Jangan meremehkan pedagang! Di Cibinong, Jawa Barat, penjual martabak manis Bangka bernama Saleh dan istrinya telah sukses. Dia telah naik haji pada 2019. Dia dan istrinya juga sudah umrah masing-masing 1 kali.
Saleh juga sudah sudah menaikkan haji mertuanya. Sedangkan orang tuanya sudah meninggal dunia.
Selain naik haji, Saleh juga menyekolahkan 3 anaknya sampai sarjana. Menurut Saleh, ketiga anaknya berjenis kelamin perempuan semua. Yang pertama lulus S1 Pendidikan Guru dan Sekolah Dasar di Universitas Pakuan Bogor, Jawa Barat, dan kini telah menjadi guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Jakarta Utara.
Anak kedua sarjana Fisika di Universitas Indonesia dari jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) dan kini sudah kerja di Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan anak ketiga masih kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) jurusan Tata Boga.
"2 Anak lulus S1. Yang terakhir masih kuliah S1 di UPI," ujar Saleh ketika ditemui detikFinance beberapa waktu lalu.
Meski anak-anaknya bergelar sarjana, Saleh tidak demikian. Dia hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) dan terpentok biaya untuk menggapai cita-citanya menjadi guru.
"Orang tua saya hanya buruh tani. Dulu saya nangis ingin sekolah. Orang tua juga nangis karena tidak memiliki biaya. Makanya saya bertekad untuk menyekolahkan anak," ujar Saleh.
Saleh mengatakan, selain menjadikan anaknya sarjana, dia juga membeli tanah di Pakansari, Cibinong, Jawa Barat. Saleh saat ini tinggal di Pabuaran, Cibinong, Jawa Barat, tidak jauh dari ruko martabaknya.
Mulai Usaha Martabak Manis
Saleh mengungkapkan, dia memulai usahanya dari Agustus 1990. Nama martabaknya yakni Martabak Manis Bangka Pak Saleh dengan variasi topping berupa keju, blueberry, oreo, ovomaltine, dan nutella. Selain martabak, dia menjual cakwe, donat, kue bantal, dan roti goreng. Ada juga pempek dan tekwan yang merupakan titipan usaha dari rekannya.
Dia dulu belum memiliki ruko dan masih berjualan sebagai pedagang kaki lima di Cibinong, Jawa Barat. Pada saat itu, Saleh memulai usaha dengan modal Rp 500 ribu. Uang tersebut didapat dari meminjam pada kakak. Dia memakai uang untuk membeli peralatan usaha antara lain membeli gerobak, kompor, dan loyang. Ketika itu, Saleh memiliki 1 karyawan dan kini dia memiliki 2 karyawan.
Dari jualan martabak, Saleh saat itu mendapatkan omzet Rp 150 ribu sehari. Kini Saleh mendapatkan omzet Rp 1,5-2 juta per hari.
Usaha Saleh ini tidak terlepas juga dari dukungan Bank Rakyat Indonesia (BRI) melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Saleh awalnya mendapatkan KUR BRI pada 1997 senilai Rp 7 juta. Kini dia mendapatkan KUR BRI lagi pada Maret 2024 senilai Rp 200 juta dengan jangka waktu 3 tahun dan harus mencicil sekitar Rp 7 juta sebulan.
"Uang cair cepat sebab saya sudah lama jadi nasabah KUR BRI," kata Saleh.
(nwy/hns)