Jauhi Nih! 5 Gaya Keuangan ala Freelancer yang Bikin Boncos

Jauhi Nih! 5 Gaya Keuangan ala Freelancer yang Bikin Boncos

Lumongga Harahap - detikFinance
Sabtu, 23 Des 2023 16:30 WIB
Pleased woman listening headphones at dark place. Positive freelancer dancing rejoicing music at modern flat closeup. Successful girl drinking coffee at night apartments. People emotions concept
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/stockbusters
Jakarta -

Tidak seperti karyawan perusahaan pada umumnya, pekerja lepas tidak memiliki pendapatan pasti setiap bulannya. Oleh sebab itu, penting halnya seorang freelancer memiliki literasi keuangan dalam mengatur pengeluaran.

Perencana keuangan, Bareyn Mochaddin, membeberkan kesalahan para freelancer dalam mengelola keuangan. Jangan-jangan, detikers juga melakukan kesalahan yang sama!

Beli barang sebelum invoice cair

Pekerja lepas cenderung hanya bekerja ketika sedang ada proyek yang berlangsung. Pembayaran atas suatu proyek juga sifatnya tidak menentu dengan beberapa termin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tanggal invoice cair yang dijanjikan klien belum tentu sesuai dengan janji kerap kali mengecohkan freelancer sehingga mereka sudah mengeluarkan pendapatan yang belum didapat. Alhasil, utang justru timbul akibat percaya diri.

"Tetapi kan itu masih rencana bisa saja itu cairnya nggak tanggal 15 bisa aja diundur jadi 20 atau mungkin sebulan kemudian kita nggak pernah tau. Jadi, jangan menggunakan uang yang belum ada di tangan kita." kata Bareyn.

ADVERTISEMENT

Tidak memiliki rencana keuangan

Dalam rangka memiliki finansial yang stabil, rencana keuangan sangat dibutuhkan. Pengaturan budget per bulan juga harus ditepati agar terhindar dari utang.

Pemasukan dengan waktu dan jumlah yang tidak menentu akan mempersulit para freelancer yang tidak memiliki rencana keuangan. Bareyn menyarankan agar pekerja lepas memiliki rencana keuangan yang pasti sehingga tidak tergiur ketika pemasukan sedang berlebih.

"Hidup lah sesuai dengan rencana. Jangan sesuai dengan penghasilan yang didapatkan di bulan bulan tertentu saja. Jangan hanya kemudian sekarang gajinya 20 juta, naik gaya hidupnya. Terus, kemudian 30 juta, naik gaya hidupnya karena setiap biaya hidup naik itu kan kita itu akan sulit untuk menurunkan," jelas Bareyn kepada detikcom dalam Podcast Tolak Miskin.

Kebanyakan self-reward

Sama halnya dengan kesalahan pertama, self-reward cenderung memberikan kepuasan pribadi yang fana. Usaha yang telah dilakukan dan tidak diiringi dengan invoice yang cair kerap kali menjerumuskan freelancer ke dalam pengeluaran yang tidak teratur.

Oleh sebab itu, Bareyn menekankan agar pekerja lepas menahan diri atas pengeluaran yang bersifat self-reward sebelum turunnya upah.

"Kita itu, khususnya temen-temen, yang freelancer boleh dapat self-reward boleh ketika sudah menyelesaikan sesuatu dan juga udah ada uangnya. Jangan kemudian udah selesai nih, tapi belum dibayar udah self-reward duluan," tekan Bareyn.

Tidak meningkatkan skill

Bareyn kerap menekankan agar pengendalian diri dalam perilaku finansial perlu disadari lagi bagi para freelancer. Hal ini dilakukan dalam mencegah pekerja lepas jatuh ke dalam lilitan utang dan keruntuhan finansial.

Ia juga menyarankan agar para freelancer terus meningkatkan skill dan alat penunjang mengikuti permintaan tren dan zaman. Hal ini disebabkan arus zaman yang semakin deras menuntut freelancer terus bersaing dalam kemampuan.

"Jadi, jangan gampang berpuas diri gitu. Kenapa? Kita itu berkompetisi kan, bukan hanya dengan diri sendiri ya, tapi juga dengan orang lain gitu. Dengan perkembangan yang ada dan lain sebagainya tergantung dari field freelance itu sendiri gitu," ungkap Bareyn.

Investasi karena ikut-ikutan

Tren di dunia freelance perlu ditingkatkan, tetapi Bareyn mengingatkan juga agar pekerja lepas tidak terjerumus tren investasi. Ia mendorong agar sebelum melakukan investasi, sebaiknya dipertimbangkan dulu faktor risiko dan faktor legalitasnya.

"Temen-temen semua sudah bekerja mati-matian ya. Pergi pagi, pulang malam. Kepala jadi kaki, kaki jadi kepala. Terus, kemudian uangnya hilang gitu aja karena investasinya investasi bodong 'kan sayang banget. Jadi, kita harus perhatikan legalitasnya kelogisannya, imbal hasil nya, dan juga risikonya," tekan Bareyn.

(eds/eds)

Hide Ads