Kisah Otto Toto Sugiri Wajah Baru Taipan yang Dijuluki 'Bill Gates' RI

Kisah Inspiratif

Kisah Otto Toto Sugiri Wajah Baru Taipan yang Dijuluki 'Bill Gates' RI

Aulia Damayanti - detikFinance
Jumat, 24 Des 2021 07:00 WIB
Otto Toto Sugiri
Otto Toto Sugiri/Foto: Dok. DCI Indonesia
Jakarta -

Otto Toto Sugiri menjadi wajah baru di daftar 50 orang terkaya Indonesia versi Forbes. Namun siapa sangka, ia ternyata menjadi sosok yang tak asing di industri teknologi Indonesia.

Pria berusia 68 tahun ini sampai mendapat julukan 'Bill Gates Indonesia' karena menjadi pelopor data center untuk menumbuhkan ekonomi digital Indonesia. Saat ini Otto menjadi Presiden Direktur PT DCI Indonesia Tbk (DCII). Dia juga menjadi salah pendiri perusahaan tersebut.

Mengutip Forbes, Jumat (24/12/2021) Dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia, Otto berada di urutan ke-19. Hartanya tercatat US$ 2,5 miliar atau setara Rp 35,6 triliun (kurs Rp 14.245) karena kenaikan saham DCI.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Otto Toto Sugiri menggeluti industri teknologi sudah empat dekade lamanya. Kariernya diawali sejak lulus dari RWTH Aachen University, Jerman pada 1980. Kala itu dia menyelesaikan kuliah dengan gelar Sarjana Teknik Elektro dan Master Teknik Komputer.

Usai lulus, dia harus pulang ke Indonesia karena harus merawat ibunya yang sakit. Meski beberapa lama dia harus kehilangan ibunya.

ADVERTISEMENT

Memutuskan untuk menetap di Indonesia, Otto membangun proyek pertamanya yakni pemrograman lokal, yakni perangkat lunak untuk perusahaan minyak hingga mengelola pencairan pinjaman untuk nelayan di Papua.

Kemudian, 1983 Otto bergabung dengan Bank Bali yang kemudian dimiliki pamannya, Djaja Ramli. Kala itu Otto bekerja untuk mengembangkan sistem IT bank dari back office hingga akuntansi.

"Saya bekerja dengan departemen yang berbeda untuk membuat perangkat lunak agar pekerjaan lebih efisien. Salah satu keberhasilan yang saya ingat adalah staf akuntansi bisa pulang sebelum matahari terbenam. Sebelumnya mereka bekerja hingga hampir tengah malam mengerjakan pembukuan manual," ujar Otto.

Lalu, Otto Toto Sugiri membangun proyek baru yakni perusahaan perangkat lunak bernama Sigma Cipta Caraka pada 1989. Tak sendirian, Otto dengan enam rekannya yang sebelum juga di Bank Bali. Salah satunya, Marina Budiman yang kini menjabat sebagai Presiden Komisaris DCI.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Kiprah Bisnis Otto

Berdirinya Sigma Cipta Caraka bertepatan saat pemerintah baru saja melonggarkan kebijakan untuk industri perbankan. Dampaknya, jumlah bank melonjak dari 111 pada 1988 menjadi 240 bank pada 1994.

Nah peluang ini dimanfaatkan oleh Otto. Bank-bank baru itu pasti membutuhkan dukungan IT, di situlah Sigma berperan. Dalam setahun Sigma mengantongi keuntungan hingga US$ 1,2 juta.

Di sela-sela bisnis Sigma yang tengah berkembang, Otto mendirikan Indointernet pada 1994. Perusahaan itu membuat sebuah layanan internet yang memudahkan semua orang mengakses informasi dari seluruh dunia, layaknya sistem pencarian Google.

Kemudian, Otto juga mendirikan BaliCamp sebagai anak usaha dari Sigma. Tetapi perjalanan bisnisnya tidak semulus itu. BaliCamp harus ditutup setelah ada tragedi Bom Bali pada 2002.

Saat itu, Otto masih bisa mempertahankan Sigma sebagai induk perusahaannya. Sigma pun berhasil tetap beroperasi tanpa utang di tengah krisis keuangan Asia. Namun, pada 2008 Otto memutuskan menjual 80% sahamnya di Sigma ke Telekomunikasi Indonesia (Telkom) senilai US$ 35 juta.

Dua tahun kemudian dia benar-benar menjual Sigma hingga berpikir mau pensiun. Tetapi pada 2011 dia melihat peluang saat pemerintah membuka pintu untuk memperkuat pusat data negara.

Akhirnya, Otto meluncurkan DCI Indonesia. Untuk menarik klien terbesar dan terbaik, ia memastikan DCI mendapatkan sertifikasi Tier IV, klasifikasi tertinggi industri pusat data global pada tahun 2014.

Selain itu, Otto juga melengkapi syarat perusahaannya sebagai pusat data. Di mana perusahaan harus menjamin online selama 99,995%, dan memiliki cadangan yang sepenuhnya untuk listrik jika terjadi pemadaman. Hingga saat ini DCI menjadi perusahaan penyedia data center terkemuka di Indonesia.

DCI juga memiliki klien lebih dari 40 perusahaan telekomunikasi dan lebih dari 120 penyedia layanan keuangan di seluruh Indonesia, Asia Tenggara, dan AS. Perusahaan itu melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Januari 2021.

Sejak saat itu sahamnya sudah naik sekitar 11.000%. Kenaikan saham yang meroket membuat BEI sempat menghentikan perdagangan saham DCI sebanyak lima kali tahun ini.

Nah, kenaikan saham DCI yang mengirim Otto dan dua pendiri lainnya menjadi miliarder baru di daftar 50 orang terkaya di Indonesia 2021. DCI sekarang menjadi salah satu perusahaan paling berharga di bursa saham Indonesia dengan kapitalisasi pasar US$ 7 miliar.


Hide Ads