Jurus Naga Jualan Beras Gunakan Strategi Seperti Perang

Rifkianto Nugroho - detikFinance
Rabu, 27 Mar 2024 12:02 WIB
Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Harga beras belakangan mengalami turbulensi, hal itu tak membuat pedagang beras di Pasar Mutiara Gading, Bekasi panik. Baginya berdagang beras memiliki strategi bak perang bagaimana ceritanya?

Billem (55) merupakan perantau dari Medan, Sumatera Utara. Sebelum terjun ke dunia beras, Billem sempat bekerja di perusahaan swasta. Merasa tak berkembang ia memutuskan untuk berjualan beras.

Namun bukan kesuksesan instan yang didapat, pria yang akrab disapa Naga itu nyaris balik kanan dalam dua tahun merintis namun jiwa petarung naga kembali bangkit, pelan-pelan ia mempelajari secara detail teknik berdagang beras.

"Waktu saya merintis dulu hampir 2 tahun saya hampir baik kanan, lalu saya pikir saya bukan orang yang cengeng, yang manja, saya itu petarung. Saya jauh-jauh merantau dari Sumatera saya harus siap tak ada kesuksesan tanpa pengorbanan." Cerita Naga di Toko Beras Pratama Jaya miliknya di Pasar Mutiara Gading Timur, Bekasi, Sabtu (16/3/2024).

Naga membuka toko beras di pasar sejak dua dekade lalu tepatnya tahun 2004, asam garam berjualan telah ia nikmati bahkan kini telah khatam terkait naik turunnya beras.

Saat ditanya terkait kenaikan harga beras yang melambung tinggi, Naga menjawab santai dengan menganalogikan seperti perang yang harus dihadapi dengan persiapan matang dan menyiapkan peluru cadangan sehingga sewaktu-waktu tidak menaikkan harga terlampau tinggi.

"Kita tahu momen-momennya, contoh bulan sekian jadi kita sudah disiapkan. Ibarat mau perang kita sudah siapkan peluru cadangan, jadi kalo bulan sekian mau tinggi kita sudah siap stok kalopun harga kita naik tapi tak membanting naik." Terang Naga.

Menjadi pedagang membuatnya banyak berinteraksi langsung dengan masyarakat, Naga merasa prihatin dengan penurunan daya beli dari pelanggan. Sebagai contoh pembeli yang biasa belanja 5 hingga 10 liter kini hanya 1 liter. Biasanya pedagang lain tak mau tau dan tetap mengambil untung namun tidak dengan Naga, Merasa pernah susah Naga memilih untuk mengambil untung tipis.

"Contoh beli 10 rupiah paling kita ambil 11 rupiah, itu kalo menurut saya sudah cukup minim, belum potong ongkos kuli, perlu karyawan, biaya operasional jadi perlu matang-matang jika tidak, hanya menunggu waktu saja." Lanjutnya.

Keberanian dalam mengambil untung tipis bukan tanpa perhitungan matang jam terbang ia dalam berdagang beras membuat Naga tahu persis kapan harga beras biasa naik dan perlu antisipasi.

"Karena kita pemain lama jadi tau, beras biasa naik per minggu nah ini kemarin naik per hari jadi harus ada antisipasi." Tutupnya.

Pemilik toko beras Pratama Jaya itu membeberkan sedikit peluru rahasianya, ia mengaku pernah menggunakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI untuk menambah amunisi berasnya senilai Rp 300.000.000 rupiah. Namun lagi-lagi keputusan untuk mengambil KUR sudah dihitung matang-matang.

Pinjaman KUR juga dinilai menjadi langkah terakhir untuk menambah amunisi atau stok beras, kembali Naga memberi ibarat mesin dan bensin yang harus stabil untuk terus bergerak.

Diketahui Naga juga memiliki strategi lain yaitu dengan membuka toko sembako persis di samping toko berasnya dan yang menjual tak lain yaitu sang istri. Baginya itu merupakan strategi lain agar konsumen tak perlu pergi ke lain toko untuk memenuhi kebutuhan dalam berbelanja, kini Naga telah memiliki puluhan pelanggan tetap mulai dari warung-warung padang hingga katering yang tersebar di Bekasi.




(hns/hns)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork