Mimpi pengusaha anggrek adalah memiliki kebun sendiri. Kebun ibarat pabrik dan bisa mendatangkan lebih banyak keuntungan bagi mereka. Rangga Ferdiansyah, pengusaha anggrek bulan di Jakarta Selatan, memulai bisnis anggreknya setelah punya koneksi dari kebun-kebun anggrek. Khususnya di daerah Cisarua, Bogor, Jawa Barat.
Saat merintis, Rangga yang mengandalkan tabungannya sendiri tak bisa langsung mengambil banyak anggrek. Apalagi saat high season seperti Natal dan Lebaran. Seringnya, dia kehabisan barang karena sudah diborong duluan oleh pedagang lain yang lebih besar.
Tak cuma saat hari-hari besar yang rutin setiap tahun, Rangga juga merasakan sengitnya persaingan mendapat anggrek pada Oktober 2024. Kebetulan saat itu bertepatan dengan pelantikan presiden dan anggota DPR. Pesanan anggrek membeludak untuk ucapan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dua bulan yang lalu anggrek sempat susah. Saya sampai tutup 3-4 hari karena nggak ada anggrek," tutur Rangga di toko anggreknya di Taman Anggrek Ragunan, Selasa (4/2/2025).
Rangga ingat saat itu para pekebun dan penjual anggrek cukup kewalahan memenuhi permintaan. Sampai-sampai tanaman yang baru mekar pun mau tidak mau dilepas juga ke pembeli.
"Kadang yang baru mekar sehari-dua hari sudah diturunin. Jadi kebun kosong, habis barang. Harga tinggi jadinya," lanjut Rangga.
Hal itu cukup memengaruhi pasokan anggrek bulan pada minggu-minggu berikutnya. Idealnya, anggrek baru mekar sempurna setelah 4 bulan. Ketika banyak stok anggrek yang belum mekar sudah dijual ke pasaran, belum ada bibit baru di kebun. Karena itulah, Rangga menargetkan agar dirinya punya kebun sendiri. Setidaknya dia bisa mengamankan stok anggrek untuk pelanggannya.
"Ujung-ujungnya untuk kestabilan sirkulasi barang, kita harus punya kebun sendiri, nyetok sendiri, alurnya diatur sendiri," jelasnya.
Namun, punya kebun sendiri bukan perkara enteng. Rangga memberi gambaran kebutuhannya. Dia harus punya kebun dengan kapasitas minimal 3.000 tangkai anggrek untuk bisa memenuhi permintaan pasar. Belum lagi biaya sewa lahan dan biaya operasional.
"Untuk kapasitas 3.000 tangkai, minimal butuh Rp 500-600 juta. Lokasi juga harus di tempat dingin. Antara Cisarua, Subang, atau Bandung. Harus dipikir akses buat bolak-balik, ekonomis atau nggak. Kalau beli tanah, tahu sendiri harga tanah berapa. Palingan sewa," jabarnya.
Untuk sewa pun, menurut Rangga, tidak bisa hanya setahun atau dua tahun. Jangka waktu tersebut masih terlalu pendek untuk balik modal pengelolaan kebun.
"Kalau sewa minimal 5-6 tahun. Lebih bagus 10 tahun kita sewa. Kalau 1-2 tahun, baru jalan kebunnya eh sewa udah abis," kata Rangga.
Untuk saat ini, Rangga bertahan dengan sering mengamankan stok lebih dulu di kebun-kebun langganannya. Setidaknya ketika high season dimulai, dia sudah punya bunga yang bisa diturunkan.
Rangga yang juga nasabah KUR Mikro BRI ini masih memiliki pinjaman pertamanya sejak Agustus 2024 lalu. Jika pembayarannya lancar, dia berniat untuk mengajukan pinjaman lebih besar untuk cita-citanya punya kebun sendiri.
"Makanya saya lagi ngelirik-ngelirik juga nih BRI, pokoknya target harus punya kebun sendiri, nih. Cuma ya semua butuh proses lah," selorohnya, lalu tertawa.
Rekan sesama pedagang anggrek, Brian Sinaga, sudah lebih dulu punya kebun. Brian juga nasabah KUR Mikro BRI dan mulai mengajukan pinjaman sebulan setelah Rangga.
Dari kredit awal Rp 100 juta itu, Brian memutarnya dengan cepat hingga omzet meningkat. Brian pun memberanikan diri menyewa lahan seluas 500 meter persegi di Ciater. Total biaya yang dikeluarkan untuk punya kebun sendiri mencapai Rp 400 juta.
"Kapasitasnya sekarang masih 8.000, output-nya 2.000 per bulan. Dari kebun sendiri juga belum mencukupi, jadi kita ada kerja sama sama beberapa supplier," tutur Brian ditemui di tokonya, Jumat (28/2/2025).
Brian memutuskan menyewa lahan untuk kebun karena sering kali merasakan kendala stok sejak tokonya berdiri pada 2022. Sebagai mantan pekerja kebun anggrek di Ciater, Brian sedikit banyak sudah punya referensi soal kebun di sana.
"Kebun itu nyari sendiri setelah toko dua tahun berdiri karena ada kendala di ketersediaan barang. Nyarinya juga dekat sama kebun-kebun yang sudah ada, jadi nggak perlu survei yang gimana-gimana, tinggal ikuti aja," ujarnya.
Kebun Brian ini baru berjalan sekitar empat bulan, sejak November 2024. Jelang Lebaran nanti akan jadi panen pertamanya. Brian sudah menargetkan waktu panen ini untuk menghadapi lonjakan pesanan selama Ramadan. Brian mengaku sejak punya kebun sendiri, ada beberapa keuntungan yang dirasakan. Selain stok lebih aman, dia juga bisa memastikan kualitas anggreknya lebih terjaga.
"Oh sangat membantu (punya kebun sendiri). Kalau anggrek langsung dibawa ke Jakarta, dia ini kan daya tahannya kurang di tempat panas. Kalau kita simpan dulu di sana, kemekarannya bisa lebih Bagus dan lebih sempurna. Kebun itu mempermudah kita menyimpan stok dan keadaan barang selalu high perform," papar Brian.
Target selanjutnya, Brian ingin punya kebun yang lebih luas. Setidaknya dengan kapasitas 20.000 tangkai.
"Perkembangan kebun paling utama, karena kalau suda mandiri, pasti cost-nya makin kecil dan bisa meningkatkan omzet 20-30 persen," tandasnya.
Pimpinan Cabang BRI KC Pasar Minggu Mochammad Syarief mengungkapkan nasabah KUR Mikro dapat mengajukan penambahan pinjaman atau top up bila dibutuhkan untuk pengembangan usaha. Persyaratan administrasi kurang lebih sama, tetapi ada tambahan penghitungan kebutuhan.
"Top up atau menambah plafon pinjaman yang sudah ada itu sangat diperkenankan, tapi sesuai ketentuan. Dipastikan top up untuk apa," jelas Syarief ditemui di kantornya, Jumat (7/3/2025).
![]() |
Penghitungan kebutuhan ini dilakukan oleh marketing atau mantri di unit tempat nasabah tersebut mengajukan KUR Mikro. Misalnya untuk usaha anggrek bulan, dihitung berapa kebutuhan untuk memiliki kebun sendiri atau mengembangkan kapasitas kebun.
"Selama syarat-syarat terpenuhi dan dihitung berapa kebutuhannya oleh teman-teman mantri atau marketing di unit itu, baru nanti itu dijadikan pertimbangan untuk pemenuhan kreditnya. Selama itu oke, tentunya kami support semaksimal mungkin," lanjut Syarief.
Selama Januari-Februari 2025, total penyaluran KUR BRI di wilayah Pasar Minggu mencapai 459 orang, dengan plafon kredit mencapai Rp 16,2 miliar.
(des/fdl)