Chairul Tanjung, atau yang lebih dikenal dengan sebutan CT adalah salah satu pengusaha sukses di tanah air. Kiprahnya di dunia bisnis kini menjadikannya masuk sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia. Forbes mencatat, total kekayaan CT saat ini mencapai US$ 6,5 miliar atau setara dengan Rp 96,45 triliun (kurs Rp 14,838.85).
Siapa sangka, dahulu kala pendiri CT Corp ini harus menempuh perjuangan berat demi mengenyam pendidikan kuliahnya dengan bergantung pada kain halus milik sang ibu. Kisah itu ia tuangkan dalam bukunya, Chairul Tanjung Si Anak Singkong.
Masa muda CT bermula dari Gang Abu, daerah terkumuh di Jakarta pada tahun tujuh puluhan, tempat ia tinggal dan dibesarkan hingga menempuh jenjang perkuliahan. Pada kala itu, impiannya untuk bisa kuliah di perguruan tinggi negeri dapat terwujud. Dirinya berhasil diterima di Fakultas Kedokteran Gigi UI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Total uang yang harus dibayarkan ke kampus saat itu sebesar Rp 75.000. Rinciannya, sebesar Rp 45.000 untuk uang kuliah selama satu tahun dan Rp 30.000 untuk biaya administrasi, uang jaket, dan sebagainya," tulis CT dalam bukunya itu.
CT mengatakan biaya kuliah tersebut jauh di atas uang jajan teman-teman mahasiswanya pada masa itu, yang mayoritas memang dari keluarga berada. Entah bagaimana caranya, ibunya hanya meminta ia menunggu beberapa hari untuk mendapatkan uang tersebut. Dan benar saja, sesuai janjinya, ibunya memberikan sejumlah uang yang ia minta.
"Orang tua kami mempunyai prinsip: 'Agar bisa keluar dari jerat kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang harus ditempuh dengan segala daya dan upaya'," ujar CT.
Dia mengatakan, kedua orang tuanya memang terkenal sangat tegas dalam mendidik ia dan keenam saudaranya. Apa pun akan mereka upayakan demi pendidikan formal anak-anaknya, sebagai bekal utama kesuksesan kehidupan di masa mendatang. Akhirnya pada tahun 1981, CT resmi terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Kebahagiaan CT seketika sirna setelah mengetahui bahwa ibunya harus rela menggadaikan kain halus miliknya untuk mendapatkan uang kuliah tersebut.
"Chairul, uang kuliah pertamamu yang ibu berikan beberapa hari yang lalu ibu dapatkan dari menggadaikan kain halus ibu. Belajarlah dengan serius, Nak," tulis CT, menirukan kalimat yang diutarakan sang ibu kepadanya.
Mendengar itu, kata CT, bumi tempatnya berpijak seolah berhenti berotasi, jantung mendadak berhenti berdetak, lemah seolah tanpa darah. Ia merasa sangat terpukul.
"Tapi, justru itu semua menjadi pemicu dan sejak itu saya bertekad untuk tidak meminta uang lagi kepada orang tua. Saya harus bisa membiayai semua keperluan kuliah di UI. Saya harus berusaha mencari uang sendiri dengan cara apa pun. Tidak sepeser pun meminta lagi uang kepada ibu. Saya harus bisa! Bismillah!" ujar CT.
Motivasi itulah yang membuat CT akhirnya mampu menghasilkan uang Rp 15 ribu pertamanya. Dia melihat peluang melalui fotokopi buku asisten praktikum, dimana setiap praktikum seluruh mahasiswa wajib punya, diperbanyak dengan fotokopi.
"Saya tanya kepada mereka ongkos fotokopi, semua rata-rata menawarkan tarif Rp 25 per lembar. Berarti, total Rp 500 harus dikeluarkan oleh setiap mahasiswa untuk bisa memfotokopi buku tersebut," tutur CT dalam bukunya tersebut.
Suatu hari dirinya terpikir untuk bertanya kepada temannya yang memiliki usaha percetakan. Tanpa banyak bertanya, percetakan itu menyanggupi dengan biaya hanya Rp 150 saja.
"Esoknya kembali ke kampus dan menawarkan kepada teman-teman Rp 300 saja untuk mencetak buku asisten praktikum yang di Jalan Salemba sekitar kampus seharga Rp 500. Sudah barang tentu mereka tidak keberatan dengan selisih harga yang lebih murah itu," ujar CT.
Dengan margin Rp 150 dikalikan dengan 100 orang teman seangkatannya, CT akhirnya memperoleh Rp 15.000 pertamanya melalui peluang tersebut. Dirinya percaya, keuntungan Rp 15.000 yang pertama tersebut merupakan momentum pembangkit kepercayaan diri selanjutnya.
"Puluhan ribu rupiah berikutnya, ratusan ribu selanjutnya, dan jutaan rupiah kemudian merupakan perkara tidak sulit jika semangat dan kepercayaan bisa terus dijaga," ujar CT.
"Sejak itu hidup saya terasa menjadi lebih mudah. Di sekeliling kampus kala itu seolah tergambar rupiah yang melayang di setiap pojok. 'Uang semua nih!' celoteh saya dalam hati sambil senyum. Semua dimulai tanpa modal sepeserpun," tambahnya.
Penasaran dengan cerita inspiratif CT lainnya? detikers bisa mendapatkan kesempatan itu, caranya dengan membuka website pada link ini. Kemudian di kanan atas halaman akan ada dua pilihan Download E-Book dan Download E-Book & Bertemu CT.
Klik Download E-Book dan Download E-Book & Bertemu CT. Untuk login pastikan kamu telah memiliki akun MPC atau sebagai nasabah dari Allo Bank.
Login masukan nomor telepon dan password akun MPC atau Allo Bank. Bagi yang ingin mengunduh e-book sekaligus mendaftar acara "Makan Malam dan Dialog Bersama Chairul Tanjung" wajib memiliki Allo Prime dan menjawab pertanyaan pada form pendaftaran.
Setelah menjawab pertanyaan, e-book sudah langsung bisa diunduh. Sedangkan, pengumuman orang yang berkesempatan makan malam bareng dengan CT akan diumumkan Senin, 25 Juli 2022.
Untuk diingat, kesempatan makan malam dan ngobrol bareng CT hanya untuk 60 orang terpilih. Undangan hanya untuk satu orang dan tidak dapat dialihkan.
Bagi 60 peserta terpilih pada tanggal 28 Juli 2022 wajib melakukan pendaftaran ulang di Lobby Gedung Transmedia Tendean, Jakarta Selatan pukul 16.00 WIB dan mengikuti seluruh rangkaian acara yang telah ditentukan.
(dna/dna)