Kim Lahir tanggal 8 Desember 1959 di Seoul, Korea Selatan dengan nama awal Kim Yong. Dia kemudian pindah bersama keluarganya ke Amerika Serikat (AS) pada usia 5 tahun dan dibesarkan di Muscatine, Iowa.
Ibunya menerima gelar PhD dalam bidang filsafat dari University of Iowa, tempat ayahnya mengajar kedokteran gigi. Kemudian dia mengubah urutan namanya menjadi Yong Kim sejalan dengan gaya Barat dan menambahkan nama Jim di depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kim memulai pendidikan tinggi di Universitas Iowa, dan kemudian pindah ke Brown University di tahun keduanya. Dia lulus magna cum laude pada tahun 1982 dengan gelar sarjana biologi manusia.
Setelah itu, ia kuliah di Universitas Harvard untuk gelar pascasarjana, memperoleh gelar medis pada tahun 1991 dan gelar PhD dalam antropologi pada tahun 1993. Waktunya di Harvard memungkinkannya untuk berteman dengan Paul Farmer, partner Kim berbagi dalam masalah kesehatan global.
Pada tahun 1987, hasrat Kim untuk bekerja di sektor perawatan kesehatan hingga persahabatannya dengan Paul Farmer mendorongnya untuk mendirikan organisasi kesehatan yang berbasis di Boston. Namanya Partners in Health, atau PIH, yang menyediakan perawatan medis untuk daerah miskin.
Pada pertengahan 1990-an, Kim juga merintis perawatan pasien dengan tuberkulosis yang resisten multi-obat, atau TB MDR di Carabayllo, Peru. Hasil dari pekerjaan ini memungkinkan Kim memimpin kampanye yang sukses untuk mengurangi biaya perawatan TB-MDR. Upaya ini kemudian diterapkan pada perawatan AIDS. Ia dianugerahi beasiswa MacArthur Foundation pada tahun 2003.
Dari 2003 hingga 2004, Kim menjabat sebagai penasihat direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, atau WHO. Dia menjabat sebagai direktur departemen HIV/AIDS dari 2004 hingga 2005, di mana dia memimpin gerakan '3 dari 5', yang berupaya menyediakan obat antiretroviral kepada 3 juta pasien HIV dan AIDS baru di seluruh dunia.
Kim sendiri menjadi pengajar di Harvard Medical School dari 1993 hingga 2009, ketika ia diangkat menjadi presiden Dartmouth College. Kemudian, pada bulan Maret 2012, Presiden Barack Obama mencalonkannya sebagai presiden Bank Dunia. Latar belakang dan pengalamannya dalam bekerja dengan komunitas miskin dan masalah pembangunan dianggap sebagai aset utama dan kualifikasi Kim untuk posisi itu.
Kim dikonfirmasi sebagai presiden Bank Dunia pada bulan April 2012 dan mulai menjabat pada bulan Juli di tahun yang sama. Pengaruhnya di bidang pendidikan dan perawatan kesehatan membawanya menjadi calon yang ideal untuk posisinya saat itu.
Pribadinya yang tak memiliki latar belakang di bidang keuangan sempat diragukan kemampuannya saat memimpin Bank Dunia.
"Pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan begitu rumit sehingga saya tidak berpikir ada latar belakang tunggal atau disiplin tunggal yang cukup untuk mengatasi masalah manusia yang hebat ini," kata Kim.
"Saya ingin memberantas kemiskinan. Saya pikir ada hasrat luar biasa untuk hal itu di dalam Bank Dunia," tambahnya. Pernyataan ini menampilkan komitmen Kim terhadap tujuan-tujuan utamanya ketika bekerja sebagai kepala Bank Dunia.
Pengalamannya dengan pelayanan kepada negara-negara miskin dan berkembang adalah pengaruh terbesarnya dengan memberikan saran tentang distribusi bantuan kepada negara-negara tersebut. Setelah menjabat di Bank Dunia, prioritas yang dinyatakannya adalah untuk menciptakan lebih banyak program dukungan bagi kaum miskin dan untuk mengidentifikasi dan menumbuhkan pasar negara berkembang.
Pada 2015, majalah Forbes menempatkan Kim sebagai salah satu orang terkuat di dunia. Diperkirakan kekayaan bersihnya saat itu hanya sekitar US$ 5 juta atau Rp 70 miliar (kurs Rp 14.000). Bahkan angka ini mungkin lebih rendah, karena posisinya sebagai presiden Bank Dunia memberinya gaji langsung sekitar US$ 500.000 per tahun, ditambah tunjangan.
Kini Jim Yong Kim sudah melepas jabatannya dari posisi Presiden Bank Dunia. Kim mengundurkan diri pada Januari lalu dan melepas jabatan itu tiga tahun lebih cepat dari seharusnya.
Kim mengaku bergabung dengan institusi swasta yang fokus pada investasi infrastruktur di negara-negara berkembang. Kesempatan ini dimanfaatkannya untuk memberikan kontribusi pada masalah-masalah besar seperti perubahan iklim dan minimnya infrastruktur di negara-negara berkembang.
(eds/ang)