Cerita UMKM Ikan Asap Natuna Raup Omzet Rp 15 Juta/Bulan

Tapal Batas Bakti Kominfo

Cerita UMKM Ikan Asap Natuna Raup Omzet Rp 15 Juta/Bulan

Nurcholis Ma'arif - detikFinance
Jumat, 08 Des 2023 16:10 WIB
Ikan Asap Natuna
Tingginya permintaan pasar akan ikan asap atau ikan salai dan masih sedikitnya jumlah penjual olahan ikan itu di Natuna, menjadi alasan Roni Metrio untuk memulai usaha tersebut (Foto: detikcom/Nurcholis Ma'arif)
Natuna -

Tingginya permintaan pasar akan ikan asap atau ikan salai dan masih sedikitnya jumlah penjual olahan ikan itu di Natuna, menjadi alasan Roni Metrio untuk memulai usaha tersebut setahun lalu. Kini siapa sangka usahanya itu bisa mendatangkan omzet Rp 15 juta per bulan dan bahkan bisa lebih.

Sebagai daerah kepulauan dan 98% berupa laut, tentu Natuna punya potensi besar dari perikanannya. Baik ikan segar hingga olahan ikannya. Tak ayal, oleh-oleh khas Natuna pun biasanya berasal dari ikan-ikanan, seperti kerupuk atom hingga ikan asap.

"Jadi dulu sangat kurang penjual ikan asap, saya kepikiran karena banyak permintaan dari orang sekitar dan tamu-tamu, saya mulai ikan asap karena banyaknya kebutuhan," ujar Roni kepada detikcom belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Roni mengambil ikan tuna mentah dari pabrik dan biasanya diantar ke tempat produksi ikan asap miliknya yang ada di area Sentra Industri Kecil dan Menengah Pengolahan Hasil Laut Kabupaten Natuna. Ikan tersebut langsung diproses, seperti dibelah, dibumbui, lalu diasapkan dalam oven.

Proses pengasapan biasanya memakan waktu minimal tiga jam untuk hasil yang lebih awet, sementara jika ikan asap yang hendak dibeli langsung dikonsumsi (biasanya oleh warga sekitar), cukup diasapkan dua setengah hingga tiga jam.

ADVERTISEMENT

Lalu sebelum di-packing, ikan didiamkan untuk didinginkan sampai kering terlebih dahulu selama satu jam. Jika ikan yang diasapkan tidak terlalu kering hanya bisa bertahan dua hari, sementara yang kering, bisa bertahan hingga satu minggu.

Ikan Asap NatunaProses pengasapan biasanya memakan waktu minimal tiga jam untuk hasil yang lebih awet (Foto: detikcom/Nurcholis Ma'arif)

Per hari, Roni dan karyawannya biasa memproduksi 20 ekor ikan asap. Ikan dengan ukuran di atas 5-6 kg biasanya dipotong menjadi 4-5 bagian, sementara yang berukuran 1 kg-an hanya dibagi menjadi dua bagian. Adapun harga ikan asap produksinya berada di rentang harga Rp 25 ribu-Rp 65 ribu.

"Kita per hari yang paling sedikit itu sekitar 20 ekor. Kalau paling banyak terkadang 70-80 ekor, itu kalau 80 ekor, ambil karyawan di luar lagi, soalnya buat ngejar target itu kan, oven kita terbatas juga kan. Isinya cuma bisa 20 lebih lah satu oven nih," ujar Roni.

"Ikan yang ukuran 1,6 kg, 1,7 kg kita taruh harga Rp 65 ribu, satu potong Rp 30 ribu yang bagian isi, Rp 35 ribu yang bagian tulang. Kadang yang 1 kg itu itu harga Rp 25 ribu, yang bagian isi tulang itu Rp 30 ribu," imbuhnya.

Ikan yang diasapkan sudah sudah di-packing tersebut kemudian siap dijual, baik untuk masyarakat sekitar hingga dikirim ke berbagai kota, seperti Batam, Pontianak, Yogyakarta, Jakarta, dan beberapa kota lainnya.

"Yang beli otomatis masyarakat sini, terus yang pesan banyak dari Batam, Pontianak, Jakarta, Jogja, dan masih banyak lagi tempat yang mau tuh, kaya pekan, cuma kita susahnya di pengiriman," ujar Roni.

Klik halaman selanjutnya >>>

Selain secara offline, Roni juga memanfaatkan platform digital untuk memasarkan ikan asapnya. Biasanya masyarakat sekitar atau pelanggan dari luar kota cukup komunikasi lewat WhastApp untuk kemudian bisa diambil sendiri atau dikirim lewat paket.

"Biasanya orang ada yang (beli) lewat grup Forum Jual Beli Natuna, itu ada di Facebook. Itu ada di WA juga, orang-orang tuh rata-rata pesan satu hari sebelum mau berangkat (dari Natuna)," ujarnya.

Roni menjelaskan dari rata-rata 20 ikan ekor yang diasapkannya per hari itu bisa mendatangkan omzet Rp 500 ribu. Dengan asumsi seperti itu, maka per bulannya, Roni bisa mengantongi rata-rata omzet Rp 15 juta per bulan.

"Satu hari rata-rata Rp 500 ribu kalau seandainya laku 20 ekor, Rp 500 ribu dapat. Kalau lebih itu bonus," ujarnya.

Ikan Asap NatunaSelain secara offline, Roni juga memanfaatkan platform digital untuk memasarkan ikan asapnya (Foto: detikcom/Nurcholis Ma'arif)

Seperti diketahui, kemudahan akses internet di Natuna tak lepas dari hadirnya proyek Palapa Ring Barat yang mulai beroperasi pada 2 Maret 2018. Proyek yang dibangun pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti Kominfo) ini mendorong berbagai sektor di Natuna mulai dari pendidikan, pariwisata hingga ekonomi.

PM Palapa Ring Eksisting Bakti Kominfo Ahmad Aliyul mengungkapkan Natuna berada pada Proyek 2 Palapa Ring Paket Barat. Jaringan serat Optik Palapa Ring Barat yang didalamnya terdapat Natuna, dibangun dengan jaringan Passive Fiber Optik standar ITU G654B sepanjang 2.124 Km dan dihubungkan dengan Perangkat Transmisi DWDM.

"Palapa Ring mendukung pertumbuhan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata. Dengan adanya Palapa Ring penetrasi dan penggunaan internet bertumbuh," papar Aliyul.

"(Saat ini) terdapat 6 operator di proyek 2 (yang terkait dengan Natuna) dan saat ini pemanfaatan di proyek ini telah mencapai 64Gbps," tutupnya.

detikcom bersama Bakti Kominfo mengadakan program Tapal Batas mengulas perkembangan ekonomi, wisata, infrastruktur, wisata, dan teknologi di wilayah 3T setelah adanya jaringan internet di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Bisnis Ikan Asap Natuna Moncer Berkat Pasar Daring"
[Gambas:Video 20detik]
(ncm/ega)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads