanggil Uum ini.
Tahun kedua pada 2017, pesanan ke gerainya di Kampung Bojong Leles, Kecamatan Kalanganyar membludak. Pesanan rata-rata dari pegawai negeri di Pemkab Lebak. Dalam sehari, omzetnya Rp 20 juta-Rp 50 juta saking banyaknya pesanan. Di tahun 2018-2019, ia bahkan bisa menghasilkan Rp 100 juta dalam sebulan.
Melalui jejaring di Pemkab Lebak, batiknya pernah dibawa desainer lalu mejeng di fashion show mulai dari Kuala Lumpur, Moskow dan Washington. Di dalam negeri, ia pernah mengikuti pameran UMKM Wastra milik BRI, Karta Kreatif Banten (KKB) dan Karya Kreatif Indonesia (KKI) pada 2019 yang diselenggarakan Bank Indonesia.