Pria berumur 57 tahun ini tak lagi masuk jajaran 100 orang terkaya di dunia. Bahkan hartanya tinggal tersisa di bawah US$ 1 miliar atau Rp 10 triliun. Harta Batista Rp 300 triliun lebih hilang dalam 1,5 tahun.
Kenapa harta Batista bisa turun? Karena nilai saham sejumlah perusahaannya anjlok tajam. Bahkan utang-utang perusahaannya juga segunung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Hilang Harta Rp 340 Triliun
|
Penurunan harta ini akibat seluruh perusahaan miliknya, termasuk perusahaan minyak miliknya OGX turun. Bahkan perusahaan minyak tersebut diajukan pailit.
Batista bukan orang pertama yang kekayaannya anjlok sangat besar. Pada krisis ekonomi di 1999, saat saham Microsoft anjlok, Bill Gates mengalami penurunan kekayaan US$ 40 miliar, namun kekayaan Gates masih mencapai US$ 60 miliar.
Lakshmi Mittal juga pernah mengalami hal sama. Miliuner baja asal India ini kehilangan kekayaannya US$ 32 miliar saat krisis keuangan 2008 lalu. Ada lagi yang lebih parah dari Batista, yaitu Sean Quinn, seorang pengembang properti asal Irlandia yang kekayaannya hilang US$ 6 miliar dan langsung mengajukan bangkrut.
Penyebab drastisnya penurunan kekayaan Batista adalah karena harga saham perusahaannya yang turun signifikan di pasar modal.
Tahun lalu, Batista juga terkena musibah. Anaknya bernama Thor Batista didakwa menabrak dan membunuh orang saat mengebut di kawasan kumuh di Rio de Janeiro dengan mobil sportnya yang melaju 135 km/jam.
Di Brasil, Batista dianggap kaya karena memanfaatkan ayahnya yang pernah menjadi menteri pertambangan dan energi. Tahun ini juga belum menjadi tahun yang baik buat Batista, karena saham perusahaan tambang miliknya yaitu MMC Mineracao e Metalicos SA didenda US$ 1,8 miliar oleh badan pajak Brasil akibat penghindaran pajak di 2007-2008.
2. Didepak Dari Daftar Orang Terkaya
|
Majalah Forbes mengeluarkan Batista dari daftar orang terkaya di dunia. Terlemparnya Batista dari daftar orang terkaya dunia karena turunnya nilai aset perusahaan tambang, energi, dan logistik milik Batista.
Tahun ini, perusahaan raksasa minyak dan gas milik Batista yakni OGX, turun nilai asetnya sebanyak 90% pada tahun lalu karena sahamnya jatuh. Belum sampai di situ, Batista juga harus mencari uang untuk menutup utang-utang perusahaannya yang lain.
Sementara itu, perusahaan listrik milik Batista juga berencana mengubah namanya, agar tidak lagi terlihat berhubungan dengan Batista. Anjloknya bisnis pertambangan dunia saat ini telah membuat banyak orang kaya kehilangan harta-hartanya. Batista menjadi salah satu korbannya.
Bahkan Batista juga mengumumkan akan menjual 1,5% saham perusahaan migasnya untuk menutup utang-utang di grup perusahaan miliknya.
3. Pernah Kehilangan Rp 60 Triliun dalam 48 Jam
|
Kehilangan dana sebesar itu masuk rekor baru dunia untuk kategori hilangnya harta kekayaan dalam 48 jam. Selama ini, Batista dikenal sebagai miliuner yang berambisi untuk menjadi orang terkaya di dunia.
Ia juga terkenal suka berfoya-foya, mulai dari berpesta dengan model-model Playboy hingga berpartisipasi dalam balapan kapal mewah.
Koreksi tajam yang terjadi di sahamnya itu diakibatkan turunnya target produksi perusahaan migas itu tahun ini. Selain itu, Batista juga terkenal suka mengumbar janji tanpa ada bukti nyata, termasuk di rencana-rencana perusahaannya.
Meski sudah kehilangan banyak harta di atas kertas tersebut, tapi Batista tetap menjadi orang terkaya nomor satu di Brasil. Zaman sekarang, di mana aset lebih banyak tercantum di atas kertas ketimbang fisik asli, banyak sekali fluktuasi nilai kekayaan seperti ini.
4. Dua Perusahaannya Terancam Bangkrut
|
Nasib memang tak bisa ditebak, tahun lalu kekayaan Batista mencapai US$ 30 miliar atau sekitar Rp 300 triliun. Namun kekayaannya sekarang turun menjadi di bawah US$ 1 miliar.
Karena kondisi ini, para investor kehilangan kepercayaan untuk bekerjasama dengan Batista. Perusahaan milik pria ini bergerak di sektor energi, pertambangan, hingga logistik.
Untuk OSX yang diajukan bangkrut, diperkirakan mempunyai utang US$ 2,3 miliar atau sekitar Rp 23 triliun. Sebelumnya, OGX diajukan pailit karena utang US$ 4,8 miliar atau Rp 48 triliun yang tidak bisa dibayarnya. Ini merupakan kasus kebangkrutan terbesar di wilayah Amerika Latin.
Halaman 2 dari 5