Gagal Jadi Tentara, Sudwikatmono Sukses Besarkan Bioskop 21

ADVERTISEMENT

Kisah Inspiratif

Gagal Jadi Tentara, Sudwikatmono Sukses Besarkan Bioskop 21

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Rabu, 16 Nov 2022 07:30 WIB
sudwikatmono, sepupu soeharto
Ilustrasi Sudwikatmono (Foto: Edi Wahyono)
Jakarta -

Siapa tak kenal bioskop 21? Bioskop ini telah tersebar di berbagai daerah dan menjadi salah satu alternatif hiburan masyarakat Indonesia.

Sosok di balik bioskop 21 adalah Sudwikatmono atau biasa dipanggil Dwi. Pengusaha nasional sepupu dari Presiden Soeharto ini telah tutup usia pada 8 Januari 2011 lalu.

Dalam catatan detikcom seperti dirangkum Selasa (15/11/2022), Dwi mendirikan jaringan bioskop 21 tahun 1986. Studio 21 pertama dibangun Dwi di Jalan MH Thamrin Kav 21 pada tahun 1986 setelah berhasil melakukan uji coba sinepleks dengan mengubah gedung bioskop Kartika Chandra dengan bekerjasama Raam Punjabi.

Gagasan sinepleks ini mengikuti tren bioskop di Amerika Serikat. Masa itu, pengenalan bioskop model sinepleks di Tanah Air dijadikan momentum untuk membangkitkan gairah masyarakat mendatangi kembali bioskop untuk menonton film, di mana kala itu mengalami kelesuan.

Nama 21 diambil dari nomer kaveling jalan MH Thamrin di lokasi Studio 21 pertama dibangun. Namun, ada juga yang mengatakan, bahwa nama itu sesungguhnya merupakan akronim dari SuDwikatMono. Di tahun 1999, Dwi melepas kepemilikan jaringan bioskop 21 itu kepada partnernya, Benny Suherman dan Harris Lesmana.

Dwi sendiri mengawali bisnis di dunia film lebih awal dari itu yakni di tahun 70-an. Ia memulai produksi film serta mengimpor film Mandarin bekerjsama dengan dua bersaudara Bambang Soetrisno dan Benny Suherman.

Film produksi pertamanya lewat perusahaan Sejahtera Film berjudul Panji Tengkorak mendatangkan sutradara dan sebagian kru dari Hong Kong. Ia kemudian mendirikan Suptan Film, yang memproduksi sejumlah film bekerjasama dengan sutradara terkenal Teguh Karya.

Dari kerjasama itu lahir film-film yang menjadi langganan peraih Piala Citra FFI, seperti Badai Pasti Berlalu dan Ibunda. Tahun 1980-an ia malah memodali Teguh Karya membuat kelompok kerja, namanya dulu dikenal dengan Cap Ikan untuk memproduksi film-film khas manejemen Teater Populer, grup teater Teguh Karya.

Terlepas dari itu, rupanya Dwi juga pernah bercita-cita menjadi tentara. Demi mengejar cita-citanya tersebut, ia rela meninggalkan bangku kuliah di Universitas Gadjah Mada.

Hal itu diketahui dari selebaran riwayat hidup Dwi yang dibagikan keluarga di rumah duka. Dwi sempat lulus seleksi penerimaan calon Kadet TNI Angkatan Laut, namun orang tua tak mengizinkannya menjadi tentara.

"Dorongan untuk menjadi tentara, membuat Pak Dwi memutuskan bangku kuliah di Fakultas Ekonomi UGM," bunyi tulisan selebaran tersebut.

"Namun ayahanda Pak Dwi tidak mengizinkan untuk bergabung menjadi tentara," tulis selebaran yang mengatasnamakan Keluarga Besar Almarhum H Sudwikatmono.

Simak juga Video: Jelang Pensiun Sebagai Ketua Komite FFI, Reza Rahadian Belajar Banyak Hal

[Gambas:Video 20detik]



(acd/das)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT