Berawal Dari Garasi, Kaya Hutan Kini Siap Ekspor

Berawal Dari Garasi, Kaya Hutan Kini Siap Ekspor

Rifkianto Nugroho - detikFinance
Jumat, 14 Mar 2025 19:12 WIB
pengolahan kayu hutan
Foto: Rifkianto_nugroho
Bekasi -

Banyak pengusaha hebat dan sukses bermula dari garasi, sebut saja Bill Gates, Steve Jobs hingga Walt Disney. Contoh kesuksesan itu tampaknya juga ditiru pada usaha bernama Kaya Hutan yang berada tak jauh dari Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, UMKM yang bergerak pada home decor, seni dan artistik tembikar ini mampu memproduksi hingga 5000 tembikar dan siap ekspor.

Diketahui usaha tembikar bernama Kaya Hutan ini telah ada sejak tahun 2020, kerajinan tembikar memang terkenal di daerah Plered Purwakarta dan Kasongan Jogja namun kini di Bekasi juga terdapat tembikar yang memiliki desain kekinian. Sebelum membangun usaha tembikar Khoirunisa Perwita Sari (32) mulanya hanya menjual tanaman pada saat Pandemi Covid-19, kegiatan kala itu membawanya terjun lebih dalam hingga memiliki usaha tembikar ini.

"Nama usaha saya Kaya Hutan, namanya timbul saat saya membangun usaha ini dari garasi tahun 2020. Semakin lama stoknya semakin banyak sehingga garasi rumah saya seperti hutan, ketika branding akhirnya memilih nama Kaya Hutan sekaligus ingin bermanfaat bagi orang banyak seperti hutan," cerita Nisa saat ditemui detikcom di Kaya Hutan, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, Jumat (7/3/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Permintaan tanaman yang meningkat tak membuatnya merasa cukup, ia memprediksi bahwa jual beli tanaman hanya akan bertahan sebentar atau musiman sehingga Nisa mencari nilai lebih pada bagian tembikar yang digunakan menjadi pot. Bahan baku yang ramah lingkungan dan mudah didapat di dalam negeri membuatnya penasaran untuk mencari produsennya.

Tepat sebelum Pemerintah menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Nisa akhirnya menemui pengrajin di daerah Plered Purwakarta yang siap menerima orderan dengan desain custom, berjalan lima tahun kini usaha Kaya Hutan telah berkembang dan dapat menerima order seperti dekorasi, lukisan art tekstur, souvenir sustainable, hingga clay untuk mengembangkan sistem sensorik dan motorik anak. Dengan terus mengembangkan produknya, Nisa berharap dapat menyerap pengrajin tembikar sebanyak-banyaknya sehingga membuka peluang kerja.

ADVERTISEMENT

"Awalnya pas jualan pot saya blusukan nyari-nyari pengrajin yang ingin mencari modal untuk mengembangkan usahanya jadi kita kasih modal untuk oven dan bisa produksi banyak, jadi barangnya bisa kita pasarkan dan sesuai model yg kita inginkan. Lambat laun kita bermitra bukan hanya satu pengrajin apalagi untuk ekspor karena ini kan padat karya semakin banyak demand semakin banyak orang yang dikaryakan," lanjut Nisa.

Setengah dekade menggeluti dunia tembikar, Nisa memiliki harapan agar kedepannya ada pihak yang akan memberikan program sekolah kepada generasi muda di daerah Plered, Purwakarta agar kebudayaan ini tidak putus sebab kesenian ini memiliki nilai bahkan hingga pasar Internasional.

Hal itu telah dipersiapkan oleh Nisa yang melihat selera konsumen dalam negeri dan pasar Internasional yang sedikit berbeda, Nisa juga turut aktif untuk mengikuti pameran-pameran yang dapat dilirik oleh pasar salah satunya BRI EXPO(RT) di ICE BSD Januari lalu. Untuk mengikuti ajang itu Nisa memang mengikuti tahapan pelatihan dari BRI mulai Growpreneur, Rumah BUMN hingga BRI Inkubator sehigga dirinya mendapatkan kesempatan untuk memamerkan karyanya di stand VIP dalam ajang BRI EXPO(RT).

"Kita sangat beruntung dan bersyukur, berterima kasih kepada BRI yang telah memilih kami untuk mengisi stand vip di BRI Journey karena hal tersebut kita jadi dapat leads banyak. Juga ketemu sama Menteri-menteri jadi pengrajin saya senang ternyata dia dihargai loh di Indonesia, kita disini nggak cuma main kotor-kotoran doang loh, kita juga bisa jadi pahlawan devisa loh nantinya", lanjut Nisa.

Usai mengikuti pameran BRI EXPO(RT) tersebut Nisa mengaku omzetnya naik, eksposur Kaya Hutan pun ikut naik. Diketahui saat ini omzet Kaya Hutan mencapai Rp 50 hingga Rp 100 juta perbulan, Nisa berharap tahun ini jauh lebih banyak karena sudah mendapat calon-calon pembeli.

Secara terpisah Pimpinan Cabang BRI Jakarta S Parman, Yogie H Nainggolan menyebut Rumah BUMN memiliki kedalaman lebih kepada UMKM mulai dari bagaimana UMKM melakukan shifting dari usaha yang masih manual ke arah digital, pembukuan yang tertata rapi hingga melakukan packaging produk yang menarik. Semua peningkatan UMKM itu dikemasnya dengan cara pelatihan-pelatihan tanpa biaya.

"Rumah BUMN ini untuk mengupgrade UMKM dengan pelatihan-pelatihan. Ada literasi keuangan, sdm, pelatihan produksi sampai dengan bisnis matching banyak UMKM yang saat ini sudah punya produk namun belum dikemas dengan baik dan ada yang punya produk namun mempunyai masalah pada sisi pemasarannya," ucap Yogie saat ditemui detikcom di BRI KC Jakarta S Parman, Rabu (12/3/2025).

Lebih jauh, Yogie mengatakan UMKM yang sudah mengikuti BRI Inkubator telah melewati seleksi dan pelatihan sehingga disertakan dalam event BRI UMKM EXPO(RT), dalam pameran itu menjadi peluang besar UMKM dapat bertemu buyer-buyer yang tidak hanya dalam negeri tapi juga dari Internasional sehingga produknya menjadi go Internasional.

"Mereka (UMKM) yang telah mengikuti BRI Inkubator itu sudah melalui seleksi dan pelatihan yang telah ditentukan, di sisi pameran (BRI UMKM EXPO(RT)) di situ tentunya akan menjadi peluang besar bagaimana UMKM bisa bertemu dengan buyer-buyer yang tidak hanya dari dalam negeri tapi juga dari international sehingga produknya menjadi go internasional. BRI akan terus mensupport UMKM bisa continue dan berkelanjutan," tutur Yogie.

(hns/hns)

Hide Ads