Jakarta -
Perjalanan Ketua Kadin DKI Jakarta Diana Dewi dalam merintis bisnis tidaklah semudah seperti membalikan telapak tangan. Pasalnya Wanita tersebut telah mengalami berbagai lika-liku dalam menjalankan bisnis yang digelutinya.
Selain itu, sosok tersebut pun memiliki perhatian yang cukup besar terhadap perkembangan UMKM. UMKM sendiri merupakan sektor yang sangat penting. Sebab UMKM merupakan salah satu sektor penopang perekonomian nasional.
Diana mengatakan dalam menjalankan usaha dia selalu percaya dengan kekuatan usaha dan doa. Menurutnya, dua point itu bisa memudahkan setiap orang dalam menjalankan usaha.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selalu ada harapan bagi mereka yang sering berdoa. Selalu ada bagi mereka yang sering berusaha," kata Diana Dewi dalam keterangan tertulis, Kamis (16/10/2024).
Dia menjelaskan lika-liku dirinya dalam dunia kerja mulai terasa ketika sudah menikah. Satu tahun menikah, dirinya pun dikaruniai seorang putra.
"Saya tidak pernah berpikir untuk menjadi entrepreneur, tapi mungkin keadaan yang membuat saya sekarang ini menjadi entrepreneur, justru dengan keadaannya yang minus saya berpikir, bahwa kalau berpikir positif pasti ada hikmah dibalik itu," ungkapnya.
Diana mengatakan saat awal menikah, dirinya berpikir untuk mendapatkan penghasilan tambahan bagi keluarga. Kemudian pada fase itu, dia pun memutuskan untuk menjadi seorang sales promotion girl (SPG) di salah satu perusahaan.
"Awal bekerja, dengan bekal pendidikan yang tidak tinggi, otomatis semua pekerjaan saya terima. Saat itu yang ada hanya SPG," jelasnya.
Dia kemudian menjalani pekerjaannya sebagai penjual produk. Namun, pada perjalanannya, perusahan kosmetik tempat kerjanya membutuhkan bantuan.
"Saat itu, perusahaan tempat saya bekerja masih baru dan belum menempatkan SPG di toko-toko. Nah, saya bilang, 'bagaimana kalau saya bantu?' Ternyata yang saya bantu itu anaknya owner perusahaan dan saya dikasih pekerjaan lebih dari itu," ujarnya.
1,5 tahun bekerja di perusahaan kosmetik, membuat dirinya memutuskan untuk pindah ke perusahaan yang lebih besar. Saat pindah dirinya berhasil menjadi marketing dan kepala cabang. Meskipun menggeluti berbagai kesibukan dalam bekerja, dia menjelaskan dirinya juga memutuskan untuk tetap melanjutkan kuliah. Namun, pada 1995, Diana mendapatkan perlakuan yang tidak adil pada saat dia menunaikan ibadah haji.
"Saya tidak diizinkan oleh atasan dan perusahaan tidak akan gaji. Saya tahu itu kebijakan sepihak dan bukan peraturan perusahaan," tuturnya.
Sejak itu, Diana menilai kondisi perusahaan sudah tidak kondusif.
"Namun, karena saya punya tanggung jawab, saya keluar dari perusahaan pada 1998," ucapnya. Dia mengaku menerima gaji dari perusahaan sebesar Rp 1,7 juta perbulan. Kalau dihitung 20 hari kerja berarti gaji saya per hari Rp 85 ribu. Masa sih, saya tidak bisa mencari Rp 85 ribu, misalnya dengan berjualan bakso atau menjadi pengemudi taksi," ungkapnya.
Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada 1998 membawa berkah bagi Diana. Saat itu pasokan daging sapi seret. Sedangkan permintaan di pasar sangat tinggi.
"Waktu itu saya menjadi penjual daging. Saya sampai mengambil ke daerah, saya potong dan kirim sendiri ke supermarket," ujarnya.
Dia kemudian mendirikan PT Suri Nusantara Jaya, salah satu perusahaan importir dan distributor daging terbesar di Indonesia.
"Kuasa Allah, di satu sisi krismon, terus butuh sapi dan tidak ada sapi impor, akhirnya sapi lokal dipotong," ungkapnya.
Bisnis penjualan daging terus berkembang. Bidang usahanya juga melebar dari pabrik pengolahan dari daging, peternakan sapi potong, toko yang tidak hanya menjual produk daging dan turunannya. Toko penjualan dagingnya tersebar di Jabodetabek dari Bekasi, Depok, Duri Kosambi, Tebet, Rawamangun, Cikarang Utara dan Cikampek. Dalam berbisnis, Diana ingin seluruh kebutuhan daging konsumen bisa dipenuhi dari outletnya.
"Saya berpikir bagaimana saya hadir mendekati konsumen dengan membuka toko daging," tuturnya.
"Kami selalu bermitra dengan teman-teman daerah jadi selalu kami berbicaranya bagaimana putra daerah ikut bersama-sama membangun daerahnya dan kami hadir," sambungnya.
Diana meyakini semua usaha dan keberhasilan yang diraih karena Allah SWT. Menurutnya, tanpa usaha dan doa keberhasilan tidak bisa dicapai.
"Saya merasa bahwa Allah itu ada dan kita tidak sendiri. Apapun yang diberikan kepada kita dalam kondisi baik dan tidak, pasti ada hikmahnya. Hal ini yang selalu saya tanamkan dalam kehidupan saya," ucapnya.
Pandemi yang melanda Indonesia sejak 2020, menurut Diana banyak memberi pelajaran kepada semua. Sebagai pengusaha dia optimistis melihat masa depan. Dia pun semakin sadar pentingnya inklusif dan keberlanjutan di Jakarta.
Untuk itu, dia memberikan sejumlah fasilitas pelatihan dengan berbagai bidang untuk 1.500 UMKM, memberikan bantuan modal untuk terdampak COVID-19, serta menghadirkan wadah untuk promosi di salah satu gerai bisnisnya yakni Toko Daging Nusantara (TDN).
Menurutnya, UMKM dapat menjadi salah satu pilar kuat penopang ekonomi nasional. Sehingga perlu untuk terus diberi dukungan agar UMKM tidak hanya naik kelas, namun juga bisa menjadi cikal bakal munculnya entrepreneur baru.
"Ini menjadi motivasi kami untuk bertahan dan harus memajukan usaha," pungkasnya.
Perjalanan Diana Dewi dalam merintis karir dan memberikan perhatian kepada UMKM menghadirkan kisah inspiratif tersendiri. Berkat kiprahnya tersebut, Diana Dewi masuk kandidat sebagai 'Tokoh Perempuan Penggerak Ekonomi & UMKM Provinsi DKI Jakarta' di ajang detikcom Award 2024.