Kisah Sukses Samuji Eks Pegawai Pabrik Banting Setir Jadi Pemborong Seprei Tanah Abang

Kisah Sukses Samuji Eks Pegawai Pabrik Banting Setir Jadi Pemborong Seprei Tanah Abang

Rifkianto Nugroho - detikFinance
Jumat, 22 Mar 2024 05:35 WIB
Konveksi pembuatan seprai di Tambun Selatan, Bekasi, milik Samuji (61) ini telah ada sejak 1997. Samuji menjalankan bisnisnya dari nol.
Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Bermula dari rajin menawarkan produk seprei ke pabrik-pabrik, Samuji Raharjo (61) kini justru punya bisnis seprei hingga sekolahkan anak sampai sarjana.

Pada medio 1996 - 1997 Samuji merupakan karyawan pabrik yang mulai mencari penghasilan tambahan dengan berjualan seprei, cerdiknya ia tahu bahwa di perusahaan pabrik banyak terdapat pekerja wanita sehingga seprei yang didatangkan dari Tulungagung, Jawa Timur itu mampu memikat hati para karyawati.

Motif seprei yang indah menjadi daya tarik saat itu, permintaannya sangat luar biasa hingga Samuji kewalahan, barangnya pun sering datang terlambat sampai akhirnya ia beranikan diri untuk memproduksikannya sendiri. Namun setahun berselang krisis moneter melanda Samuji harus merubah peta bisnisnya menjadi pemborong jahit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nah kemudian hari terus ada krisis moneter, akhirnya (harga) bahan itu melejit naiknya, pasarnya turun. Saya berhenti jualan, akhirnya saya menawarkan diri ke Pasar Tanah Abang menawarkan diri jasa bikin sprei atau pemborong sprei". Ungkap Samuji di tempat pembuatan sepreinya di Tambun, Bekasi, Jumat (15/3/2024).

Sejurus kemudian jasa pembuatan sepreinya laris manis, banyak pedagang Pasar Tanah Abang yang mulai mengajak untuk kerjasama. Melihat peluang itu Samuji mulai mengembangkan kembali bisnis lamanya yaitu memperbanyak mesin dengan cara meminjam KUR BRI terlebih saat itu Samuji tak memiliki pesaing.

ADVERTISEMENT

"Setelah saat itulah saya kembangkan lagi, lalu pinjam KUR BRI, saya beli bahan seprei saya pasarkan, 50% buat jasa tetap jasa, lama-lama sampai karena perkembangan seprei makin tahun makin rame, dan saingan rasanya tidak ada disitu saya mulai menekuni secara total di sprei". Lanjut Samuji.

Diketahui Samuji memutuskan untuk mengambil KUR BRI senilai Rp 250.000.000 di KCP Tambun untuk membelikan mesin-mesin jahit terbaru guna mengejar orderan dari Pasar Tanah Abang yang terus meningkat.

Etos kerja yang tinggi membuatnya cukup terkenal di kalangan bisnis seprei di Pasar Tanah Abang, relasi yang kian banyak menjadikan bisnisnya kokoh berdiri hingga 27 tahun.

Saat pandemi Covid-19 usaha Samuji tak tergoyangkan, ia justru mendapat keuntungan dari permintaan seprei untuk Rumah Sakit Darurat Covid (RSDC) Wisma Atlet yang dalam seharinya ia harus memproduksi hingga 300 seprei.

"Wisma Atlet kemarin ada ribuan kamar tempat karantina itu perlu sprei dan situasi waktu itu mendadak, sehari itu bisa menghasilkan produksi sampai 300 sprei." Cerita Samuji sambil melanjutkan mengukur seprei di tangannya.

Selain itu Samuji juga menyulap limbah seprei menjadi masker dan diproduksi hingga 40 lusin per hari.

"Waktu itu luar biasa masker itu, akhirnya sisa limbah-limbah tersebut sampai dipakai untuk bikin masker luar biasa tuh, produksi sehari bisa 40 lusin itu juga masih keteter, jadi saya produksi sehari 40 lusin yang nunggu udah berebutan." Tutup Samuji.

Tak terasa pula, bapak dari tiga anak ini telah sukses menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi. Anak sulungnya menjadi lulusan Diploma-3 dan kini bekerja di perusahaan otomotif swasta terkenal di Indonesia, anak keduanya lulus sebagai Strata-1 Komunikasi yang kini menjadi guru di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Bekasi dan anak bungsunya kini masih bersekolah di jenjang SMP.

Dibantu Anak Jualan Online

Anak kedua Samuji yang kini menjadi guru Multimedia di SMK Telekomunikasi Telesandi Bekasi turut membantunya dalam memasarkan seprei melalui penjualan online.

Bermula saat memasuki masa kuliah, Fiscal Kurnia Sandi (28) turut membantu sang ayah dalam menjalankan bisnis sepreinya. Tahun 2014 Fiscal sudah aktif mengantar bapak ke Pasar Tanah Abang untuk belanja bahan, melihat secara utuh seluruh kebutuhan sebelum menjadi seprei hingga mengantarkan barang jadi ke konsumen.

Semua dilakukan untuk menambah pundi-pundi uang sakunya, pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya terlihat dari cara Fiscal mengelola keuangan dan kegigihannya sang bapak nampak jelas terlihat di diri Fiscal, bukan digunakan untuk hura-hura uang tersebut diolah kembali untuk disulap menjadi seprei dan dipasarkan ke toko-toko di luar jangkauan bapak.

"Modal dari uang jajan yang saya kumpulkan, saya jadikan modal untuk beli bahan lalu saya minta jahit pesanan yang dari saya, dari situ awal mulanya." Cerita Fiscal di tempat pembuatan seprei di Tambun Selatan, Bekasi.

Pesanan yang terus meningkat membuatnya terjun langsung membantu Samuji yang mulai kewalahan, terutama saat konveksinya mulai dikenal warga yang ingin membeli langsung.

"Pesanan jasa jahit bapak membludak tak pernah sepi jadi orang-orang yang beli langsung ke konveksi atau pesan itu sering terbengkalai, jadi nah disitu saya inisiatif untuk menghandle." Lanjut Fiscal

Lambat laun Fiscal terus mengembangkan usaha bapaknya, hingga keuntungan yang didapat bisa membuatnya mandiri membeli handphone hingga motor sendiri.

Tak hanya itu, sadar akan kemajuan zaman Fiscal mulai merambah bisnis sepreinya ke jejaring online pada 2019 melalui instagram bernama Kai Sprei Premium, terbukti niat baiknya itu mendatangkan pesanan dari Rumah Sakit hingga luar kota seperti Solo. Diketahui Fiscal menjual seprei mulai dari Rp 150.000 hingga Rp 1.500.000 dengan bahan seprei katun hingga katun organik atau sutra.

Pekerjakan ibu-ibu sekitar

Belasan suara mesin jahit bersahutan seiring canda dari para pegawai jahit seprei milik Samuji, hampir seluruhnya merupakan ibu - ibu yang tinggal tak jauh dari lokasi konveksi.

Salah satunya Seni (57) yang tinggal di kampung Rawa Pisang, Desa Tridaya Sakti, ia sudah 15 tahun bekerja di sini.

"Saya bekerja dari jam 8 pagi hingga 5 sore, sudah 15 tahun (bekerja), memang dari dulu sudah kerja fokus disini, bukan mengisi waktu luang memang sudah kerjaannya".

Diketahui terdapat dua metode pembayaran dalam membalas upah jasa penjahit, mulai dari borongan hingga harian. Samuji menyebut ongkos jasa per item seperti bantal guling Rp 1.500, bedcover Rp 20.000 dan tergantung besar atau kecilnya. Sementara untuk jasa harian dipatok rata Rp 60.000 per hari.

(hns/hns)

Hide Ads