Bekerja dengan memberikan manfaat kepada banyak orang menjadi motivasi utama AA Gede Agung Wedhatama membentuk komunitas Petani Muda Keren. Komunitas itu dibentuk karena dirinya melihat permasalahan pertanian di Bali.
Agung bercerita sebelum menggeluti bidang pertanian, dia merupakan lulusan bidang IT. Dia mengaku sejak duduk di bangku kuliah sudah menekuni bidang wirausaha.
"Semua di bidang IT memang, dari warnet, dari software developer, dan lain sebagainya berkembang," kata dia saat ditemui di kawasan Jatiluwih, Bali beberapa waktu lalu, ditulis Rabu (2/10/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, bisnisnya di bidang IT tidak berjalan mulus. Agung mengatakan di tengah jalan mendapatkan musibah yang membuat bisnisnya itu harus ditutup. Dia mendapatkan titik terang untuk banting setir ke bidang pertanian.
"Ini agak gimana ya, filosofi ya, tapi pengalaman spiritual saya, jadi saya cuma hidup, dapat uang, jalan-jalan ke luar negeri, ke mana-mana, tapi tidak ada impact untuk kehidupan. Tuhan kasih saya ujian, akhirnya datang ke pertanian, menemukan kedamaian disini, ternyata ini bermanfaat," ucapnya.
Meski banting setir ke bidang pertanian, Agung tetap menyalurkan keandalannya di bidang IT dengan membangun startup pertanian. Dia mengembangkan pembuatan pupuk PT Bos (Bali Organik Subak) serta penanaman, dan budi daya pada para petani melalui PT Wedhatama Sukses Makmur.
"Akhirnya hidup itu jadi bermakna. Ketemu petani, kita bisa carikan solusi, kita banyak teman, banyak saudara, terus bener-bener hidup itu berguna. Jadi uang yang didapat dari hasil kita bertani, menanam, bikin pupuk, jual pupuk, berbudidaya, jual sayur, asik, gitu," tuturnya.
Melalui komunitas Petani Muda Keren itu, Agung membantu petani dari sisi pembiayaan, bibit, hingga kebutuhan pupuk. Selain itu, dalam segi penanaman, Agung juga berupaya untuk menggunakan teknologi modern.
Saat ini Agung mengatakan petani muda yang telah digaetnya telah mencapai ratusan orang. Usia petani yang bergabung berkisar antara 15-40 tahunan.
Bahkan dirinya menggunakan Starlink untuk melancarkan koneksi internet untuk mengembangkan tanaman petani. Salah satu yang dilakukan menggunakan internet adalah teknologi penyiraman otomatis.
"Cuman memang kadang-kadang, petani kita, kalau yang di-searched begini kan, kendala IOT itu sebelumnya adalah kan koneksi. Banyak blank spot, tapi sekarang sudah masuk Starlink, saya rasa nggak ada isu lagi dengan itu," tuturnya.
Selain itu, Agung juga mendirikan BOSFresh untuk penyerapan hasil-hasil pertaniannya. Pendapatan petani dalam komunitas itu disebut sukses membuahkan hasil dari pendapatan Rp 5 juta sampai Rp 10 juta.
"Per petani (Rp 5 juta sampai Rp 10 juta). Tapi jadi petani ya, bukan jadi buruh tani. Dan itu harus menggunakan smart irrigation, smart farming," tuturnya.
Agung mengatakan berkat gotong royong dalam komunitas tersebut, para petani juga telah mengekspor hasil petaniannya yakni buah manggis pada 2017.
"Kalau kami, kami di Petani Muda Keren lewat BOS, Balai Organik Subak, kami cuma ekspor 4 buah. Ada buah manggis, buah mangga, salak, sama buah naga. Tapi yang terbesar kami ekspor buah manggis. Pada 2017 itu ekspor manggis langsung ke China, sebelumnya lagi ekspor ke Vietnam, Thailand," pungkasnya.
(ada/ara)