Dari pesantren tradisional Al Furqon di Desa Bejod, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, M Nasir Ali Muhidin membangun ekonomi pesantren berbasis UMKM. Saban hari setelah mengaji, santrinya membuat produk kerajinan dari bambu beromzet jutaan.
Nasir juga rupanya 'santri' dari rumah BUMN BRI di Kota Serang sejak 2019. Meski berlatar belakang kiai, ia belajar mengenai pemasaran digital dan administrasi keuangan di sana. Produknya dinamai Bejod Magic Bamboo yang kini memiliki omzet Rp 172 juta dalam setahun.
"Kalau satu tahunan (omzet) Rp 172 jutaan. Itu kita usaha bukan buat makan sendiri, ada yang dipertanggungjawabkan, santri dan masyarakat, ada yang minta bantuan kita kasih," kata Nasir ke detikcom, Selasa (16/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Omzet itu oleh Nasir digunakan membeli lauk pauk makan santri sehari-hari. Pengembangan pesantren dan bantuan untuk masyarakat lokal yang membutuhkan. Atau saat lebaran lalu, sebagian santrinya dibekali THR karena membantu produksi kerajinan.
Total santri di pesantren Al Furqon, Nasir menjelaskan, ada 53 orang. 10 orang ia latih khusus membuat kerajinan dengan bahan baku bambu. Semua, atas izin orang tua masing-masing.
"Dipilih, orang tuanya dipanggil, ada pilihan mau ke seni, kerajinan, jahit, pertanian, begitu," katanya.
Dari bahan baku bambu, ia membuat tas, tasbih, gelang, peralatan rumah tangga seperti gelas dan teko, miniatur kapal laut hingga becak. Yang lebih rumit, ada juga gitar yang dibuat dari bambu. Produk gitar ini katanya pernah dipesan oleh seniman dari Amerika. Terakhir, gitarnya bahkan dibeli oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki.
"Teten Masduki ajudannya ke sini, ke pondok dikasih harga Rp 15 juta," paparnya.
Sejauh ini, Nasir murni mengandalkan jualan secara digital. Di Instagram, WhatsApp, toko digital Lazada dan Tokopedia. Tapi, karena kesibukannya mengajar ngaji, kebanyakan pesanan yang ia layani adalah di media sosial.
"Enakan jualan di medsos, datang barang, bayar, santri kan simpel-simpel," ujarnya.
Beruntungnya, Nasir mengaku UMKMnya selama ini juga jadi binaan Bank Indonesia dan Pemkab Lebak. Ia selalu diikutsertakan di pameran-pameran UMKM baik di Banten maupun di provinsi lain. Terakhir, ia jadi mitra UMKM di acara Seba Baduy di Rangkasbitung.
"Untuk pameran saya sudah sampai di Surabaya, itu sama BI sama saya memperjuangkan bener-bener, memperjuangkan karya pesantren," tambahnya.
Di pameran-pameran itulah Nasir sadar transaksi digital. Dari pembelajaran di Rumah BUMN BRI Serang, ia bisa bertransaksi cashless melalui QRIS. Para pengunjung rupanya nyaman dengan transaksi digital seperti itu.
"Saya pake QRIS, dulu di Surabaya itu transaksi harian Rp 2-3 jutaan, itu transaksi digital, belum lagi cashnya," pungkasnya.
(bri/hns)