Kisah Bos Uniqlo, dari Typo Membawa Berkah

Kisah Inspiratif

Kisah Bos Uniqlo, dari Typo Membawa Berkah

Anisa Indraini - detikFinance
Rabu, 17 Jan 2024 07:45 WIB
CEO Uniqlo, Tadashi Yanai
Tadashi Yanai. (Foto: Rahmi Anjani)
Jakarta -

Brand Uniqlo sudah tidak asing ditemui di sejumlah pusat perbelanjaan mal di Indonesia. Berkantor pusat di Sayama, Kota Yamaguchi, Jepang, merek pakaian tersebut salah satu yang paling banyak digandrungi anak muda.

Pendirinya adalah orang terkaya nomor satu di Jepang saat ini, Tadashi Yanai. Dilansir dari Forbes, Rabu (17/1/2024), pria berusia 74 tahun itu memiliki harta bersih senilai US$ 35,4 miliar atau setara Rp 551,14 triliun (kurs Rp 15.569).

Siapa sangka Tadashi Yanai lahir dari keluarga yang sederhana. Ayahnya hanyalah seorang penjahit biasa yang punya toko pakaian bernama Ogori Shoji. Di tempat itu jugalah ia dan keluarganya tinggal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meskipun kondisi ekonomi keluarganya tak begitu mendukung, Tadashi Yanai tetap berhasil menyelesaikan studinya di salah satu universitas terbaik di Negeri Sakura, yakni Universitas Waseda pada 1971 dengan memperoleh gelar di bidang ekonomi dan politik.

Setelah lulus dari perguruan tinggi tersebut, Tadashi Yanai mulai bekerja dengan berjualan pakaian pria dan peralatan dapur di supermarket Jusco. Setelah satu tahun, dia berhenti dari tempat kerjanya dan memilih untuk membantu ayahnya.

ADVERTISEMENT

Singkat cerita, suatu ketika Tadashi Yanai melakukan kunjungan ke Eropa dan Amerika. Selama di sana, ia terinspirasi dengan baju kasual yang dijual oleh Benetton & Gap. Pada tahun 1984 akhirnya memberanikan diri membuka gerai pakaian pertamanya bernama Unique Clothing Warehouse di Hiroshima.

Setelah empat tahun didirikan, Tadashi Yanai mengubah nama Unique Clothing Warehouse menjadi Uniclo. Dia pun mengutus karyawannya untuk mendaftarkan merek dagang tersebut pada 1988, namun pada saat proses registrasi karyawannya salah mengeja huruf sehingga typo, yang terdaftar menjadi 'Uniqlo'.

Tadashi Yanai mengaku tidak menyesali hal tersebut karena ketidaksengajaan itu justru membuat merek dagangnya berkah dan terkenal. Hal itu terlihat dari kepemilikan lebih dari 2.400 toko di 25 negara.

Puncak kesuksesan pertama yang diperoleh Tadashi Yanai yakni ketika Uniqlo berhasil menjual dua juta helai sweater pada tahun 1998 dan penjualannya meningkat tiga kali lipat di tahun 1999, sebuah pencapaian hebat bagi perusahaan pakaian kasual pada waktu itu.

Uniqlo mencatat laba bersih sebesar US$ 1,2 miliar dan pendapatan US$ 17 miliar di 2022 sampai Agustus. Tadashi Yanai bercita-cita ingin mereknya melampaui H&M hingga Zara.

Lihat juga Video 'Inspirasi Pantai Tahun 50-an di Koleksi Terbaru JW Anderson':

[Gambas:Video 20detik]



(aid/das)

Hide Ads