Banyak pengusaha sukses lahir dari keberanian keluar dari zona nyaman. Salah satunya Aang Permana, pemilik Sipetek Food, yang nekat meninggalkan gaji besar di perusahaan minyak dan gas setelah dua tahun bekerja. Saat itu usianya baru 24 tahun.
Di kala anak muda lain merintis karier di kota, Aang justru memilih mundur dan pulang kampung ke Cianjur pada 2014. Ada kegelisahan yang membuatnya mencari jalan hidup berbeda.
"Saya dari SD sampai SMA selalu dapat beasiswa. Saat kuliah, saya dapat delapan beasiswa: empat karena tidak mampu dan empat untuk prestasi. Kerja di oil & gas itu enak banget, saya bisa diving di Raja Ampat, Kaimana, Laut China Selatan. Tapi saya merasa ini cuma buat diri sendiri. Kok saya enggak bantu orang, padahal selama ini saya dibantu lewat beasiswa," cerita Aang dalam sesi Ruang Karya di Pesta Rakyat untuk Indonesia 2025, Smesco Indonesia, Jakarta, ditulis Selasa (9/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aang mengenang awal perjalanan bisnisnya yang unik: mengolah ikan petek menjadi keripik. Ide ini muncul ketika ia melihat banyak ikan mati di pinggir danau. Ternyata ikan petek kerap dibuang nelayan pembudidaya karena dianggap mengganggu pakan ikan nila dan mas.
"Ikan ini dianggap sampah. Kata dosen saya, semua yang hidup di air itu halal dimakan, bahkan kapal selam," seloroh lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.
Nelayan pun memberikannya ikan petek secara cuma-cuma. Aang mulai bereksperimen membuat keripik, dengan modal seadanya. Kemasan pertamanya sederhana: plastik dengan logo hitam putih hasil fotokopi.
"Jangan pikir kerja di oil & gas saya punya banyak uang. Ada, tapi enggak besar. Jadi pakai yang ada dulu. Bisnis jangan nunggu sempurna, mulai saja dengan apa yang kita punya," ujarnya.
Tanpa pengalaman bisnis, Aang mengaku sempat bingung menjual produknya. Cara pertama: berkeliling naik motor bersama sang ayah. "Dulu saya ke arah Cianjur, Bapak ke arah Bandung. Titip ke warung-warung," kenangnya.
Perjuangan Aang membuahkan hasil setelah bergabung dengan program pembinaan UMKM Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) pada 2014. Ia belajar soal keuangan, pemasaran, hingga membangun jaringan.
"Setelah pelatihan, kita dapat mentoring langsung. Saya bersyukur banget ketemu mentor-mentor di SETC," ucapnya.
Berbekal semangat belajar, Sipetek Food terus berkembang. Setelah 10 tahun, omzetnya kini tembus ratusan juta per bulan. Produknya pun beragam, mulai dari keripik ikan petek, kentang mustofa, abon sapi, abon ayam, hingga kulit ayam crispy.
Sipetek juga sudah ekspor ke Malaysia dan Hong Kong. Tak berhenti di bisnis, Aang menjalankan misi sosial seperti merenovasi rumah ibadah, membangun sekolah, dan membuat sumur di desa.
"Kuncinya, jangan egois merasa produk kita paling bagus. Dengarkan konsumen. Sebelum bikin produk, riset dulu apa yang mereka mau," pesan Aang.
Simak juga Video 'Pertamina Dukung Penuh Pembangunan di Kawasan Rebana dari Sektor Migas':
(fdl/fdl)