Zuckerberg-nya Rusia, Kembangkan Telegram Saat Jadi Buronan

Kisah Inspiratif

Zuckerberg-nya Rusia, Kembangkan Telegram Saat Jadi Buronan

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 22 Mei 2019 08:10 WIB
Foto: Instagram/durov
Jakarta - Pavel Durov adalah pendiri dan pemilik mayoritas aplikasi perpesanan Telegram Messenger, yang memiliki lebih dari 200 juta pengguna di seluruh dunia. Telegram sendiri dibuat Pavel menjadi aplikasi berkirim pesan paling terenkripsi alias terjaga rahasianya. Dengan begitu, Telegram menjadi pesaing yang mumpuni dengan WhatsApp yang dimiliki Facebook.

Jauh sebelum kesuksesannya dengan Telegram, Pavel merupakan pencetus jejaring sosial terbesar di Rusia, VKontakte. Atas keberhasilan membesarkan VKontakte, Pavel diganjar dengan sebutan 'Mark Zuckerberg-nya orang Rusia'.

Pria ini lahir di Rusia 10 Oktober 1984, sejak kecil dia memang tertarik dengan dunia teknlogi komputer. Pavel diketahui telah belajar pengaplikasian 'coding' sejak masih di bangku sekolah, alasannya hanya untuk iseng. Keberhasilan Pavel dengan coding adalah saat dia meng-hack layar selamat datang di sekolah untuk mengejek gurunya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nikolai Durov alias kakaknya lah yang membawa Pavel menjadi keranjingan bermain coding. Selepas bangku kuliah di medio 2006, Pavel bersama kakaknya Nikolai memulai inisiasi VKontakte, website jejaring sosial berbahasa Rusia pertama. Proyek dua bersaudara ini pun berhasil dan ramai dipakai di seluruh negeri hingga menyentuh 350 juta pengguna.

Dengan VKontakte dilaporkan Pavel berhasil mendulang kekayaan hingga US$ 260 juta atau setara dengan Rp 3,6 triliun (dalam kurs Rp 14.000). Saking kayanya, pada 2012 Pavel membuat geger seluruh Rusia, dia dan beberapa karyawannya menerbangkan pesawat kertas yang terbuat dari uang ke kerumunan dari jendela kantornya.

Jumlah uang yang disebar dalam bentuk pesawat kertas saat itu lebih dari US$ 1.272 atau sekitar Rp 17 juta. Setiap pesawat kertas terbuat dari uang kertas 5.000 Ruble (US$ 63 atau Rp 882 ribu/pesawat kertas).


Namun di tengah popularitasnya, VKontakte terindikasi menjadi pusat pergerakan secara digital oleh para demonstran anti pemerintah Rusia. Untuk itu pemerintah pun meminta agar VKontakte mendapatkan kawalan lebih dari pemerintahan.

Alih-alih mengikuti arahan pemerintah, Pavel dengan pedenya justru malah meledek pemerintah dengan memberikan foto anjing yang mengeluarkan lidahnya ke perwakilan pemerintah. Pavel mengaku usai memberikan respon ke pemerintah dengan cara nyelenehnya, apartemennya langsung digeledah oleh orang-orang dengan pakaian militer.

Secara bertahap, Pavel kehilangan kendali atas VKontakte kepada investor yang terhubung dengan Mail.ru, sebuah perusahaan yang memiliki ikatan dengan Kremlin (istana kenegaraan Rusia). Makin hari pun VKontakte makin tak terkendali, akhirnya Pavel perlahan menjual saham VKontakte pada 2015 ia menjual 12% saham di jejaring sosial dengan perkiraan keuntungan US$ 300 juta atau sekitar Rp 4,2 triliun.

Pemerintah pusat Russia makin geram dengan perilaku Pavel, mereka akhirnya mengundang Pavel ke dalam sebuah penyelidikan, namun dia justru menolak untuk muncul di kantor polisi memenuhi panggilan. Pavel malah meninggalkan negaranya tak lama setelah undangan pemanggilan penyelidikan datang padanya, polisi yang juga geram justru tidak tahu kabar kepergiannya dan menggeledah kantor VKontakte tanpa mendapatkan hasil apapun.

Ternyata Pavel dan saudaranya memiliki rencana cadangan, secara rahasia mereka mengembangkan sebuah perusahaan baru di Buffalo, New York. Mereka pun menerbangkan beberapa loyalis karyawan VKontakte yang setia dengan dua bersaudara ini ikut mengembangkan perusahaan rahasia tersebut. Di sini lah cikal bakal terjadinya pembentukan Telegram.

Pada tahun 2018 Pavel, bersama saudaranya Nikolai Durov, mengumpulkan US$ 1,7 miliar atau setara dengan Rp 23,8 triliun dari investor untuk menciptakan TON, sebuah sistem blockchain yang menjadi dasar aplikasi berkirim pesan Telegram. Aplikasi obrolan ini terenkripsi dengan baik sehingga membuat sangat sulit bagi pemerintah untuk memata-matai penggunanya. Pavel tidak ingin intrusi oleh Kremlin ke VKontakte terjadi kembali pada produknya.


Di awal kemunculannya, Pavel sampai-sampai rela mengeluarkan US$ 1 juta sekitar Rp 14 miliar dari uang pribadinya hanya untuk menjaga Telegram tetap hidup dan berjalan, padahal aplikasi barunya ini belum bisa menghasilkan cukup banyak keuntungan.

Akibat permasalahannya dengan pemerintah negaranya sendiri selama beberapa tahun Pavel terus berpindah tempat mengitari seluruh dunia, lokasi berbeda dia rasakan setiap bulannya demi keamanan dirinya. Pasalnya justru akan berbahaya bila dirinya balik ke Rusia, pemerintah yang geram sudah siap menangkap pria ini.

Kini Pavel dan kroni serta produk Telegram-nya memilih Dubai dan segala kehidupan glamornya sebagai tempat menetap. Kini di umurnya yang ke 34 tahun, Pavel tercatat memiliki kekayaan sebesar US$ 2,7 miliar atau sekitar Rp 37,8 triliun yang didapatkan dari VKontakte hingga Telegram. Dalam daftar orang terkaya versi Forbes dia menduduki posisi 838.

(ang/ang)

Hide Ads