Kisah miliarder Arab Saudi, Sulaiman Al Rajhi dapat dibilang tidak biasa. Pendiri Al Rajhi Bank, bank islam terbesar di dunia dan salah satu perusahaan terbesar di Arab Saudi memulai hidupnya dengan pas-pasan. Lalu, ia bekerja keras dan mengumpulkan harta hingga menjadi kaya raya.
Namun, kekayaannya itu bukan untuk dinikmatinya sendiri. Harta itu kemudian ia bagi-bagikan hingga akhirnya ia jatuh miskin lagi.
Dikutip dari berbagai sumber, sebelum menjadi kaya raya, bisa dibilang kehidupan Sulaiman pas-pasan. Berbagai pekerjaan kasar pernah dilakukan Sulaiman. Ia pernah bekerja sebagai porter yang membawa barang belanjaan di pasar Al Khadra Riyadh saat berusia 9 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di usia 12 tahun, ia mulai menjadi pengumpul kurma. Lalu, pernah juga bekerja sebagai tukang masak di salah satu hotel di Riyadh.
Kerja keras dan ketekunan itu singkat cerita mengantarkannya hingga menjadi salah satu orang terkaya di dunia.
Dilansir dari Forbes, Selasa (4/4/2023), per 2011, Forbes pernah memperkirakan kekayaan Sulaiman mencapai US$ 7,7 miliar atau setara Rp 114, 9 triliun (asumsi kurs Rp 14.924). Hal itu menjadikannya sebagai orang terkaya ke-120 dunia.
Lalu pada tahun 2015, kekayaan Sulaiman turun menjadi US$ 2,1 miliar atau sekitar Rp 31,3 triliun sebelum akhirnya pada tahun 2016 ia tak lagi masuk ke dalam daftar orang kaya versi Forbes.
Sekitar tahun 2013, Sulaiman mentransfer hampir 20% sahamnya di Al Rajhi Bank ke lembaga amal yang menyandang namanya. Langkah ini diikuti oleh pengumumannya pada 2011 untuk menyumbangkan sebagian besar kekayaannya untuk amal, mendanai upaya anti-kelaparan, serta pendidikan di Arab Saudi.
Dilansir dari Arab News, Selasa (4/4/2022), Sulaiman memilih untuk menjadi miskin atas keinginannya sendiri tanpa memiliki uang tunai, real estate atau saham yang dimiliki sebelumnya. Dia tak punya uang usai mentransfer semua asetnya ke anak-anaknya dan untuk wakaf.
Sulaiman mendapat penghargaan King Faisal International Prize, sebagai pengakuan atas yang ia lakukan untuk Islam. Termasuk mendirikan bank Islam terbesar di dunia dan kontribusinya pada kemanusiaan untuk mengurangi kemiskinan.
Dalam wawancara dengan Muhammad Al Harbi dari harian bisnis Al-Eqtisadiah, Sulaiman berbicara tentang bagaimana dia berhasil meyakinkan kepala bank sentral terkemuka di dunia, termasuk Bank of England hampir 30 tahun lalu bahwa bunga dilarang dalam Islam dan Kristen. Menurutnya, perbankan Islam adalah solusi yang paling efektif untuk mengaktifkan pembiayaan Islam dan menjadikannya pendorong nyata ekonomi global.
Diceritakan pula kisah Sulaiman yang membangun kekayaannya dari awal mengandalkan ketabahan dan tekad. Sulaiman menyalurkan kekayaannya menjadi dua jalur yakni sebagian besar warisannya untuk anak-anaknya, dan mentransfer sebagian ke wakaf yang dianggap wakaf terbesar dalam sejarah dunia Islam.
Dalam kutipan wawancara tersebut, ia mengakui bahwa ia menjadi orang miskin lagi.
"Ya. Sekarang saya hanya memiliki pakaian saya. Saya membagikan kekayaan saya kepada anak-anak saya dan menyisihkan sebagian untuk dana abadi guna menjalankan proyek amal. Sejauh yang saya ketahui, situasi ini tidak aneh," katanya.
"Kondisi keuangan saya mencapai titik nol dua kali dalam hidup saya, dan karena itu saya memiliki perasaan dan pemahaman (tentang kemiskinan) dengan baik. Namun, kini perasaan itu disertai dengan kebahagiaan, relaksasi, dan ketenangan pikiran. Fase nol dalam hidup kali ini murni karena keputusan dan pilihan saya sendiri," paparnya.
Ia pun juga buka suara alasan memilih jalan tersebut. Menurutnya, semua kekayaan hanya milik Allah SWT.
"Semua kekayaan adalah milik Allah, dan kita hanyalah orang-orang yang dititipkan (oleh Allah) untuk memeliharanya. Ada beberapa alasan yang mendorong saya untuk mendistribusikan kekayaan dan yang mengakibatkan melakukan kebajikan ini. Yang paling penting di antara mereka adalah menumbuhkan persaudaraan dan cinta di antara anak-anak saya dan menjaga hubungan harmonis mereka," jelasnya.
Simak juga Video: Orang Terkaya di Dunia versi Bloomberg: Bos LVMH, Bernard Arnault