Ini Resep Sukses dari Mantan Mendag dan Gubernur BI Era Pak Harto

Ini Resep Sukses dari Mantan Mendag dan Gubernur BI Era Pak Harto

- detikFinance
Rabu, 28 Jan 2015 13:02 WIB
Jakarta - Nama Rachmat Saleh mungkin cukup asing bagi para generasi muda saat ini. Namun sosok Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) periode 1973-1983 ini cukup sukses pada masanya. Ia juga dipercaya oleh Mantan Presiden Soeharto sebagai Menteri Perdagangan periode 1983-1988.

Hari ini, pria kelahiran 1 Mei 1930 ini meluncurkan sebuah buku berjudul Legacy Sang Legenda, tentang perjalanan hidupnya di Hotel Bidakara, Auditorium Binakarna, Jakarta, Rabu (28/1/2015).

Pada kesempatan itu, Rachmat menceritakan masa kecilnya yang penuh dinamika seperti kebanyakan anak-anak kecil lainnya. Pada masa itu, ia mengaku sudah dididik bersikap jujur oleh sang ayah. Sikap jujur ini lah yang menjadi salah satu prinsip hidupnya termasuk saat menjadi pejabat negara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengaku saat usia 4-5 tahun termasuk anak yang nakal karena sering membuat ulah di luar rumah. Akibat perbuatannya ini, ayah Rachmat kerap menerima aduan dari orang tua temannya. Menurutnya sikap sang ayah mengedepankan kejujuran daripada mendidik secara fisik seperti memukul atau memarahi.

"Ketika waktu saya pulang, dilaporkan hari ini sangat jelek pergaulannya, saya kira akan dimarahi dan dipukuli tapi kok tidak, saya hanya duduk di depan bapak saya. Coba kamu ceritakan dengan sebenarnya lengkap, apa yang kamu lakukan tadi. Tapi yang jujur ya, cerita yang jujur, jujur, yang lengkap," kenang Rachmat di depan para hadirin yang hadir dalam acara peluncuran bukunya.

Singkat cerita, setelah 20 tahun berikutnya Rachmat dewasa sukses menjadi pegawai Bank Indonesia (BI). Pada masanya, menjadi pegawai BI sangat diidamkan oleh banyak orang. Ia sempat bertemu dengan sang ayah, dan pada waktu itu kembali muncul kata-kata pesan jujur dari sang ayah.

"Saya ditanya kamu kerja di situ, apa kerjaannya. Di dalam mobil saya ceritakan, bapak hanya mengangguk-angguk, yang jujur ya, yang jujur, yang jujur, itu 20 tahun pertama kali saya mendengarkan kata-kata itu, saya mendengar kembali," kata pendiri Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) ini.

Selain nilai kejujuran, Rachmat juga mendapat pesan-pesan lainnya dari sang ayah seperti soal etos kerja keras.

"Jadi kalau kamu kerja hasilkan yang terbaik, pakailah segala ilmu, fisik kamu, pokoknya kerjakan apa yang diinginkan orang lain atau kamu sendiri, pokoknya apa yang terbaik, Insya Allah kamu menghasilkan yang terbaik," kenang Rachmat.

Selain persoalan kejujuran dan kerja keras, Rachmat Saleh juga mendapat pesan dari sang ayah soal sikap adil yang harus ditunjukkan oleh seorang pejabat negara maupun pemimpin lainnya.

"Kalau kamu sewaktu-waktu menjadi pemimpin, berusahalah berbuat yang adil, adil itu sangat besar, bos-bos senang tapi ingat yang paling senang kalau kamu berbuat adil adalah anak buahmu, kalau punya bos berbuat adil, mereka merasa dihargai, Insya Allah kalau kamu berbuat adil, anak buahmu mendukung kamu, dukungan paling hebat dari anak buahmu, hasilnya dinilai oleh atasanmu," pesan Rachmat.

Rachmat juga menerapkan prinsip kerja keras seperti yang dipesankan oleh sang ayah. Ia menceritakan pernah 'menyiksa' karyawan harus kerja sampai pagi bahkan menginap di kantor, ada anak buahnya yang sedang tidur terpaksa dibangunkan demi tugas.

"Saya mohon maaf terhadap semuanya yang bekerja dengan saya, tapi itu dilakukan dengan kebahagiaan, kesenangan karena untuk rakyat," katanya.

Ia mengaku setelah menjalani tugas, sebagai pejabat negara, prinsip-prinsip hidup orang tuanya bisa ia terapkan, sehingga membuat dirinya sebagai sosok yang sukses.

"Alhamdulillah saya bisa melaksanakan amanat orang tua saya," katanya.

(hen/hds)

Hide Ads