Sentra Keripik Tempe Kramat Pela Bermula Silaturahmi, kini Binaan BRI

Sentra Keripik Tempe Kramat Pela Bermula Silaturahmi, kini Binaan BRI

Femi Diah - detikFinance
Senin, 29 Mei 2023 15:16 WIB
Joko Asori dan Kasmirah, pemilik Keripik Tempe Pak Joko, di sentra keripik tempe Kramat Pela, kebaoran Baru, Jaksel
Foto: Femi Diah/detikcom
Jakarta -

Jakarta Selatan memiliki sentra keripik tempe. Salah satu warganya terinspirasi dari usaha sepupu saat silaturahmi di Jawa Tengah, setelah itu menjadi binaan BRI hingga kini.

Memasuki gang di Jalan H. Aom RT 9 RW 8 di Kelurahan Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, lumrah ditemui tempe dijejer di samping rumah, juga digantung di teras. Di rumah-rumah itu pula, saat pintu dibuka, terlihat sejumlah perempuan menggoreng berjamaah. Yang lainnya, ada pria ada pula perempuan, mengemas keripik tempe.

Kasmirah dan Joko yang dengan ramah membuka pintu rumahnya kepada awak media menunjukkan aktivitas lainnya yang berkaitan dengan keripik tempe.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ayo masuk, silakan dicicipi keripiknya. Kebetulan kami baru pulang dari kampung, jadi belum ada tempe yang jadi. Kalau mau melihat kedelai yang direbus silakan ke dapur," kata Joko.

Pria 55 tahun itu kemudian mengarahkan kami menuju satu panci raksasa di atas kompor. Dia membuka dan seketika uap panas keluar dari panci itu. air mendidih mengentak-entak dan membuat kedelai timbul tenggelam dan sebagian melompat-lompat kecil.

ADVERTISEMENT

"Saya yang bikin tempe, ibu yang usaha keripik tempe," ujar pria asal Pekalongan itu.

Joko bilang usaha tempe sudah dilakoni Joko sejak perjaka. Dia ngenger pada salah satu produsen tempe di Kramat Pela itu pada 1980-an. Saat itu, Kramat Pela sudah menjadi sentra produksi tempe. Bagi Joko, bikin tempe bukan hal yang benar-benar-benar baru, karena ayahnya pun sejatinya hidup dari membuat tempe di Cengkareng.

Joko pindah ke Kramat Pela karena dia mendengar di kawasan itulah sentra tempe legendaris, sejak 1960-an. Sesepuhnya adalah Bakhrun.

"Saya belajar membuat tempe dari karyawannya Pak Bakhrun itu. kalau belajar sekolah di sekolah kita kan membayar, kalau belajar bikin tempe kita dibayar hehehe," kelakar Joko.

Barulah pada 2011, istrinya, Kasmirah, menambah usaha keripik tempe.

Joko Bukan Pionir, Mama Tina-lah Pencetusnya. Langsung klik halaman berikutnya

Keripik Tempe Pak Joko bukan yang pertama di RW 8 itu. Joko menyebut pionir keripik tempe di kawasan itu adalah Martinah, pemilik keripik tempe Mama Tina. Rumah Martinah tepat berseberangan dengan rumah Joko. Martinah juga masih memiliki ikatan saudara dengan istrinya.

"Di sini ada 40 usaha tempe dengan merk beda-beda. Ada Pak Joko, Mama Tina, Timoti, dan lain-lain. Ini kan gampang untuk copy, mudah untuk ditiru, Pencetusnya Mama Tina," kata Joko.

Munculnya keripik tempe di Kramat Pela itu dimulai saat Martinah bersilaturahmi di rumah saudaranya di Secang, Magelang, Jawa Tengah.

"Karena ponakan ini tahu kami memproduksi tempe di Kramat Pela ini, dia menyarankan kepada Mama Tina agar tempenya dibuat keripik, tetapi keripik yang berbeda. Pembuatannya dicampur sagu," kata Joko.

Martinah membenarkan kisah dari Joko. Dia menyebut warga sekitar menyaksikannya membuat tempe sampai menjadi keripik.

"Suami saya kan usaha tempe, setelah mendapatkan saran bikin keripik tempe dari saudara itu saya coba. Belum punya karyawan waktu itu, saya iris sendiri tipis-tipis. Anak saya yang ini pinter banget ngiri tempe, bisa tipis," kata Martinah.

"Warga lain belajar dari sini. Persaingan tidak apa-apa, masing-masing mempunyai ciri khas dan rejekinya juga masing-masing," kata Martinah.

Bantuan dari BRI di halaman berikutnya. Langsung klik

Joko menyebut mendapatkan bantuan dari BRI pada 2021. Waktu itu, dia tercatat sebagai salah satu pengguna Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro. Mulai dari nominal Rp 10 juta hingga saat ini dia mendapatkan KUR sebesar Rp 500 juta.

Dalam prosesnya, BRI menawarkan agar kawasan produsen keripik tempe di Kramat pela itu dibuat klaster. Itu untuk memudahkan pemberian bantuan.

"Dan, alhamdulillah kami mendapatkan bantuan dari BRI. Yakni, berupa 10 drum stainless dan 20 mesin potong. Itu lumayan banget, karena satu drum stainless itu bisa mencapai Rp 4 juta, buat merebus kedelai," kata Joko.

Selain bantuan peralatan, para produsen keripik tempe di klaster Kramat Pela itu mendapatkan kesempatan untuk mengikuti berbagai bazar yang digelar oleh BRI. Produk mereka juga dipasarkan lewat Localoka.


Hide Ads