Jakarta -
Siapa yang tidak kenal dengan merek sepatu Adidas? Pada awal abad ke-21, merek ini menjadi produsen pakaian olahraga terbesar di Eropa dan terbesar kedua (setelah Nike) di dunia. Di umurnya yang hampir menginjak 1 abad ini, Adidas masih menjadi salah satu merek tersohor di dunia.
Perusahaan ini memiliki pendapatan tahunan lebih dari € 23 miliar (Rp 350,1 triliun) dan tenaga kerja mencapai 60.000 di seluruh dunia. Di balik kesuksesannya, ada semangat membara dari sosok inovatif Adolf Dassler yang memulai usaha ini bersama saudaranya di ruang cuci rumahnya.
Dilansir melalui laman resmi Adidas, Adolf Dassler lahir pada 3 November 1900, di Herzogenaurach, Jerman, sebagai anak bungsu dari Christoph dan Pauline Dassler. Dia memiliki dua saudara laki-laki, Fritz dan Rudolf, serta seorang saudara perempuan bernama Marie.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ayahnya adalah seorang penjahit dan ibunya menjalankan bisnis laundry keluarga. Adolf menyelesaikan sekolah menengah atas dan mengikuti keinginan ayahnya untuk magang sebagai pembuat roti. Ternyata kehidupan membuat roti tidak terlalu menarik untuknya, hingga dia memutuskan untuk mempelajari keterampilan membuat sepatu.
Di sisi lain, sebetulnya minat utama Adolf ada di bidang olahraga. Ditemani oleh teman masa kecilnya, Fritz Zehlein (putra seorang pandai besi lokal), ia bermain dan berkompetisi dalam berbagai olahraga termasuk trek dan lapangan, sepak bola, tinju, hoki es, ski, dan lompat ski. Dari sana lah, ia mengamati bahwa semua atlet pada dasarnya memakai sepatu yang sama.
Sebelum ia mengubah ide sepatu olahraganya itu menjadi bisnis, Adolf Dassler harus menjalankan wajib militer di Angkatan Darat Jerman pada akhir Perang Dunia I. Ketika dia kembali ke Herzogenaurach pada tahun 1919, Jerman dilanda depresi ekonomi pasca perang.
Meski demikian, ia bertekad untuk tidak membiarkan mimpinya mati dan menggunakan kreativitasnya. Adolf mengubah gudang cucian tua di belakang rumah keluarganya menjadi bengkel sepatu. Menggunakan keterampilan membuat sepatu yang telah dipelajarinya, ia menghasilkan uang dengan memperbaiki alas kaki untuk penduduk setempat.
Dari sanalah, ia mulai mengembangkan sepatu olahraga pertamanya. Salah satu inovasi pertamanya adalah sepatu lari berduri untuk atlet lintasan dan lapangan, yang saat itu merupakan sebuah konsep baru dalam olahraga tersebut. Mereka menampilkan paku logam buatan tangan yang dipasok oleh pandai besi lokal yang berasal dari teman olahraga masa kecil Adolf, Fritz Zehlein.
Lebih lanjut pada 1 Juli 1924, bersama kakak laki-lakinya Rudolf Dassler, ia mendirikan perusahaan bernama 'Gebrüder Dassler, Sportschuhfabrik, Herzogenaurach' ('Pabrik Sepatu Olahraga Dassler Brothers', Herzogenaurach).
Pada tahun 1925, startup pemula tersebut pun memiliki tiga karyawan, memproduksi sepatu bola kulit dengan kancing dipaku, serta sepatu olahraga berduri. Ketika situasi ekonomi Jerman membaik, bisnis meningkat, dua saudara ini pindah ke gedung yang lebih besar di Herzogenaurach. Mereka pun berinvestasi dengan membeli mesin baru dan memperluas produksi mereka.
Simak juga Video: Sanggar Senja, Selamatkan Anak Jalanan dari Pemerkosaan Hingga Pembunuhan
[Gambas:Video 20detik]
Pada akhir 20-an dan awal 30-an, digelar acara olahraga global utama yakni Piala Dunia Sepak Bola dan Olympic Games. Adolf dan Rudolf percaya, jika mereka bisa membuat sepatunya digunakan para atlet, itu akan membantu mereka dalam membuktikan kualitas produk Dassler.
Keberhasilan pertama mereka datang di Olimpiade 1928 di Amsterdam, ketika Adolf memberi pelari jarak jauh Jerman Lina Radke sepasang sepatu olahraga berduri. Ini adalah pertama kalinya perempuan diizinkan untuk bersaing dalam cabang lomba lari jarak 800 m dan Lina memenangkan perlombaan hingga memecahkan waktu Rekor Dunia.
Dia dengan cepat menjalin hubungan dengan tim Track & Field Nasional Jerman, melalui pelatih Josef Waitzer. Kemitraan ini tidak hanya memberikan umpan balik yang sangat baik untuk pengembangan produk, tetapi juga memastikan bahwa banyak atlet Jerman akan memakai sepatu Dassler di Olimpiade.
Mereka sukses dengan atlet Jerman di Olimpiade 1932 Los Angeles dan Olimpiade Berlin 1936. Mereka pun memutuskan untuk memperluas ide ke khalayak internasional.
Dalam periode kesuksesan perusahaan ini, Adolf Dassler bertemu Käthe pada tahun 1932. Mereka pun menikah pada tahun 1934 dan memiliki lima anak, Horst (1936), Inge (1938), Karin (1941), Brigitte (1946), dan putri bungsu, Sigrid (1953).
Berbagai permasalahan pun muncul mulai dari Perang Dunia II hingga perbedaan pandangan kedua bersaudara ini dalam menjalankan bisnis. Kemudian pada tahun 1943, bisnis sepatu olahraga itu pun hampir seluruhnya hancur.
Perang telah dideklarasikan oleh Nazi dan untuk menghindari penutupan total perusahaan, Adolf Dassler didesak untuk menjadi pemasok ke perusahaan Nuremberg Schricker & Co, yang memproduksi peluncur rudal. Mesin pabrik Dasslers diganti, staf dilatih ulang dan produksi sepatu secara bertahap dikurangi. Pabrik terus memproduksi suku cadang untuk Schricker & Co hingga akhir perang.
Pada akhir Perang Dunia II, Jerman mengalami proses denazifikasi. Pada awalnya, Adolf dikategorikan sebagai 'Pelanggar Kecil' dan perusahaan tersebut berada di bawah pengawasan wali amanat. Hal ini membuat Adolf kesulitan untuk memulai kembali bisnis sepatu olahraganya. Kemudian, melalui proses banding, dia akhirnya mampu menunjukkan bahwa dia tidak pernah menjadi pendukung aktif partai.
Tekanan perang, dan tahun-tahun setelahnya menciptakan perpecahan yang tidak dapat diperbaiki antara Adolf dan Rudolf Dassler. Mereka secara resmi memisahkan perusahaan mereka pada tahun 1948.
Mereka membagi aset perusahaan dan tidak lama setelah ini berubah menjadi saingan bisnis. Rudolf membentuk perusahaan sepatu olahraganya sendiri yang kemudian dikenal sebagai Puma.
Sementara itu, Adolf sendiri berencana menggunakan bagian dari nama depan dan belakangnya sendiri yakni 'Addas'. Tetapi aplikasi ini ditolak karena terlalu mirip dengan nama produsen sepatu lainnya.
Akhirnya ia mengkombinasikannya dengan nama panggilannya, Adi, dan lahirlah nama Adidas. Nama perusahaan aslinya adalah 'Adolf Dassler "Adidas" Sport Schuhfabrik', terdaftar pada 18 Agustus 1949. Adolf mulai menggunakan logo 3 garis sebagai merek dagang perusahaan pada tahun 1949.
Lebih lanjut, istrinya, Kathe turut mengambil peran di pusat bisnis suaminya itu. Keterlibatannya di sisi penjualan dan manajemen SDM memberikan ruang bagi Adolf untuk berkonsentrasi bakat terbaiknya, berinovasi dalam menghasilkan alas kaki bagi para atlet.
Pada 1960-an, perusahaan Adidas mempekerjakan lebih dari 500 orang dan merupakan produsen sepatu olahraga terbesar di dunia. Terlepas dari bertambahnya usia dan kesuksesan perusahaan, Adolf terus berinovasi secara obsesif, menciptakan sepatu Adidas yang lebih ringan, lebih nyaman, dan memenuhi kebutuhan para atlet.
Pada 1978, Adolf dan Käthe terus terikat dalam tali pernikahan sampai kematiannya pada tahun 1978, di usia 77 tahun. Käthe terus menjalankan bisnis dengan putranya Horst sampai dia meninggal pada tahun 1984.
Sementara itu, putra Adolf dan Käthe, Horst, resmi mengambil alih bisnis ini. Horst Dassler menyadari potensi baru dan membantu Adidas mengembangkan pasar mereka di Amerika. Ia menerapkan semangat inovatif Adolf untuk pengembangan sepatu basket dan lahirlah Superstar, yang sekarang menjadi ikon streetwear.
Visi Adolf Dassler mengubah industri olahraga selamanya. Desainnya menyentuh kehidupan para atlet di seluruh dunia dan menjadi katalis bagi industri sepatu olahraga global yang sekarang bernilai puluhan miliar dolar per tahun.