Insinyur Jembatan Lengkung LRT Bercita-cita Jadi IRT

Insinyur Jembatan Lengkung LRT Bercita-cita Jadi IRT

Danang Sugianto - detikFinance
Senin, 18 Nov 2019 12:05 WIB
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - Arvila Delitriana belakangan ini terus mendapatkan pujian dari para petinggi negara. Mulai dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memuji karyanya di Instagram, hingga Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Panjaitan dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono yang bahkan rela memberikan Dana Operasional Menteri (DOM) kepadanya sebagai bentuk apresiasi.

Wanita yang akrab disapa Dina itu merupakan insinyur yang merancang jembatan lengkung bentang panjang (long span) di Kuningan pada proyek LRT Jabodebek.

Konstruksi long span ini melayang di atas jalan layang dengan bentuk melengkung sepanjang 148 meter dengan radius lengkung 115 meter tanpa tiang pier. Beton yang digunakan seberat 9.688,8 ton dan besinya seberat 2.929,7 ton. Sementara metode yang digunakan adalah concentrate box grider balance cantiviler.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jembatan ini menyabet dua rekor MURI, yakni Jembatan Kereta Box Beton Lengkung dengan Bentang Terpanjang di Indonesia dan Rekor Pengujian Axial Static Loading Test pada Pondasi Bored Pile dengan beban terbesar di Indonesia.


Tapi siapa sangka, ternyata Dina tidak pernah memiliki cita-cita untuk menjadi insinyur. Dari kecil yang terbayang di benaknya ketika dewasa nanti hanya menjadi ibu rumah tangga (IRT).

"Saya melihat ibu saya, betul-betul ibu rumah tangga ngurusin rumah dan anak. Dari pagi sampai sore bajunya cuma daster. Karena ibu saya istri tentara kita ditinggal kemudian saya ngurus adik. Pikiran saya harus sekolah sampai kuliah, karena itu sudah standar prosedurnya lah, setelah itu jadi ibu rumah tangga," ujarnya saat berbincang dengan detikcom pekan lalu.

Dina sendiri merupakan lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan teknik sipil dengan fokus teknik struktur. Kemudian dia sempat bekerja di Jakarta dengan garapan bidang gedung.

"Jadi lulus saya kerja 5 tahun di Jakarta bidangnya gedung. Terus pindah ke Bandung ketemu Pak Jodi Firmansyah bidangnya berubah jadi jembatan," tambahnya.



Dina sendiri bekerja di PT Cipta Graha Abadi. Dia bekerja di perusahaan itu lantaran diajak oleh pakar konstruksi jalan dan jembatan Jodi Firmansyah

"Waktu itu kan sempat dari Jakarta pindah ke Bandung enggak nyari kerjaan cuma lanjutin S2 aja, nganter anak. Di situ ketemu Pak Jodi, kamu ngapain bantuin saya aja. Tapi Pak Jodi mmberikan kebebasan untuk mengatur waktu saya sendiri ya nganter anak urus rumah. Enggak pernah terpikir saya kerja fokus bangun jembatan, apa lagi lagi dalam satu minggu saya bisa pindah 2-3 pulau," tuturnya.

Jembatan yang dia desain pertama kali adalah jembatan Tukad Bangkung di Bali. Meskipun saat itu dirinya masih sekadar membantu Jodi Firmansyah.

"Itu bagus sekali, lokasinya bagus. dia punya tiang tingginya 70 meter. Itu tahun 2001 kira-kira. Tapi ada beberapa engineer yang bantu. Karena sebenarnya awalnya saya ini lebih ke bidang gedung," tambahnya.

Dina sendiri sudah memiliki puluhan pengalaman dalam membangun jembatan. Seperti Jembatan Kali-Kuto Semarang, Jembatan Layang Kereta Api Medan, Jembatan Layang Bus Way DKI Adam Malik, Interchange Solo-Kertosono, Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah, Jembatan Cable Stay Pasupati, Jembatan Perawang, Jembatan Musi Banyuasin, Jembatan Tol Semarang-Solo, Jembatan Banyumanik II, Jembatan Gedawang, Jembatan Lemah Ireng dan lainnya.






(das/zlf)

Hide Ads