Sosok Direktur TI BSI Saladin, Sebut Tantangan & Pengalaman Jadi Anugerah

Sosok Direktur TI BSI Saladin, Sebut Tantangan & Pengalaman Jadi Anugerah

Fatmalian Safanur - detikFinance
Jumat, 01 Nov 2024 11:38 WIB
Direktur Teknologi Informasi PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) Saladin Dharmanugraha Effendi
Foto: Dok. BSI
Jakarta -

Ungkapan pelaut ulung tak terlahir dari laut yang tenang cocok dikaitkan dengan kapabilitas Direktur Teknologi Informasi (TI) PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) Saladin Dharmanugraha Effendi. Kemampuan Saladin yang mumpuni di bidang cybersecurity, information security, juga IT risk management, terasah karena pengalamannya menghadapi berbagai tantangan terkait TI di sepanjang kariernya.

Saladin berpengalaman lebih dari dua dekade dalam menjalankan berbagai domain TI mulai dari operasi digital hingga IT support, perencanaan strategis TI dan keuangan, hingga pengembangan dan keamanan TI. Pengalaman itu terhimpun setelah Saladin menamatkan pendidikan tinggi dan mendapatkan gelar sarjananya di Swinburne University of Technology, Melbourne, Australia (1994 - 1999).

"Saya kuliah di Melbourne, dalam perjalanan sekolah itu saya senang sama robotik. Saya senang sama engineering seperti bikin die cast pada mesin Plastic Injection Molding. Akhirnya saya banyak dealing bikin bahasa pemrograman dan dengan software design CAD/CAM (Computer Aided Design dan Computer Aided Manufacturing). Saya jadi senang di area sana," ujar Saladin dalam keterangan tertulis, Jumat (1/11/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saladin memulai kariernya di perusahaan swasta nasional di bidang perangkat hardware dan software. Pada akhir 2000-akhir 2003, dia berkarier di salah satu anak usaha Astra Group, dengan jabatan terakhir sebagai Senior Technology Consultant.

Pada 2003, Saladin berkarier di Bank Mandiri, menangani special project untuk roll out Core Banking, Electronic Channel, sehingga pengalaman Saladin di dunia TI kian ditempa. Pada 2006, Saladin memiliki jabatan Head of Competence (HoC) Bank Mandiri. Lalu, Saladin berkarir di HSBC sejak 2006 hingga 2014. Ia menduduki posisi Head of Information Technology, Senior Vice President (SVP) HSBC IMO (Indonesia Management Office).

ADVERTISEMENT

Setelah HSBC, Saladin berkarier sebagai Chief Information Office di Bank Muamalat Indonesia (2014-2018). Pada 2018, ia kembali ke Bank Mandiri untuk membangun cybersecurity. Dia semakin tertantang karena sistem keamanan siber yang dibangun adalah IT security management secara bankwide di bawah Chief Information Security Officer (CISO).

Karier cemerlang Saladin tak lepas dari peran dan dukungan keluarga. Saladin adalah anak tunggal yang dibesarkan di keluarga dokter. Ayahnya, seorang dokter spesialis penyakit dalam, sedangkan ibunya seorang dokter umum dan menjadi dosen di Institut Pertanian Bogor.

Tantangan Adalah Keberuntungan

Menurut Saladin, tantangan yang dia hadapi di dunia kerja dan pengalamannya terkait IT adalah sebuah keberuntungan dan anugerah. Dia menilai Allah SWT selalu mempersiapkan kapasitas dan kapabilitasnya sebelum menerima suatu tantangan yang lebih besar.

"Buat saya blessing dari Allah. Maksudnya, tidak banyak orang yang akan diberikan opportunity seperti saya. Apa lagi saat masuk kembali ke Bank Mandiri, saya diberi kesempatan membangun CISO," kata dia mengenang.

Pada 2022, Saladin mendapat kesempatan untuk mengikuti course CISO selama 6 bulan di Carnegie Mellon University, Amerika Serikat (AS). Program ini diikuti melalui seleksi ketat, dengan peserta dari berbagai lembaga internasional seperti Federal Bureau of Investigation (FBI) AS, Drug Enforcement Administration (DEA) AS, hingga Department of Justice (DOJ) AS. Ia satu-satunya peserta dari Indonesia.

Untuk memperkaya kemampuannya, pada 2023 Saladin 'sekolah' lagi, masih di Carnegie Mellon University mengambil topik Chief Data Officer (CDataO). Dia menyadari bahwa data adalah komoditas berharga di masa depan, data ini perlu di-maintain integritasnya oleh pihak yang memiliki integritas dan kredibilitas tinggi, dalam hal ini melindungi data data bank dan nasabah.

Jatuh Cinta kepada BSI

Ketika anak usaha Bank Mandiri yaitu BSI mengalami gangguan IT pada 2023, Saladin menjadi bagian tim yang menangani masalah tersebut.

"Sebenarnya cinta pertama saya terhadap BSI itu tumbuh dan menguat sejak hari pertama BSI ini lahir," kenangnya.

Lihat Video: Wakil Presiden hadiri Santunan 3.333 Anak Yatim PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI)

[Gambas:Video 20detik]



Kecintaan terhadap BSI juga tumbuh karena ikatan batinnya dengan Bumi Serambi Mekkah. Saladin kecil menempuh pendidikan sekolah dasar di Aceh. Saat masalah keamanan siber mengganggu operasional BSI, Saladin dihubungi oleh temannya di Aceh yang menanyakan apakah layanan digital BSI bisa kembali beroperasi.

Di sisi lain, temannya tersebut tidak mau berpindah bank. Dari pengalaman itu Saladin kian menyadari, BSI memiliki value mendasar yang besar di mata nasabahnya.

"Saya orangnya gak sentimental. Tapi saat itu saya sedih sekali. Ternyata bank ini (BSI) dari dasarnya sudah punya value. Nasabahnya begitu loyal," kenangnya.

Semangat Saladin makin menyala untuk menyelesaikan masalah yang ditimbulkan gangguan tersebut. Karena itu pula Saladin ditawari menjadi Direktur IT BSI. Perjalanan baru dimulai, Saladin semakin memahami BSI, termasuk terkait produk layanan sosial dan spiritual.

Hal ini membuat Saladin semakin mencintai BSI. Dia melihat BSI memiliki value baik terhadap dirinya dan Indonesia secara umum. Dia berpikir, bekerja di tempat yang baik, hasilnya pun akan baik secara dunia maupun akhirat.

Saladin semakin mencintai BSI, ketika kedua orang tuanya meninggal di tahun yang sama pada 2021. Saat itu dia berpikir Allah SWT telah memanggil kedua ladang pahala baginya. Saladin pun berdoa, meminta diberi ladang pahala di dunia.

BSI adalah jawabannya. Karena BSI mengemban amanah besar, memajukan perekonomian syariah Indonesia dengan potensi besar demi kesejahteraan bangsa. BSI diproyeksikan menjadi bank kebanggaan Indonesia yang mengglobal, sehingga Saladin tak ragu turut serta membangunnya.

Transformasi Digital Terus Dijalankan

Saladin pun menegaskan, kepercayaan yang didapat BSI karena value mendasar dari Perseroan harus dijaga pula melalui upaya atau strategi TI yang dirumuskan melalui roadmap yang jelas dan berdampak jangka panjang.

Untuk itu, dia mengatakan perlu SDM yang memiliki kapabilitas terbaik. Menurutnya, cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah melakukan transformasi culture dan digital secara beriringan dengan mendorong timnya agar mengambil pendidikan terkait TI yang lebih advance.

Karena kepercayaan stakeholder dari nasabah hingga pemerintah harus dijaga. Dia berkomitmen untuk mengawal implementasi core banking yang mumpuni. BSI terus melakukan progressive improvement dan bangkit dari insiden Mei 2023.

Transformasi digital harus terus dijalankan, adopsi teknologi terkini seperti AI dan robotik sudah menjadi roadmap agar dapat beradaptasi dalam ekosistem digital.

"Sekarang menjaga trust bagaimana? Kemudahan sudah pasti. Keamanan sudah pasti. Yang ketiga, bank ini harus sejalan keinginan nasabah. Bank ini punya fondasi yang bagus, dikasih amanah negara, punya sebuah sistem, produk yang bagus. Disempurnakan dengan penguatan roadmap-nya ke depan mau seperti apa. Masyarakat biar trust," lanjutnya.

Pria pecinta kucing ini kini harus memastikan stabilitas operasional digital terjaga dan menjadi program utamanya. Upaya strategis menjaga stabilitas ini disebutnya sebagai Hygiene Factor. Hygiene Factor terus berkembang seiring dinamika teknologi dan menjadi bagian dari roadmap pengembangan TI Perseroan.

Lihat Video: Wakil Presiden hadiri Santunan 3.333 Anak Yatim PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI)

[Gambas:Video 20detik]




Hide Ads