Selepas dari Akademi Angkatan Udara pada 1985, Wahyudi Sumarwoto terpilih menjadi pilot pesawat tempur kursi tunggal jenis Hawk buatan Inggris dan Skyhawk buatan Amerika Serikat (AS). Puncak karirnya di TNI-AU menjabat Wakil Komandan Kodiklat dengan pangkat Marsekal Pertama (bintang satu).
"Kalau dengan Angkatan Darat saya seangkatan dengan Letjen Doni Monardo (mantan Kepala BNPB). Saya pensiun pada 2018," kata Wahyudi kepada detikcom, Senin (2/10/2023) lalu.
Memasuki masa pensiun dia tak lantas berleha-leha. Selain mengajar di Institut Teknologi Dirgantara Adisutjipto (ITD Adisutjipto), sejak 24 Desember 2019 dia membuka kafe. Namanya Red Wood Kopi dan Resto di Jalan Beringin Raya, Maguwoharjo, Sleman. Ia membangun kafe dengan arsitektur rumah Joglo di atas lahan 2.500 meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya bangun dengan modal sendiri, dari tabungan dan uang ganti untung lahan di Kalasan yang kena pembebasan untuk jalan tol," ujar lelaki kelahiran Yogyakarta, 16 Juni 1960 itu.
![]() |
Ikhwal nama RedWood, Wahyudi yang biasa disapa 'Mbah Wo' sengaja digunakan sebagai nostalgia. Dia pernah bertugas ke Alaska, AS pada 2015. Kala itu saat mengunjungi pangkalan Angkatan Udara di ujung utara Amerika Mbah Wo terkesan dengan pohon besar yang tingginya sekitar 100 meter. "Namanya Red Wood," ujarnya.
Cita-cita Wahyudi membuat kedai atau kafe terinspirasi dari sebuah kafe di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Saat beberapa kali dinas ke daerah itu, dia biasa singgah ke kafe yang dikelola oleh seorang warga negara asing. Si Bule ini sangat ramah.
Dia biasa menghampiri dari meja satu ke meja yang lain menyapa tamu-tamunya. Dari situ Mbah Wo membatin bahwa dirinya kelak bila sudah pensiun sepertinya bisa membuka kafe dan bergaya seperti si Bule.
"Buat pensiunan seperti saya kan itu asyik bisa menambah kenalan, teman, berbagi cerita dan pengalaman," kata Mbah Wo.
Jauh sebelum itu, Mbah Wo pernah berdinas di Beijing sebagai Atase Pertahanan pada 2006 - 2009. Setiap hari libur atau ada waktu senggang, dia biasa keluyuran untuk menikmati aneka kuliner khas di sana.
"Jadi lidah saya ini sudah terlatih lah untuk mencicipi aneka cita rasa menu masakan," ujar Mbah Wo.
Baca juga: UMKM Jadi Tumpuan Ekonomi RI, Begini Datanya |
Dia mengaku belajar memasak secara otodidak dengan pendampingan sang istri. Saya pernah coba membuat beberapa resep, dan istri saya ternyata suka.
"Istri saya yang menyempurnakan untuk racikan bumbunya," ujar Mbah Wo.
Kafe Redwood menawarkan aneka menu tradisional racikan Mbah Wo dan istrinya. Ada Bakmi Jawa Mbah Wo, Gule dan Sate Kambing Mendoniko, Tongseng, Nasi Bakar, Ayam Gecheck, hingga Nasi Liwet Solo. Untuk harga ada di kisaran Rp 20 ribu - 35 ribu. Tapi ada juga menu yang dipatok hingga Rp 180, yaitu Endas Kambing Utuh.
Saat singgah ke kafe tersebut, Sabtu (30/9/2023) siang, kami memesan Ayam Gecheck, Nasi Bakar, dan Bakmi Jawa. Sebagai orang Sunda campuran Jawa, kami merasa cocok dengan cita rasa dari menu yang disajikan.
![]() |
Harganya juga relatif terjangkau, plus para pelayannya yang ramah dan responsif menjadi poin tersendiri bagi kami. Ketika kami hendak salat duhur dan menemukan lantai berdebu karena angin yang cukup kencang siang itu, misalnya, mereka langsung sigap membersihkannya.
Bagi pecinta kopi dan minuman ringan lainnya, di kafe ini juga terdapat area khusus. Buat menikmati secangkir kopi dengan camilan mendoan, cireng, aneka donat dan lainnya. Pengunjung bisa duduk di lantai atas menghadap ke hamparan sawah nan hijau yang membentang di sisi kiri-kanan.
(jat/ara)