Natuna -
Terletak di wilayah kepulauan, Kabupaten Natuna di Kepulauan Riau menyimpan potensi laut yang besar. Dikutip dari situs resmi Diskominfo Natuna, potensi sumber daya ikan di Natuna kurang lebih mencapai 500 ribu ton per tahun. Tak heran jika mayoritas warga di Natuna merupakan nelayan.
Selain nelayan, beberapa warga Natuna juga memanfaatkan sumber daya ikan untuk diolah, salah satunya menjadi kerupuk atom. Di Natuna, kerupuk atom merupakan makanan khas yang telah diolah secara turun temurun oleh warga lokal.
Pelaku UMKM Kembang Jadi Astika menjadi salah satu warga Natuna yang menjadi penerus usaha kerupuk atom milik orang tuanya. Ia bercerita sejak tahun 2008, ibunya telah berjualan kerupuk atom secara kecil-kecilan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi mulanya UMKM Kembang Jadi ini usaha ibu saya. Ibu saya ini merintis masih kecil banget tahun 2008, kayak sehari tuh bikinnya cuma beberapa kilo aja. Bikin pagi terus dijualnya siang," ujarnya kepada detikcom beberapa waktu lalu.
"Sampai suatu hari, bapak saya kan awalnya tukang bangunan ya, kena lah musibah tabrakan motor sampai nggak bisa jalan. Terus di rumah aja kan, jadi bapak bantuin ibu bikin kerupuk. Sampai udah bisa jalan lagi, bapak tetap bantu ibu ngurus surat-surat (usaha), segala macem. Nah dari situ Jadi usaha ini jadi semakin berkembang," sambungnya.
Kerupuk atom merupakan salah satu oleh-oleh khas Natuna. Kerupuk itu dibuat menggunakan bahan dasar ikan tongkol yang dicampur dengan sagu. Foto: Grandyos Zafna |
Astika mengatakan kerupuk atom khas Natuna terbuat dari bahan dasar ikan tongkol yang dicampur dengan sagu dan penyedap rasa. Dalam sehari, ia dan karyawannya biasanya memproduksi hingga 75 kg kerupuk atom.
"Jadi kenapa kita ngambilnya ikan tongkol? Karena di sini kebetulan yang lebih banyak itu ikan tongkol daripada ikan tenggiri," paparnya.
"Nah, jadi kita produksinya itu kurang lebih satu minggu sekitar lima hari. Jadi ngak setiap hari (produksi), ada liburnya juga. Terus satu hari itu bisa produksi sampai 75 kilo sehari. Kalau dijadiin kemasan yang 500 gr itu berarti dikali dua aja berarti 150 pcs," sambungnya.
Untuk harga, Astika mulai menjual produknya dari harga Rp 10.000 untuk kemasan 80 gram. Sementara untuk ukuran 160 gram Rp 20.000 dan 500 gram Rp 35.000. Selain menjual di Natuna, kerupuk atom Kembang Jadi juga banyak dikirim ke luar pulau, yakni Tanjung Pinang, Batam, dan Pontianak
"Paling jauh jualnya ke Pontianak lewat kapal, di sana ada resellernya. Pengirimnya tergantung (jadwal) kapal. Biasanya untuk satu kali kirim tuh 10 karung, satu karungnya 12 kilo," jelasnya.
Klik halaman selanjutnya >>>
Raup Omzet Ratusan Juta Per Bulan
Meski terlihat sederhana, namun omzet yang dihasilkan dari usaha kerupuk atom tak main-main. Astika mengaku pernah meraup penghasilan hingga Rp 100 juta per bulan.
"Omzetnya tuh kalau pas bulan puasa kemarin bersihnya bisa sampai Rp 100 juta, tapi kalau hari-hari biasa nggak sampai segitu," jelasnya.
Perkembangan usaha Kembang Jadi milik keluarga Astika tentu tak lepas dari kerja keras. Di samping itu, ia mengaku terbantu dengan adanya fasilitas internet memadai yang kini mudah diakses di Natuna.
Sebab selain mengandalkan toko dan reseller, Astika juga memanfaatkan media sosial dan platform e-commerce untuk menjual kerupuk atom miliknya secara online. Foto: Grandyos Zafna |
Sebab selain mengandalkan toko dan reseller, Astika juga memanfaatkan media sosial dan platform e-commerce untuk menjual kerupuk atom miliknya secara online.
"Jadi kita udah mulai jualan online di WhatsApp, Instagram dan sekarang lagi pengembangan di Shopee. Alhamdulillah dengan adanya akses internet proses pemasarannya jadi lebih mudah. Jadi bisa lebih gampang gitu dijangkau di mana-mana gitu," jelasnya.
Seperti diketahui, kemudahan akses internet di Natuna tak lepas dari hadirnya proyek Palapa Ring Barat yang mulai beroperasi pada 2 Maret 2018. Proyek yang dibangun pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti Kominfo) ini mendorong berbagai sektor di Natuna mulai dari pendidikan, pariwisata hingga ekonomi.
PM Palapa Ring Eksisting Bakti Kominfo Ahmad Aliyul mengungkapkan Natuna berada pada Proyek 2 Palapa Ring Paket Barat. Jaringan serat Optik Palapa Ring Barat yang didalamnya terdapat Natuna, dibangun dengan jaringan Passive Fiber Optik standar ITU G654B sepanjang 2.124 Km dan dihubungkan dengan Perangkat Transmisi DWDM.
"Palapa Ring mendukung pertumbuhan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata. Dengan adanya Palapa Ring penetrasi dan penggunaan internet bertumbuh," papar Aliyul.
"(Saat ini) terdapat 6 operator di proyek 2 (yang terkait dengan Natuna) dan saat ini pemanfaatan di proyek ini telah mencapai 64Gbps," tutupnya.
detikcom bersama Bakti Kominfo mengadakan program Tapal Batas mengulas perkembangan ekonomi, wisata, infrastruktur, wisata, dan teknologi di wilayah 3T setelah adanya jaringan internet di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!