Terdapat beberapa taktik yang bisa kamu lakukan untuk menarik perhatian HRD dalam wawancara pekerjaan. Kamu bisa mengatakan bagaimana bersemangatnya dirimu bila mendapatkan posisi tersebut. Hal itu bisa menunjukkan bahwa kamu seorang yang bersungguh-sungguh dan sangat tertarik dengan lowongan pekerjaan tersebut.
Kamu juga bisa bertanya kepada pewawancara, masalah apa yang bisa kamu bantu selesaikan bila berhasil diterima di perusahaan. Jangan lupa, senyum dan mengangguk ketika lawan bicaramu sedang bicara untuk menunjukkan kamu seorang yang percaya diri.
Terlepas dari ketiga hal tersebut, terdapat pula beberapa sikap yang harus dihindari agar tidak membuat calon rekruter "turned off" alias tak tertarik denganmu. Ini dia 3 kalimat "red flag" terbesar menurut Nolan Church, mantan rekruter Google dan CEO FairComp.
'Aku bekerja terlalu keras' atau 'aku perfeksionis'
Ketika rekruter bertanya, apa yang bisa kamu tingkatkan dalam dirimu, jangan menggunakan kalimat atau frasa yang membuatmu terdengar seperti tidak mengerti apa pun. Kalimat atau frasa itu contohnya "Saya bekerja terlalu keras" atau "Saya seorang perfeksionis." Menurut Church, kalimat tersebut dianggap sebagai kekurangan dibandingkan pujian bagi rekruter.
Church juga mengungkapkan, bila kamu menggunakan kalimat-kalimat tersebut, ada kesan tidak otentik. Rekruter bisa menganggapmu sebagai tidak jujur atau kamu tidak akan berkembang sebagai pegawai.
"Saya tidak merekrut Anda untuk menjadi sempurna," kata Church dikutip dari CNBC, Sabtu (16/3/24).
"Saya merekrutmu untuk berkembang bersama kami," lanjut Church.
Dibandingkan dua kalimat kosong tadi, Church merekomendasikan kamu memberikan contoh dari kesalahan yang pernah dibuat, apa yang dipelajari, dan apa yang kamu kembangkan dalam menanggulangi hal tersebut.
Menyalahkan sesuatu
Kunci utama sebagai calon pekerja baru adalah jangan mengatakan hal negatif tentang orang yang pernah bekerja sama denganmu. Baik itu mantan kolega, manager, maupun perusahaan.
"Sesuatu yang mengandung menyalahkan terdengar buruk," tegas Church.
"Orang-orang yang ingin Anda ajak bekerja sama mengambil kepemilikan dan akuntabilitas penuh atas apa yang telah mereka lakukan di masa lalu, bahkan jika Anda mengacaukannya," lanjutnya.
Mengambil tanggung jawab menunjukkan kamu cukup rendah hati untuk mengakui bahwa kamu tidak sempurna dan bersedia belajar dari kesalahan dan menjadi lebih baik.
"Anda ingin bekerja dengan orang-orang yang memiliki kesadaran diri untuk mengetahui kapan mereka salah dan memperbarui model mental mereka sendiri untuk memperbaikinya," kata Church.
'Saya tidak tahu'
Sebisa mungkin, jangan gunakan kalimat bahwa kamu tidak tahu. Ketika mendengar kalimat tersebut, Church berpikir, "Oke, jadi, pembicaraan sudah selesai? Anda tidak mau menyelesaikan masalah ini?"
Terutama bagi para calon karyawan muda yang baru memulai karir, mereka mungkin sekali tidak memiliki pengalaman sebagai referensi atau contoh konkret untuk menyelesaikan studi kasus. Ketika terjebak dalam kondisi tersebut, tidak apa untuk bilang, "Saya tidak tahu," tapi harus dilanjutkan dengan, "Begini bila saya coba mengatasinya." Jadi bisa dengan memberi suatu contoh yang menunjukkan bahwa kamu proaktif dalam menyelesaikan masalah.
(eds/eds)