Jamu gendong sudah menjadi tradisi sehat warga Indonesia, meski sudah jarang terlihat namun ternyata di Jakarta ada satu keluarga yang masih melestarikan resep jamu hingga generasi keempat.
Suryati (38) ikut meramaikan acara Penyerahan Sertifikat Inskripsi Warisan Budaya Dunia Kamis (25/4/2024). Bersama ibunda yang merupakan ketua Laskar Jamu Gendong Suryati ikut membagikan jamu kepada tamu undangan. Usai mengikuti acara tersebut dengan ramah Suryati bercerita kepada detikcom saat dirinya menerima tongkat estafet sebagai peracik jamu generasi keempat.
"Saya belajar jamu dari tahun 2005 setelah lulus sekolah itu saya sudah mulai, akhirnya benar-benar jualan sendiri itu di tahun 2008. Saya jualan di depan kantor kebetulan pas di dalam ada lowongan saya masuk, meskipun sudah di kantor saya tetap jualan jamu. Justru saya setiap hari jualan dari lantai ke lantai," cerita Suryati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suryati juga mengaku bahwa dalam membuat jamu memerlukan ketelitian sebab tingkat kesulitan dalam meracik jamu yang paten memerlukan waktu yang lama, meski telah akrab dengan jejamuan sedari kecil ia masih membutuhkan waktu hingga 4 tahun untuk benar - benar khatam.
Kini Suryati telah menguasai 10 jenis jamu yang bisa dibuatnya secara langsung, namun dari 10 jenis jamu ada jamu yang membuatnya terkesan karena tingkat kesulitan yang tinggi yaitu jamu beras kencur.
"Paling susah jamu beras kencur, karena beras kencur itu kaya cewek lagi dapet jadi sensi banget nggak boleh salah sedikit, entah kita kemasannya kurang bersih sedikit itu nanti cepat basi cepat banget basi, jadi beras kencur itu amat sangat sensitif dibanding kunyit asem, itu paling awet dibanding jamu yang lain," lanjut Suryati.
Wanita yang sempat berdinas di Dinas Pariwisata DKI Jakarta mbak Sur sapaan akrabnya memutuskan untuk resign karena telah dikaruniai dua anak, usai fokus membesarkan anak tawaran itu datang langsung dari ibundanya untuk kembali meracik jamu.
Bersama Lasmi, mbak Sur kerap menerima orderan jamu dari berbagai acara. Bahkan mbak Sur kini memiliki 4 karyawan yang siap membantu dalam meladeni orderan. Selain itu ia kini sehari-hari beraktivitas di lingkungan Kementerian Kesehatan yang menyiapkan ratusan botol jamu untuk disajikan kepada para karyawan hingga menteri.
"Setiap harinya karyawan datang, turun dari mobil jemputan mereka minum jamu dulu baru masuk ke ruangan masing-masing, nah kalo pejabat Eselon 1, Eselon 2, pak Sekjen, pak Wamen dan pak Menteri itu ada botol jamu kecil-kecil itu saya yang bertugas mengantar," terang Suryati.
Mbak Sur juga kerap sibuk dengan permintaan jamu di luar Kemenkes, seperti pesanan di Puskesmas, BPOM dan lembaga lainnya. Hal itu membuat Mbak Sur mengambil KUR BRI untuk melengkapi stok permodalan jamunya, melalui BRI Unit Pasar Santa Suryati mendapatkan KUR BRI senilai Rp 100 juta.
"Saya baru ambil KUR 2 bulan ini di BRI Unit Pasar Santa Rp 100 juta untuk pengembangan modal, karena Puskesmas sudah mulai mengadakan jamu terus pesanan di BPOM terus ada juga Kementerian Kesehatan tapi cabangnya di rutan Salemba itu ada suplai ke sana jadi untuk modal itu aja," jelas Suryati.
Dengan kesibukannya sehari-hari mengolah jamu, Mbak Sur kini mampu mengumpulkan pundi-pundi uang hingga Rp 20 juta dalam satu bulannya. Ia juga bersyukur kini telah memiliki rumah pribadi dan tidak lagi mengontrak.
"Penghasilan perbulan ada sekitar Rp 20 juta, dari usaha jamu ini pencapaian yang sudah saya dapatkan terutama tempat tinggal tadinya saya ngontrak setelah dibantu KUR akhirnya saya sudah nggak ngontrak meskipun rumah itu kecil cuma sekarang saya sudah nggak ngontrak lagi, saya udah tinggal mikirin makan aja," kata Suryati.
Kini Suryati mengikuti jejak langkah keberhasilan sang ibunda yaitu Lasmi, bukan hanya berhasil dari segi finansial keduanya juga bahkan berhasil lolos dari pandemi COVID-19 meski Indonesia mengalaminya hingga merenggut banyak nyawa. Baik Mbak Sur maupun Lasmi bersyukur berkat jamu keduanya 'tak tersentuh COVID-19'
"Waktu COVID-19 itu karyawan setiap hari di Kemenkes yang masuk cuma 25 % karena sisanya WFH, beberapa ada juga yang kena COVID-19 tapi saya beruntung selama pandemi belum sekalipun saya kena. Bahkan saat pilek, batuk dan bersin saya diswab hasilnya negatif dokter pada bingung kenapa bisa negatif. Pada saat itu kuncinya ya saya minum jamu," jelas Suryati.
Jamu temu lawak, kunyit asam dan mpon-mpon menjadi primadona kala itu untuk menangkal virus COVID-19, selain pandemi jamu juga bisa menjadi kunci sehat ala Lasmi yang kini berusia 51 tahun. Bukan hanya sekedar meracik, Lasmi juga turut minum jamu untuk kesehatan badannya.
"Kalau saya memang jamu itu sebelum kita edarkan ke konsumen, kita sudah nyobain dulu jadi selama ada COVID-19 itu dari pertama sampai terakhir saya beryukur nggak kena. Bagi saya jangan sakit baru minum jamu, sebelum sakit harus minum jamu," tutup Lasmi.
(hns/hns)